Jakarta, FORTUNE - CEO xAI, Elon Musk, kembali membuat kejutan di dunia teknologi. Kali ini ia mendirikan sebuah perusahaan perangkat lunak berbasis kecerdasan buatan yang diberi nama Macrohard, langkah yang segera dianggap sebagai tantangan terbuka bagi Microsoft. Kehadiran entitas baru ini diumumkan langsung oleh Musk di bawah payung xAI, menandai fase baru dari ambisi besarnya di industri AI.
Menurut laporan Gizmodo, penamaan “Macrohard” bukan sekadar kebetulan. Nama tersebut terdengar provokatif, bahkan ditafsirkan sebagai plesetan langsung dari Microsoft. Pemilihan nama ini sontak memicu diskusi luas, banyak yang menilai perusahaan ini dirancang untuk mengoperasikan seluruh proses pengembangan perangkat lunak dengan AI sebagai motor utama.
Musk sendiri menggambarkan visinya tentang masa depan perangkat lunak yang sepenuhnya dikendalikan oleh sistem kecerdasan buatan. Ia membayangkan AI bukan hanya menulis kode, melainkan juga mampu mengelola seluruh siklus hidup aplikasi secara mandiri—dari perancangan, pengujian, hingga penyempurnaan.
Kelahiran Macrohard pun dipandang sebagai manuver strategis untuk masuk ke gelanggang persaingan secara langsung dengan para raksasa teknologi, terutama Microsoft yang tengah gencar berinvestasi di bidang AI. Pengumuman ini turut memperkeruh atmosfer kompetisi di industri perangkat lunak sekaligus perangkat keras, memicu rasa ingin tahu publik: bagaimana gagasan besar Musk akan diterjemahkan menjadi produk nyata?
Melansir Times of India, Musk menyampaikan bahwa fokus utama Macrohard adalah membangun ekosistem perangkat lunak berbasis multi-agent AI. Sistem ini dirancang agar berbagai agen kecerdasan buatan bekerja bersama dalam menyelesaikan tugas-tugas rumit.
Pusat dari arsitektur ini adalah Grok, model AI besutan xAI, yang akan berfungsi sebagai “otak komando.” Dari Grok, ratusan agen AI khusus akan lahir—sebagian fokus pada otomatisasi pengkodean, sebagian lagi diarahkan untuk menghasilkan gambar maupun video. Agen pemrograman bertugas merancang aplikasi dari nol sesuai instruksi pengguna, sementara agen generator visual dipersiapkan memahami konteks gambar untuk mendukung desain produk.
Pendekatan ini meniru interaksi manusia dengan perangkat lunak, tetapi dengan tujuan akhir menciptakan hasil yang sempurna tanpa intervensi manusia. Dengan kata lain, Musk ingin membangun sebuah sistem otonom yang efisien dan minim kesalahan.