Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Konflik Rusia-Ukraina. (Shutterstock/Tomas Ragina)

Jakarta, FORTUNE – Perang antara Rusia dan Ukraina tidak terasa telah berlangsung selama setahun. Ketika Presiden Rusia, Vladimir Putin, pertama kali memerintahkan pasukannya untuk menginvasi Ukraina tahun lalu, tidak sedikit pengamat yang beranggapan bahwa Rusia akan menang dengan mudah.

Namun, prediksi awal kemenangan Rusia itu belum menjadi nyata hingga hari ini. Para ahli menyebutkan beberapa faktor di balik Rusia yang gagal menundukkan Ukraina.

Di antara faktor itu adalah taktik militer Ukraina yang lebih unggul, dukungan moral terhadap Ukraina yang lebih tinggi, hingga bantuan persenjataan dari negara Barat untuk Ukraina.

Ukraina juga memiliki sejumlah senjata andalan untuk bertahan dari gempuran Rusia. Berikut daftar senjata kunci yang digunakan pasukan Ukraina untuk mengadang militer Rusia, sebagaimana dilansir dari CNN, Selasa (28/2).

1.Javelin

Pada masa awal perang, baik pasukan Ukraina maupun Rusia telah memprediksi bahwa Rusia hanya membutukan waktu beberapa hari untuk memasuki Kyiv, ibu kota Ukraina.

Pasukan Ukraina tentu membutuhkan suatu senjata yang dapat menumpulkan serangan tersebut. Mereka menemukan pun Javelin, senjata rudal anti-tank yang dapat dioperasikan oleh satu orang.

Pada praktiknya, senjata itu cukup mudah digunakan. Sang operator cukup menenteng senjata tersebut pada bahunya. Lantas, setelah sang operator menembakkan senjata tersebut, rudal di dalamnya bisa langsung meluncur. Pada jeda waktu setelah menembakkan tersebut, penembaknya dapat segera mencari perlindungan.

“Untuk menembak, penembak menempatkan kursor di atas target yang dipilih. Unit peluncuran komando Javelin kemudian mengirimkan sinyal lock-on-before-launch ke rudal,” demikian pernyataan perusahan sang pembuat Javelin, Lockheed Martin.

Secara politik, Javelin dianggap menguntungkan karena dapat diterima oleh negara lain.

“Biaya rendah dan penggunaannya yang defensif membuat mereka secara politis lebih mudah untuk disediakan oleh negara lain,” kata Michael Armstrong, seorang profesor di Brock University di Ontario. “Sebaliknya, pemerintah tidak setuju untuk mengirim senjata ofensif yang lebih mahal seperti pesawat tempur.”

2.Himars

Editorial Team

Tonton lebih seru di