Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
FOTO2. - TikTok Rising 2025JPG.JPG
TikTok Rising 2025/Dok. TikTok Indonesia

Jakata, FORTUNE - Industri musik Indonesia tengah mengalami babak baru di era digital. Pada 2025, pasar musik digital di Indonesia diproyeksikan akan menyumbang US$231,64 juta. Dari angka tersebut, “musik streaming” diperkirakan bernilai US$155 juta. Pertumbuhan diproyeksikan sekitar 3,57 persen per tahun hingga 2030, dengan target pendapatan digital mendekati US$276 juta pada tahun 2030. Demikian disampaikan Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, saat membuka Konferensi Musik Indonesia (KMI) 2025 di Jakarta, (9/10).

Untuk mendorong potensi ini, platform hiburan TikTok kembali menggelar TikTok Rising Indonesia 2025, program ini fokus memberdayakan musisi lokal dan memperluas dampak ekonomi kreatif di sektor musik. Selain itu, menjembatani antara kreativitas dan keberlanjutan ekonomi bagi musisi, dengan dukungan seperti fitur promosi, kolaborasi konten kreatif, hingga kesempatan tampil di panggung live showcase.

Tahun ini menjadi penyelenggaraan kedua TikTok Rising di Indonesia, setelah sebelumnya sukses dijalankan di Filipina dan Thailand. “Musik selalu memiliki tempat penting di TikTok, tidak hanya menghibur tapi juga memberikan nafas pada jutaan cerita komunitas kami,” ujar Christo Putra, Music and Artist Partnerships Lead, Southeast Asia, TikTok, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (9/10).

“Partisipasi aktif komunitas kami yang dipadukan dengan kekuatan penemuan TikTok telah membantu beragam jenis musik untuk ditemukan dan menjangkau lebih banyak pendengar," katanya, menambahkan.

Christo menjelaskan bahwa program ini bukan sekadar ajang promosi digital, tetapi bagian dari strategi ekonomi kreatif TikTok untuk memperkuat fondasi industri musik lokal. “Tujuan utama TikTok Rising adalah menyoroti musisi aktif di TikTok agar mereka bisa memperoleh manfaat ekonomi dari kolaborasi ini,” ujarnya.

Menurutnya, manfaat ekonomi tersebut muncul dari berbagai sisi. Mulai dari peningkatan jumlah streaming, kolaborasi merek, hingga perluasan basis penggemar. “Karya mereka akan didukung langsung oleh TikTok, termasuk melalui fitur TikTok Rising Indonesia dan dukungan konser. Mereka juga bisa mengunggah tautan konser mereka, sementara fitur Add to Music membantu meningkatkan jumlah streams di platform musik lain,” kata Christo.

Ia menambahkan, kunci bagi musisi untuk tumbuh di TikTok ada pada konsistensi dan keaslian. “Pertama, bagaimana konten mereka relevan dengan audiens dan menciptakan gelombang baru. Kedua, musisi perlu jadi diri sendiri—misalnya menampilkan hobi atau kegiatan personal—karena kedekatan itu membuat audiens merasa terhubung dengan musik mereka,” katanya.

Tren berbeda di tiap negara

Dari sisi data, TikTok mencatat bahwa pada 2024, proporsi antara musisi populer dan pendatang baru dalam program TikTok Rising mencapai 60 persen dan 40 persen, dan tren tersebut masih berlanjut di 2025. “Kami tidak hanya memberi ruang bagi pendatang baru, tapi juga menyoroti musisi yang sudah mapan agar mereka bisa menjangkau audiens baru—yang hanya bisa terjadi di TikTok,” tutur Christo.

Christo mengakui bahwa strategi TikTok Rising berbeda di setiap negara. “Tiap negara punya tren dan jenis musik berbeda. Langkah pertama kami adalah berdiskusi dengan artis untuk memberi insight dari data analisis di dasbor TikTok for Artists,” ujarnya. “Kadang musisi tidak tahu apa yang perlu diunggah, jadi kami bantu dengan workshop agar konten mereka relevan. Selama konten tetap relevan dan dekat dengan audiens, akan tercipta komunitas yang kuat di sekitar musik mereka.”

Dampak ekonomi TikTok Rising terlihat nyata dari sejumlah kisah sukses musisi Indonesia. Band Juicy Luicy, misalnya, merasakan lonjakan popularitas lewat lagu “Lantas” dan “Sialan”, yang digunakan di lebih dari 100 ribu video TikTok dan mendorong aktivitas konser mereka di dunia nyata.

“Sejak aktif di TikTok lima tahun lalu, antusiasme masyarakat terhadap karya kami begitu luar biasa. Yang paling menyentuh adalah melihat musik Juicy Luicy tumbuh bersama cerita personal para pengguna TikTok,” ujar Julian Kaisar, vokalis Juicy Luicy.

Musisi Adrian Khalif juga merasakan efek serupa lewat lagu terbarunya “Alamak” yang digunakan lebih dari 500 ribu kali di TikTok hanya dalam empat hari, sekaligus menembus Top 50 Indonesia di platform streaming musik.

Tren serupa juga terlihat pada duo Tenxi & Jemsii yang melahirkan genre baru “Hip-Dut” (Hip Hop Dangdut) serta Wijaya80, band berisi Ardhito Pramono dan kawan-kawan yang membawa kembali nostalgia pop 80-an kepada generasi muda. Sebagai puncak dari rangkaian kegiatan, TikTok menghadirkan TikTok Rising Indonesia 2025 Live Showcase, menampilkan sembilan musisi lokal termasuk Juicy Luicy, Adrian Khalif, Wijaya80, for Revenge, Rombongan Bodonk Koplo, Mikky Zia, Enau, dan Assia Keva.

“Kami harap program ini bukan hanya menjadi panggung digital, tetapi sebuah perayaan kreativitas di mana musisi dan komunitas pencinta musik bisa terus berkolaborasi untuk meramaikan industri musik tanah air,” tutup Christo.

Topics

Editorial Team