Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
ilustrasi metaverse (dok.freepik)

Jakarta, FORTUNE – Palo Alto Networks menanggapi tren perbankan yang membangun platform digital metaverse. Perusahaan keamanan siber multinasional ini menyatakan bank mesti mewaspadai risiko yang terdapat dalam jagat maya itu.

Regional Vice President ASEAN Palo Alto Networks, Steven Scheurmann, menyatakan risiko keamanan siber di metaverse datang dari proses verifikasi bank terhadap nasabah, yang kemungkinan memunculkan identitas palsu.

Jika seseorang ingin mengakses metaverse, ia perlu membuat karakter virtual atau avatar. Karakter itu nantinya akan menjadi identitasnya di sana.

Namun, Steven mengatakan avatar tersebut bisa jadi tidak mewakili seseorang di dunia fisik alias palsu.

“Kalau saya di metaverse saya bisa pakai avatar. Avatar ini besa sangat beda dari saya. So, how do you identify avatar ini?“ kata Steven di hadapan wartawan, Kamis (15/12).

Sebagai perbandingan, jika seseorang datang langsung ke bank untuk mengurus sesuatu, pihak bank langsung bisa melihat nasabahnya. Jadi, tantangan bagi perbankan di metaverse adalah soal bagaimana mengenali karakter virtual sebagai nasabahnya. 

Di Indonesia, sejumlah bank yang telah memasuki metaverse adalah Bank Mandiri, BRI, dan BNI. Di tingkat global, bank-bank yang telah memasuki ranah tersebut adalah DBS Bank, JP Morgan, HSBC, dan Fidelity Investments.

Peluang metaverse

Editorial Team

Tonton lebih seru di