ilustrasi gambar deepfake (freepik.com/freepik)
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahkan mencatat, kerugian masyarakat akibat scam mencapai Rp8,2 triliun dalam setahun terakhir. Bahkan dari insiden tersebut, hanya 4,76 persen dana korban yang berhasil diselamatkan.
Masyarakat Indonesia rata-rata baru menyadari sebuah penipuan dan melaporkan setelah 12 jam setelah kejadian. Kesadaran ini jauh lebih lambat dari negara lain yang hanya 15 hingga 20 menit. Keterlambatan inilah yang membuat hanya 4,76 persen dana korban yang bisa diselamatkan karena jejak digital dan dana sudah berpindah tangan.
Niki Luhur juga menambahkan, modus scam semakin beragam seperti penipuan berbasis AI deepfake yang melonjak tajam. Penipu kini menggunakan teknologi AI Voice Cloning untuk meniru suara keluarga, atasan, atau pejabat—meminta transfer dana dengan suara yang 99 persen mirip aslinya.
Dari segi regulator, Bank Indonesia (BI), OJK, hingga Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) sebelumnya juga telah mengingatkan agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan, terutama terhadap modus penipuan yang menyasar identitas digital pengguna. Sebagai penyedia identitas digital dan pencegahan penipuan terdepan di Indonesia, VIDA membagikan tips agar keamanan digital pengguna tetap terjaga selama periode liburan Nataru
Hindari Wi-Fi publik untuk transaksi keuangan, sebab jaringan publik rentan penyadapan;
Verifikasi jika ada permintaan transaksi keuangan darurat. Hubungi kembali melalui nomor kontak yang sudah dikenal, jangan percaya suara familiar ditelepon.
Cek secara detail bukti transfer. Pastikan nama penerima dan nominal benar sebelum proses transaksi.
Gunakan biometrik agar kurangi OTP. Dengan beralih dari OTP SMS ke autentikasi biometrik yang lebih aman dan tahan terhadap upaya penipuan deepfake.