Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Screenshot 2025-04-21 at 10.09.40 PM.png
Logo LG Energy Solution (Dok. LG)

Intinya sih...

  • Apple batal investasi di Indonesia karena persoalan tambang ilegal dan ketidakpastian investasi, meski telah beredar iPhone 16.

  • BASF dan Eramet mundur dari proyek Sonic Bay karena perubahan pasar nikel global yang memengaruhi produksi baterai kendaraan listrik.

  • Foxconn, SoftBank, Tesla, dan LG Energy Solution juga batal investasi di Indonesia karena berbagai alasan.

Beberapa tahun terakhir, Indonesia gencar menggaet investasi asing sebagai bagian dari strategi pembangunan nasional. Namun, tidak semua rencana investasi berjalan mulus. Bahkan, beberapa perusahaan asing akhirnya memutuskan batal investasi di Indonesia.

Alasan di balik keputusan tersebut variatif mulai dari regulasi yang belum pasti, persoalan birokrasi, hingga pertimbangan strategis perusahaan. Terbaru, LG dikabarkan juga batal investasi di Indonesia dan mundur dari proyek baterai EV.

Selain LG, masih ada perusahaan asing yang batal di Indonesia lainnya juga. Apa saja perusahaan tersebut? Anda bisa membaca penjelasan dalam artikel ini.

1. Apple

Apple adalah perusahaan asing yang batal berinvestasi di Indonesia. Pada 2016, Apple sempat mempertimbangkan pembangunan pabrik di Indonesia. Namun, rencana tersebut tidak terealisasi karena persoalan tambang ilegal yang belum tertangani.

Di tahun yang sama, Tim Cook selaku CEO Apple menyatakan minatnya untuk membangun Apple Developer Academy. Rencana itu kemudian terwujud dua tahun berikutnya.

Pada 2024, pemerintah Indonesia meminta Apple meningkatkan investasinya agar memenuhi syarat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk produk iPhone 16. Apple pun menyampaikan rencana investasi sebesar US$1 miliar, termasuk pembangunan pabrik aksesori iPhone di Batam.

Sayangnya hingga kini, realisasi investasi tersebut belum terjadi meski iPhone 16 telah beredar resmi. Sebagai alternatif, Apple membuka akademi keempatnya di Tuban, Bali.

2. BASF dan Eramet

Dua perusahaan asal Eropa ini sempat berencana mengembangkan proyek Sonic Bay di Maluku Utara senilai US$2,6 miliar. Kedua perusahaan direncanakan akan turut memproduksi bahan baku baterai kendaraan listrik.

Namun, perubahan pasar nikel global terutama terkait jenis nikel yang digunakan dalam baterai, membuat keduanya mengurungkan niat untuk melanjutkan proyek tersebut. Mereka menilai tidak perlu sampai berinvestasi sebesar itu. Di satu sisi, BASF menilai pertumbuhan penjualan kendaraan listrik yang melambat juga jadi pertimbangan.

3. Foxconn

Perusahaan asing yang batal berinvestasi di Indonesia selanjutnya adalah Foxconn. Perusahaan asal Taiwan ini pernah mengumumkan rencana investasi sebesar US$8 miliar untuk membangun pabrik baterai kendaraan listrik.

Sampai sekarang, proyek itu tak kunjung terlaksana. Salah satu faktor penghambat yang diyakini adalah ketidakpastian dari Apple sebagai klien utama Foxconn. Terlebih, Apple belum menanamkan investasi langsung di Indonesia.

4. SoftBank

Pada 2020, SoftBank dikabarkan akan menjadi investor besar dalam proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan nilai investasi mencapai US$40 miliar.

Meski sempat diumumkan oleh Menko Marves Luhut Pandjaitan, kesepakatan tersebut dibatalkan. Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyebutkan bahwa kesepakatan itu lebih menguntungkan pihak SoftBank dan dianggap merugikan Indonesia.

5. Tesla

Pemerintah Indonesia sempat intensif melakukan pendekatan dengan Elon Musk agar Tesla berinvestasi di sektor baterai dan mobil listrik. Namun, hingga kini belum ada realisasi dari proyek investasi tersebut.

Menurut pengamat, salah satu kendala investasi Tesla di Indonesia adalah penerapan prinsip ESG (Environmental, Social, Governance) yang belum optimal di Indonesia. Meskipun Indonesia terus melobi, Tesla lebih tertarik menanamkan investasinya di Malaysia pada 2023 lalu.

6. LG Energy Solution

Konsorsium LG asal Korea Selatan memilih mundur dari proyek besar pengembangan baterai listrik berbasis nikel di Indonesia senilai US$9,8 miliar. Proyek ini sebelumnya digarap bersama Indonesia Battery Corporation (IBC) dalam Proyek Titan.

Alasan mundurnya LG tidak dijelaskan secara rinci, tetapi pihak Indonesia menyebutkan bahwa negosiasi tidak mencapai titik temu. Sebagai gantinya, pemerintah mempertimbangkan untuk mengalihkan tawaran investasi ke perusahaan asal AS.

Demikian daftar perusahaan asing yang batal invetasi di Indonesia. Mundurnya mereka dari proyek investasi di Indonesia dilatarbelakangi oleh berbagai faktor yang berbeda-beda juga.

Editorial Team