Mengenal Istilah Hard Selling dan Soft Selling Dalam Penjualan

Teknik ini penting untuk meningkatkan penjualan.

Mengenal Istilah Hard Selling dan Soft Selling Dalam Penjualan
Penjualan. (Pixabay/Peggy_Marco)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Dalam dunia bisnis, khususnya berkaitan dengan bidang promosi dan penjualan produk, kita sering mendengar tentang hard selling dan soft selling. Apa dimaksud dengan istilah tersebut dan apa yang membedakannya?

Melansir Investopedia, kedua strategi penjualan tadi memang sering digunakan untuk menentukan cara berpromosi kepada calon pembeli atau konsumen.

Sebelum beranjak ke perbedaannya, mari kita ketahui dulu definisi masing-masing teknik penjualan ini. Dengan demikian, kita akan lebih mudah untuk mengelaborasi setiap perbedaan yang dimiliki keduanya.

Definisi hard selling

Ilustrasi jual beli online. (Pixabay/Mediamodifier)

Investopedia menjelaskan, hard selling adalah metode pendekatan penjualan yang bersifat langsung dan gamblang. Tujuannya, supaya calon konsumen langsung tergerak untuk melakukan pembelian setelah ‘didorong’ oleh penjual.

Hard selling dikenal sebagai teknik agresif, sehingga terkadang membuat konsumen seringkali merasa seolah ‘dipaksa’ membeli. Tapi, untuk beberapa jenis produk dan layanan, hard selling efektif dilakukan.

Dalam penerapannya, teknik penjualan ini bisa dilakukan oleh penjual secara langsung, atau melalui media iklan, baik lewat kata-kata maupun visual penawaran langsung.

Sebagai contoh, salah satu penerapan teknik hard selling adalah penjual obat penumbuh jenggot di tengah lapangan menggunakan pengeras suara untuk menjual obatnya, dengan memberitahukan langsung khasiat dan harga obatnya. Bahkan, sang penjual tidak ragu seolah membanting harga, untuk bisa menarik lebih banyak pembeli.

Definisi soft selling

ilustrasi belajar (unsplash.com/Kenny Eliason)

Sebaliknya, soft selling adalah pendekatan penjualan dengan menggunakan bahasa yang relatif halus, tidak langsung, dan seringkali menimbulkan rasa penasaran di benak konsumen. Walau tujuan utamanya tetap penjualan, namun penyampaian ajakan untuk membeli tidak dilakukan secara gamblang.

Soft selling biasanya menyertakan penyampaian yang halus, sehingga calon konsumen tidak merasa ‘dipaksa’ untuk melakukan pembelian dan memiliki waktu berpikir serta menimbang yang cukup lama sebelum akhirnya memutuskan.

Sebagai contoh, soft selling bisa kita lihat sehari-hari, misalnya dalam acara seminar tentang pengaruh media sosial bagi penjualan produk. Acara tersebut seolah murni memberikan edukasi bagi pesertanya, namun sebenarnya tanpa disadari, penyelenggara sebenarnya sedang mengarahkan peserta untuk menggunakan jasa konsultasi yang ditawarkan secara halus di sepanjang acara.

Perbedaan hard selling dan soft selling

ilustrasi pelelangan (unsplash.com/Asim Z Kodappana)

Setelah mengetahui persamaan dan definisi masing-masing teknik penjualan, maka kita bisa lebih memahami perbedaan soft selling dan hard selling. Secara mendasar, hard selling mengandalkan penjualan to-the-point dan cenderung agresif, sedangkan soft selling mengandalkan persuasi dan penggunaan kata-kata halus, sehingga konsumen jadi lebih penasaran.

Ada beberapa aspek yang bisa kita telaah untuk bisa lebih membedakan perbedaan hard selling dan soft selling yaitu:

  1. Jangka waktu penjualan
    Dilihat dari jangka waktunya, hard selling lebih diperuntukkan untuk jangka pendek, sedangkan soft selling lebih fokus pada penjualan jangka panjang.
  2. Ketertarikan konsumen
    Simplicable menuliskan bahwa soft selling biasanya digunakan perusahaan untuk membangun keterikatan dan juga image baik di mata konsumen. Semakin tinggi brand engagement, maka penjualan juga berpotensi jadi semakin tinggi.
    Sebaliknya, hard selling digunakan untuk membangun ketertarikan konsumen, namun secara instan, tanpa berpikir lama untuk mempertimbangkannya.
  3. Bidang industri yang menggunakannya
    Secara umum, terdapat beberapa industri yang identik dengan satu dari dua teknik penjualan ini. Industri yang biasa menggunakan teknik hard selling antara lain adalah telemarketing, asuransi, perbankan, dan lainnya. Sedangkan teknik penjualan soft selling biasa digunakan dalam bidang content marketing, konsultan, manufaktur, dan masih banyak lagi.

Inilah penjelasan tentang persamaan dan perbedaan teknik penjualan soft selling dan hard selling. Setiap perusahaan dapat menyesuaikan teknik yang digunakan sesuai kebutuhan dan karakteristik produk atau layanan yang ditawarkan. Namun, keduanya juga dapat dipadukan untuk mencapai hasil yang lebih optimal.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Maret 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

17 Film Termahal di Dunia, Memiliki Nilai yang Fantastis
Ada Modus Bobol Akun Bank via WhatsApp, Begini Cara Mitigasinya
Bea Cukai Kembali Jadi Samsak Kritik Warganet, Ini Respons Sri Mulyani
Rumah Tapak Diminati, Grup Lippo (LPCK) Raup Marketing Sales Rp325 M
Bahlil: Apple Belum Tindak Lanjuti Investasi di Indonesia
Stanchart: Kemenangan Prabowo Tak Serta Merta Tingkatkan Investasi