Kendalikan Inflasi, Pemerintah Akan Optimalkan Peran TPIN

Gejola ekonomi dan geopolitik lambungkan harga komoditas.

Kendalikan Inflasi, Pemerintah Akan Optimalkan Peran TPIN
Shutterstock/Luis A. Orozco
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pemerintah bakal mengopetimalkan Peran Tim Pengendali Inflasi Nasional (TPIN) guna menjaga inflasi agar tetap terkendali di tengah gejolak harga komoditas dunia. 

“Dengan menerapkan strategi 4K, yakni strategi menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif,” kata Menteri Koordinator Perekonomian (Menko Ekon), Airlangga Hartarto dalam keterangan resmi di laman Kemenko Ekon, Selasa (19/4).

Airlangga menyampaikan bahwa TPIN memiliki tugas untuk memitigasi dampak transmisi kenaikan harga komoditas global ke domestik. Seperti kita ketahui, situasi global seperti perang Rusia-Ukraina, serta penerapan lockdown kembali di Cina, mendorong inflasi global karena adanya gangguan pada rantai pasok.

Harga minyak mentah tercatat terus meningkat, di mana per Maret 2022 naik sebesar 18,58 persen (month to month/mtm). Beberapa bahan pangan global juga makin mahal, seperti harga kedelai yang naik 8,91 persen (mtm) dan harga gandum dengan peningkatan sebesar 24,53 persen (mtm).

Meski begitu, kinerja perdagangan internasional Indonesia pada Maret 2022 menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Performa impresif kinerja perdagangan Indonesia

Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto. (dok. Kemenko Ekon)

Masa pandemi yang belum usai, serta situasi perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina, membuat sejumlah harga komoditas energi dan bahan pangan pun melonjak signifikan. Di sisi lain, kinerja perdagangan internasional Indonesia kembali menunjukkan performa impresif, bahkan menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Nilai ekspor Maret 2022 tercatat mencapai US$26,50 miliar atau meningkat signifikan 29,42 persen (mtm) atau sebesar 44,36 persen (year on year/yoy). Di saat  bersamaan, nilai impor pada Maret 2022 mencapai US$21,97 miliar dengan pertumbuhan sebesar 32,02 persen (mtm) atau 30,85 persen (yoy).

Pada Maret 2022, neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami surplus hingga US$4,53 miliar. “Surplus yang berkelanjutan ini akan terus mendorong kenaikan cadangan devisa, sekaligus meningkatkan kapasitas dan ketahanan sektor eksternal Indonesia,” katanya.

Komoditas ekspor andalan mengalami penguatan

Ilustrasi batu bara ITMG. (Website ITMG)

Pada lini ekspor, Indonesia mengalami penguatan pada beberapa komoditas andalan. Batu bara misalnya, yang meningkat 49,91 persen (mtm), nikel yang tumbuh 41,26 persen (mtm), dan CPO yang naik hingga 16,72 persen (mtm).

“Indonesia terus memacu hilirisasi komoditas unggulan. Sehingga ekspor Indonesia tidak lagi berasal dari komoditas hulu, namun mengandalkan komoditas hilir yang memiliki nilai tambah tinggi,” ujar Airlangga. 

Langkah awal nyata dari program ini salah satunya dibuktikan dengan transformasi ekspor dari bijih nikel ke produk turunan besi dan baja (Fero Nikel) yang nilai ekspornya dapat mencapai 60 kali lebih besar dari nilai komoditas bijih nikel dan konsentratnya.

Peningkatan nilai tambah dalam aktivitas produksi ini tercermin dari Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang terus berada di level ekspansif, yakni 51,3. Capaian ini turut mendorong ekspor sektor industri pengolahan yang tumbuh sebesar 23,99 persen (mtm) atau 29,83 persen (yoy) pada Maret 2022.

Impor yang didominasi bahan baku

Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (15/11/2021). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.

Sebaliknya, dari sisi impor, komposisi utamanya didominasi oleh golongan bahan baku/penolong dengan porsi mencapai 77,46 persen dengan peningkatan sebesar 32,60 persen (mtm) atau 31,53 persen (yoy). Disusul impor barang modal dengan porsi mencapai 14,26 persen yang mengalami pertumbuhan sebesar 20,31 persen (mtm) atau 30,12 persen (yoy). Sedangkan, impor konsumsi tercatat hanya mencapai 8,28 persen dari total impor.

“Dominasi dan kenaikan impor bahan baku menunjukkan bahwa impor Indonesia ditujukan untuk aktivitas produktif guna mendorong output nasional, sementara kenaikan pada barang modal menunjukkan perusahaan manufaktur terus mendorong ekspansi usahanya,” ucap Airlangga.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi