Masuki Era Industri 4.0, Ini 6 Tren Dunia Kerja Masa Depan

Industri 4.0 menuntut pekerja lebih cekatan dan adaptif.

Masuki Era Industri 4.0, Ini 6 Tren Dunia Kerja Masa Depan
Ilustrasi Kecerdasan Buatan. Shutterstock/Elnur
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Industri 4.0 adalah industri yang menggabungkan otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi manufaktur. Sejalan dengan perkembangannya, kondisi ini pun memunculkan sejumlah tren dalam dunia kerja masa depan.

Perubahan dalam dunia kerja pada era industri 4.0 pun tidak dapat terelakkan. Kecepatan perkembangan industri 4.0 tak hanya menuntut para pekerja menjadi lebih cekatan dan adaptif, melainkan juga mengubah tatanan dan sistem yang sudah ada, termasuk lingkungan kerja.

Managing Director SAP Indonesia– perusahaan teknologi global yang memproduksi berbagai perangkat lunak terkait manajemen bisnis–Andreas Diantoro, mengatakan pemberdayaan teknologi dan solusi termutakhir dapat membantu para pekerja untuk bekerja dengan lebih efisien dan percaya diri di era industri 4.0.

“Banyak perusahaan yang sudah mengadaptasi ‘tren kerja masa depan,’ yang menggunakan ide-ide inovatif dan pemanfaatan solusi-solusi yang dapat mentransformasi lingkungan kerja, tenaga kerja, dan kualitas pekerjaan itu sendiri,” kata Andreas dalam keterangan yang dikutip Jumat (17/6).

Terkait sistem kerja masa depan yang makin berkembang, berikut ini adalah 6 tren di dunia kerja industri 4.0 yang dirilis oleh SAP Indonesia.

Tenaga kerja hybrid

Ilustrasi Budaya Kerja Hybrid atau Remote. Dok/Microsoft Indonesia

Pandemi Covid-19 menimbulkan banyak tantangan di berbagai sektor kehidupan, namun di sisi lain juga memberikan banyak peluang baru yang bermunculan. Salah satunya adalah situasi yang memaksa banyak tenaga kerja untuk berekspansi cepat dan mengimplementasikan sistem kerja perpaduan offline dan online, atau yang dikenal dengan hybrid.

Tren ini pun mendorong banyak perusahaan untuk membentuk tim berbasis fungsi dan keterampilan tertentu, agar penyelesaian pekerjaan tidak harus terpusat di satu tempat. Bahkan, setelah kemunculan istilah Work From Office (WFO) dan Work From Home (WFH), kini banyak perusahaan yang akhirnya menerapkan Work From Everywhere (WFE).

Artificial intelligence di tempat kerja

Artificial Intelligence. (ShutterStock/metamorworks)

Menurut Andreas, sebagai bentuk penyesuaian dengan kondisi industri 4.0 yang menerapkan konektivitas manusia, mesin dan data, prinsip otomatisasi terhadap tugas yang berulang pun dikembangkan. Hal ini dikenal dengan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), yang diyakini mampu meminimalisir kesalahan perusahaan, termasuk waktu untuk menyelesaikannya.

Dengan menggunakan AI, para karyawan pun dapat lebih fokus pada pemecahan masalah dan tugas-tugas kreatif lainnya. Keberadaan teknologi AI juga memudahkan perusahaan untuk menganalisis dan menafsirkan Big Data, sambil terus mengembangkan kecerdasan buatan tersebut, untuk memberikan analisa lain yang akurat.

Inklusivitas dan keberagaman pekerja

Piqsels

Pekerja adalah komponen penting untuk membuat sebuah perusahaan dapat berjalan. Penciptaan lingkungan kerja yang inklusif dan beragam telah terbukti berhasil meningkatkan tingkat produktivitas inovasi, kesuksesan dan tingkat kepuasan para karyawan secara umum.

Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh McKinsey, perusahaan AS dengan tingkat keberagaman latar belakang pekerja terbanyak terbukti 36 persen lebih unggul dari pesaing mereka. “Untuk dapat menarik dan mempertahankan karyawan yang produktif dan kompeten, perusahaan juga perlu menghargai dan mendukung usaha karyawannya,” katanya.

Angkatan kerja multi generasi

Ilustrasi perempuan pebisnis. (Pixabay/089photoshootings)

Hingga saat ini, menurut Andreas, tren dan budaya kerja yang diterapkan merupakan situasi diciptakan oleh generasi baby boomer. Namun, jaman kian berganti dan ke depannya, semakin banyak perusahaan melihat percampuran generasi angkatan kerja dengan gen-X, milenial, gen-Z, dan seterusnya.

Heterogenitas ini akan menciptakan berbagai tren yang mengharuskan perusahaan untuk dapat memenuhi berbagai kebutuhan yang berbeda jauh antar generasi. Fenomena ini juga akan mendorong pergerakan yang lebih cepat dalam angkatan kerja. Untuk itu, perusahaan harus memberikan kesempatan bagi karyawan mereka untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan pribadi serta merencanakan karir dengan baik.

Pelatihan dan peningkatan skill pekerja

Sejumlah peserta mengikuti pelatihan pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) era digital di Banda Aceh, Aceh, Minggu (31/10/2021). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas./hp.

Implementasi AI dan teknologi digital yang dinamis dalam dunia kerja membutuhkan pelatihan khusus. Maka dari itu, perusahaan pun dinilai perlu mengadakan pelatihan rutin untuk dapat meningkatkan kemampuan karyawan dalam menggunakan teknologi tersebut.

Penggunaan AI dan teknologi baru ini nantinya juga akan membuka pintu bagi berbagai macam inovasi di tempat kerja kelak. Salah satu contoh, misalnya dalam memanfaatkan bot untuk membentuk lingkungan kerja yang imersif dan personal, sesuai dengan kemampuan dan kenyamanan setiap penggunanya.

Mengedepankan kesejahteraan dan keterlibatan karyawan

Shutterstock/ JooFotia

Sebuah survei pada tahun 2020 terhadap 17.000 karyawan yang tersebar di 20 industri berbeda, menunjukkan bahwa meningkatkan keterlibatan karyawan di tempat kerja merupakan faktor terpenting untuk dapat membangun sebuah bisnis yang kokoh dan berkinerja tinggi.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Pialang Adalah: Pengertian, Tugas, dan Cara Kerjanya
Lima Anak Bernard Arnault Jadi Direksi, Penerus LVMH Diragukan
Daftar Produk Paling Laris Dibeli di Tokopedia dan Tiktok Saat Ramadan
Pelaku Usaha dan UMKM Kini Bisa Daftar Sertifikasi Halal Lewat Shopee
Rupiah Tertekan ke Rp16.217 per US$ Usai Data PDB AA Dirilis
Peluang Rebound IHSG Terbuka, Didukung Kebijakan Suku Bunga