Memahami Current Ratio untuk Bisa Menilai Kemampuan Perusahaan

Current Ratio hitung kemampuan usaha membayar kewajibannya.

Memahami Current Ratio untuk Bisa Menilai Kemampuan Perusahaan
Ilustrasi menghitung. (Unsplash/Sasun Bughdaryan)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Dalam dunia usaha, seorang pebisnis harus memperhitungkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban utang maupun upah. Untuk memperoleh gambaran, salah satu instrumen yang bisa digunakan adalah dengan melihat data current ratio atau rasio lancar.

Melansir Investopedia, current ratio adalah rasio likuiditas untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek atau yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Dengan menggunakan rasio ini, maka investor atau analis dapat menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi berbagai kewajibannya, dengan memaksimalkan aset lancar di neraca.

Selain menggambarkan kondisi likuiditas yang terdapat dalam perusahaan, current ratio juga menilai penggunaan modal kerja dalam perusahaan. Kemudian, instrumen ini juga membantu manajemen dalam mengelola arus kas, agar tidak terlilit masalah likuiditas yang merepotkan.

Dua faktor penting

ilustrasi uang (pexels.com/Pixabay)

Dalam menghitung current ratio (rasio lancar), terdapat dua faktor utama yang dapat menentukan besaran rasio yang dihasilkan. Pertama adalah current assets atau aset lancar, dan faktor berikutnya adalah current liabilities atau kewajiban lancar.

Aset lancar yang tercatat di neraca perusahaan meliputi kas, piutang, persediaan, dan aset lancar lainnya, yang diharapkan akan dilikuidasi atau diubah menjadi uang tunai dalam waktu kurang dari satu tahun. Sedangkan, kewajiban lancar meliputi utang usaha, upah, utang pajak, utang jangka pendek, dan bagian lancar dari utang jangka panjang.

Dengan membandingkan kedua faktor tersebut, maka kita bisa mendapatkan sebuah rasio yang akan menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang sehat atau tidak sehat. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban saat ini, atau jangka pendek, dengan aset saat ini, atau jangka pendek, seperti uang tunai, persediaan, dan piutang.

Rumus Current Ratio

Dok. Shutterstock/Ktasimar

Sesuai pengertiannya, current ratio adalah perbandingan antara current assets dan current liabilities. Dengan demikian, rumus dari perbandingan ini adalah sebagai berikut:

Rasio Lancar = Aset Lancar/Kewajiban Lancar

Sebagai contoh, sebuah perusahaan memiliki aset lancar–terdiri dari kas, piutang usaha, persediaan, aset lain–sebesar Rp300.000.000 dengan kewajiban lancar–terdiri dari utang usaha, utang pajah, beban, serta pinjaman–dengan total Rp250.000.000.

Maka, dengan rumus current ratio, didapatkan angka: 300.000.000/250.000.000 = 1,2

Jadi, rasio lancar perusahaan tersebut adalah 1,2.

Analisis current ratio

ilustrasi penghitungan aset tetap (pexels.com/Olia Danilevich)

Setelah mengetahui rumus dan mencoba untuk merepakannya dalam sebuah penghitungan rasio lancar, kita perlu mengetahui penggunaannya dalam perusahaan yang dijalankan. Sederhananya, perusahaan harus memiliki kas yang cukup untuk menutupi kewajiban lancarnya.

Jika angka rasio berada di atas satu, maka dalam analisis rasio likuiditas berarti perusahaan aman untuk membayar kewajiban lancarnya dengan menggunakan aset lancarnya. Namun, jika rasionya kurang dari satu, itu berarti perusahaan bisa kesulitan membayar utangnya tepat waktu kepada kreditor.

Dalam banyak kasus, perusahaan dengan rasio lancar kurang dari 1,00 tidak memiliki modal untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya jika semuanya jatuh tempo sekaligus, sedangkan rasio lancar lebih besar dari 1,00 menunjukkan bahwa perusahaan memiliki keuangan sumber daya untuk tetap pelarut dalam jangka pendek.

Dengan demikian, angka rasio lancar yang didapat dari contoh sebelumnya adalah 1,2. Ini berarti perusahaan tersebut dalam kondisi aman dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Namun, karena rasio lancar pada satu waktu hanyalah gambaran, biasanya tidak merepresentasikan likuiditas jangka pendek atau solvabilitas jangka panjang perusahaan secara utuh.

Keterbatasan

ilustrasi kalkulator (unsplash.com/Mediamodifier)

Meski current ratio cukup efektif dalam menghitung masalah likuiditas perusahaan, namun instrumen ini tetap memiliki keterbatasan. Salah satunya adalah item persediaan yang masuk dalam penghitungan rasio lancar. Jika saldo persediaan pada akhir tahun berbeda secara signifikan, maka akan ada perbedaan rasio yang signifikan.

Satu hal yang perlu diingat, piutang yang dimiliki perusahaan masuk dalam aset lancar, yang berarti angkanya terhitung, namun wujudnya tidak ada karena masih berbentuk aset piutang. Oleh karena itu, rasio lancar yang besar belum tentu mewakili uang tunai yang dimiliki oleh perusahaan, untuk membayar kewajibannya.

Oleh karena itu, perusahaan tidak bisa menggantungkan penilaian masalah arus kas pada satu rasio saja. Perlu adanya dukungan dari instrumen lain untuk melengkapi analisis yang diterapkan, seperti quick ratio atau acid test ratio, modal kerja, perputaran piutang, dan perputaran persediaan, serta rasio lainnya.

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Cara Daftar BRImo Secara Online Tanpa ke Bank, Ini Panduannya
Jumlah Negara di Dunia Berdasarkan Keanggotaan PBB
Erick Thohir Buka Kemungkinan Bawa Kasus Indofarma ke Jalur Hukum
Daftar Emiten Buyback Saham per Mei 2024, Big Caps!
Pacu Dana Murah, CASA BTN Capai 50,1%
Pabrik BATA Purwakarta Tutup, Asosiasi: Pasar Domestik Menantang