Mengenal Bisnis Ritel, Tujuan, Fungsi, dan Karakteristiknya

Bisnis ritel adalah ujung tombak penjualan.

Mengenal Bisnis Ritel, Tujuan, Fungsi, dan Karakteristiknya
Bandung, Indonesia - Mei, 2020: Transaksi di kios kecil atau "warung" di Bandung, Indonesia. Shutterstock/Bastian AS
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Bisnis ritel merupakan segmen usaha yang tidak asing dan biasnaya dekat dengan keseharian kita. Ada banyak jenis bisnis ritel yang kita kenal, baik ritel tradisional sepeti warung kelontong, mauoun yang modern seperti minimarket atau supermarket.

Melansir hubspot.com, bisnis ritel adalah sebuah usaha yang menjual barang atau jasa kepada konsumen, baik untuk komsumsi, penggunaan, atau sekadar kesenangan mereka. Dahulu, barang dan jasa ini dijual di sebuah toko, namun seiring perkembangan teknologi, kini beberapa produk juga dijual secara online.

Peran ritel bagi produsen adalah sebagai perantara pemasaran yang menghubungkan produsen dengan konsumen yang membeli dalam jumlah kecil. Sementara, para pelaku bisnis ritel biasanya membeli barang dalam jumlah besar kepada produsen atau pemasok dengan harga yang relatif lebih murah, untuk selanjutnya dijual kembali kepada konsumen atau pengguna akhir dengan harga pasar.

Konsumen yang membeli di toko ritel, biasanya tidak akan menjual kembali produk barang atau jasa yang dibelinya. Dengan demikian, bisnis ritel adalah akhir dari rantai pasok, sebelum akhirnya sampai kepada konsumen akhir. 

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai bisnis ritel, berikut ulasannya. 

Tujuan bisnis ritel

Warung kelontong milik Fitri Yuniatun yang mendapatkan program Daya dari BTPN Syariah di Kabupaten Kubur Raya, Kalimantan Barat, Kamis (25/8).

Bisnis ritel seringkali dianggap sebagai bagian dari strategi penjualan bagi para produsen untuk bisa mencapai konsumen atau pengguna akhir barang dan jasa.

Menurut situs web majoo.id, pada dasarnya, tujuan bisnis ritel adalah untuk memudahkan konsumen membeli produk dalam jumlah yang terbatas. Namun, terdapat beberapa tujuan lain, seperti:

  1. Menyediakan beragam pilihan barang sesuai dengan keinginan pembeli atau konsumen.
  2. Menawarkan produk dalam ukuran unit yang lebih kecil supaya para konsumen dapat mencukupi kebutuhannya.
  3. Menjadi penghubung atau perantara antara distributor dengan konsumen.
  4. Mengumpulkan informasi terkait beragam jenis barang yang menjadi kebutuhan konsumen.

Fungsi bisnis ritel

Ilustrasi Alfamart. (dok Alfamart)

Situs web koinworks menuliskan beberapa fungsi dari bisnis ritel sebagai mata rantai terakhir pasokan produk konsumsi, sebagai berikut:

  1. Ujung tombak penjualan
    Bisnis ritel menjadi akhir dari proses rantai pasok atau bisa juga disebut sebagai ujung tombak penjualan. Kehadiran para pebisnis ritel atau sering disebut pengecer membuat produsen dapat lebih fokus pada proses produksi tanbpa terganggu soal penjualan.
  2. Memudahkan masyarakat memenuhi kebutuhan
    Dengan adanya pengecer, masyarakat akan lebih mudah dalam mendapatkan barang atau jasa yang dibutuhkan tanpa harus membeli langsung ke produsen yang biasanya menjual dalam jumlah besar. Lokasi bisnis ritel yang biasanya dekat dengan pemukiman mengakomodasi pemenuhan kebutuhan konsumen dengan mudah, murah, dan cepat di berbagai daerah.
  3. Mempromosikan produk
    Bisnis ritel juga berfungsi untuk membantu mempromosikan produk dari produsen yang telah dikulak dari grosir. Produk baru yang belum dikenal masyarakat pun akan lebih dekat promosinya di bisnis ritel. Tak hanya menjual, bisnis ritel juga bisa mengedukasi konsumen tentang produk baru tersebut.
  4. Observasi pasar
    Fungsi terakhir dari bisnis ritel adalah memberikan gambaran tentang perilaku konsumen dan tren pasar yang terjadi. Hal ini dibutuhkan bagi para produsen untuk bisa mengoptimalkan produk-produknya, karena bisnis ritel mendapatkan tanggapan langsung dari konsumen.

Jenis bisnis ritel

Klik Indomaret (dok.klik indomaret)

Jika selama ini bisnis ritel yang kita tahu hanya warung, minimarket, toko sayur, dan lainnya. Ternyata, contoh-contoh tersebut bisa dikategorikan berdasarkan beberapa kriteria tertentu, mulai dari produk yang dijual, bentuk toko, sampai teknik pemasarannya.

  1. Berdasarkan produk yang dijual
    Terbagi menjadi dua jenis, yakni jenis produk barang dan layanan atau jasa. Untuk penjual barang eceran, dapat menjual sejumlah produk seperti obat, pakaian, makanan, dan lainnya sejenisnya. Sementara untuk jasa, bisnis ritel biasanya menjual produk tak berwujud, seperti layanan perbankan, perbaikan, atau penyewaan.
  2. Berdasarkan bentuknya
    Bisnis ritel dibedakan juga berdasar bentuknya, seperti toko fisik yang menjual kebutuhan sehari-hari; toko layanan seperti bengkel, sewa mobil, atau jasa pijat; dan dalam perkembangannya ada juga bisnis ritel yang dalam jaringan atau online.
  3. Berdasarkan bentuk toko
    Jenis ini adalah kelanjutan dari kategorisasi berdasarkan bentuk. Ada beragam toko ritel yang lebih spesifik lagi, seperti Toko serba ada yang menjual berbagai macam kebutuhan; toko khusus yang menjual hanya satu jenis layanan atau produk seperti toko mainan, toko perhiasan, atau toko pakaian; supermarket yang menjual barang seperti toserba namun dalam bentuk yang lebih modern dan biasanya bagi kalangan ekonomi menengah ke atas; serta minimarket yang merupakan bentuk mini dari supermarket dan relatif lebih mudah dijangkau karena berada dekat dengan pemukiman masyarakat.
  4. Berdasarkan skala penjualan
    Bisnis ritel ini terbagi menjadi dua, yakni skala besar dan kecil. Bisnis ritel skala besar biasanya memiliki target penjualan dalam jumlah yang besar, seperti toserba, supermarket, atau minimarket yang punya banyak cabang. Sementara dalam skala kecil, bisnis ritel punya target volume penjualan yang lebih rendah, seperti toko kelontong, warung, atau kios pinggir jalan.
  5. Berdasarkan kepemilikan
    Bisnis ritel di kategori ini terbagi menjadi beberapa, seperti ritel mandiri yang dimiliki oleh individu; ritel yang sudah ada yang biasanya merupakan warisan atau pengalihan kepemilikan; dealer yang merupakan badan usaha atau perorangan yang bertugas menjadi distributor produsen; waralaba yang didasarkan atas hak menggunakan jenama tertentu; multi level marketing (MLM) yang mengandalkan perekrutan langsung untuk menjual produk dari produsen; dan corporate chain yang berdasar pada kepemilikan gabungan dari beberapa individu pemegang saham sebuah perusahaan.
  6. Berdasarkan teknik pemasaran
    Klasifikasi ini erat kaitannya dengan perkembangan teknologi, di mana para pemilik bisnis ritel melakukan aktivitas penjualannya dalam bentuk offline atau online.
  7. Berdasarkan bentuk hukum
    Jenis bisnis ritel berdasarkan bentuk hukum terbagi menjadi Sole Proprietorship atau yang dijalankan perseorangan; partnership yang dijalankan dalam bentuk kemitraan, sehingga kepemilikannya bisa terbagi di antara dua orang atau lebih; dan joint venture yang merupakan bisnis ritel kolaborasi antara dua entitas bisnis atau lebih dalam mengumpulkan sumber daya untuk meraih tujuan tertentu.

Related Topics

Bisnis RitelRitel

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Maret 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

17 Film Termahal di Dunia, Memiliki Nilai yang Fantastis
Rumah Tapak Diminati, Grup Lippo (LPCK) Raup Marketing Sales Rp325 M
Bea Cukai Kembali Jadi Samsak Kritik Warganet, Ini Respons Sri Mulyani
Ada Modus Bobol Akun Bank via WhatsApp, Begini Cara Mitigasinya
Melonjak 109%, Bank Raya Kantongi Laba Rp9,16 Miliar
Stanchart: Kemenangan Prabowo Tak Serta Merta Tingkatkan Investasi