Mengenal Overstock Inventory: Penyebab dan cara Mengatasinya

Jangan panik saat menghadapi Overstock Inventory.

Mengenal Overstock Inventory: Penyebab dan cara Mengatasinya
ilustrasi grosir (unsplash.com/Nana Smirnova)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Dalam mengelola sebuah bisnis, selain menangani masalah jual, beli dan pemasaran, pengusaha juga perlu memikirkan cara mengelola stok barang dengan benar agar tak terjadi overstock inventory. Apakah itu Overstock Inventory?

Menyadur dari laman id.returnkey.co, Overstock Inventory adalah suatu kondisi di mana persediaan sebuah komoditas atau barang sudah terlalu banyak dan ditimbun. Salah satu sebabnya karena tidak dapat laku terjual dalam waktu yang relatif lebih singkat.

Meskipun tidak rusak atau cacat, Overstock Inventory bisa cukup merepotkan bagi penjual, pasalnya mau tak mau, penjual terpaksa menjual komoditas tersebut dengan harga yang murah. Kondisi ini bisa merugikan penjual. Hal ini pula yang pernah terjadi dengan harga ayam ras yang sempat terjun bebas di akhir 2022. 

Untuk lebih memahami kondisi Overstock Inventory, berikut ini Fortune Indonesia akan mengulasnya dari beberapa sumber terkait.

Penyebab

ilustrasi grosir (unsplash.com/CHUTTERSNAP)

Overstock Inventory tidak terjadi begitu saja. Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya situasi ini, padahal masih bisa dihindari dengan perhitungan, perencanaan, dan analisis inventaris yang lebih cermat. Berikut ini adalah beberapa hal yang menyebabkan Overstock Inventory:

  1. Salah menilai permintaan pelanggan
    Pemilik bisnis tidak tahu dengan pasti pelanggan tetap atau siapa pelanggan yang sering membeli di toko. Biasanya hal ini terjadi dalam situasi tak terprediksi, semacam pandemi Covid-19. Kesalahan memahami permintaan pelanggan untuk suatu produk dapat menyebabkan kelebihan stok barang dengan harga yang relatif mahal sehingga akhirnya hanya tertahan di rak inventori.
  2. Takut kehabisan stok
    Cara pandang ini cukup berbahaya karena ketakutan itu membuat penjual bisa membeli persediaan secara berlebihan. Akhirnya, stok tersebut tak bisa terjual cepat dan membuat Overstock Inventory pun terjadi.
  3. Strategi pemasaran yang tak efektif
    Bila sebab sebelumnya terjadi karena rasa takut atau kuatir, maka pada poin ini kelebihan persediaan terjadi karena terlalu yakin. Jika kita membeli barang dalam jumlah besar dari pemasok, jangan berasumsi bahwa pelanggan langsung ingin membelinya hanya karena kita punya strategi pemasaran yang menarik. Hal inilah yang membuat para pemilik bisnis merasa terlalu yakin tingkat penjualan akan tinggi dan tanpa memperhitungkan terjadinya overstock.
  4. Manajemen yang buruk
    Hal ini sudah jelas, karena kurangnya pemahaman tentang aspek manajemen inventaris yang penting ini menjadi penyebab lain dari overstock inventory dalam suatu bisnis. Jika kita tak tahu berapa biaya inventaris, termasuk biaya penyimpanan produk, seringkali kita akan cenderung membeli inventaris baru tanpa data akurat yang menunjukkan margin keuntungan dan harga pokok penjualan.
  5. Musim pembelian
    Untuk dapatkan keuntungan yang besar, pemilik bisnis biasanya memperbanyak jumlah inventaris produk mereka demi mengantisipasi penjualan yang meledak di suatu musim. Sayangnya, banyak toko atau bisnis yang tidak begitu memahami dan memiliki data terkait penjualan musiman. Akhirnya, toko yang tak siap menjual persediaan yang ada, terjebak dalam situasi di mana banyak produk yang tidak terjual.

Mengatasi Overstock

ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/aww

Untuk mengatasi terjadinya Overstock Inventory, pemilik bisnis bisa melakukan sejumlah hal untuk meminimalisir kerugian: 

  1. Penjualan likuidasi
    Likuidasi sendiri adalah upaya penjualan aset maupun inventaris perusahan untuk mendapatkan kembali modal mereka atau menutup kerugian maupun hutang yang dimiliki pada kreditur. Bagi pemilik bisnis, melikuidasi inventaris ini adalah cara yang baik untuk mengosongkan rak dan membuka ruang untuk produk baru.
  2. Pasar lelang
    Kita bisa memanfaatkan pasar lelang untuk menjual produk yang sudah tidak begitu laku di pasaran, tentunya dengan harga yang lebih rendah. Pasar lelang ini bisa disesuaikan, terintegrasi, dan diskalakan berdasarkan kebutuhan setiap pemilik bisnis. Saat ini pasar lelang tak hanya bersifat offline, namun ada juga yang dilakukan secara online.
  3. Memberi diskon
    Melansir dealpos.com, cara lain yang bisa diterapkan adalah memberikan diskon pada barang overstock. Dengan memberikan diskon akan membuat stok barang di gudang menjadi berkurang dan secara otomatis overstock sudah tidak ada lagi.
  4. Product bundling
    Strategi ini adalah cara yang dilakukan dengan menggabungkan barang yang kurang diminati bersama dengan barang-barang yang laris terjual. Pelanggan cenderung akan memilih produk bundling best seller karena mereka bisa mendapatkan dua barang sekaligus. Apalagi jika harganya di berikan diskon.
  5. Giveaway
    Cara terakhir ini banyak dilakukan oleh para konten kreator di era digital ini. Ternyata, hal ini juga bisa dimanfaatkan untuk menghabiskan barang-barang ovestock dengan membagikannya secara gratis. Salah satunya dengan kampanye giveaway di akun media sosial. Meski membagikan secara gratis, kita juga tetap diuntungkan karena mendapatkan tambahan pengikut di medsos dengan exposure yang meningkat pula.

Demikianlah ulasan tentang Overstock Inventory, penyebab dan strategi mengatasinya. Semoga artikel ini membantu dalam mempersiapkan dengan matang persediaan atau stok barang.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M