Tarik Pembeli dan Investor, Sandiaga Harap UMKM Punya Unique Selling

PDB UMKM mencapai Rp1.154,4 triliun untuk ekonomi kreatif.

Tarik Pembeli dan Investor, Sandiaga Harap  UMKM Punya Unique Selling
Menparekraf, Sandiaga S. Uno. (dok. Kemenparekraf)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif /Kepala Barekraf (Menparekraf/Kabarekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, berharap produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki unique selling point  untuk menarik minat pembeli dan para investor, terutama dalam ekosistem ekonomi digital.

Pasalnya, dalam membeli sebuah produk, konsumen memperhatikan banyak hal, mulai dari harga, keuntungan yang ditawarkan, hingga popularitas produk. “Bentuk unique selling point yang ditawarkan bisa berupa pemberian label nama brand,” katanya seperti dikutip dari laman Kemenparekraf, Kamis (16/6).

Untuk itu, pelaku UMKM dalam ekonomi kreatif juga dituntut untuk lebih inovatif, adaptif, berani mengambil risiko, dan memiliki soft skill yang mumpuni. Apalagi, pandemi Covid-19 telah mendorong digitalisasi semakin cepat. “Soft skill menjadi entrepreneur penting dilakukan, terutama cara atau teknik berkomunikasi, bernegosiasi dan berpromosi sehingga kita bisa mencapai usaha yang terus berkembang,” ucapnya.

Kontribusi ekraf pada PDB diharapkan capai 65 persen

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno (kanan) melihat salah satu karya pada acara Apresiasi Kreasi Indonesia 2021 di Gandaria City, Jakarta, Kamis (9/12/2021). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/rwa.

Menteri Sandiaga mnegungkapkan bahwa kontribusi ekonomi kreatif–khususnya UMKM–pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sudah menembus 60 persen dan ditargetkan akan mencapai 65 persen di tahun 2024/2025.

“PDB UMKM sekarang sudah mencapai Rp1.154,4 triliun untuk ekonomi kreatif. Data tersebut menunjukkan tren yang positif, walaupun mengalami penurunan saat Covid-19,” kata Sandiaga.

Tantangan yang masih dihadapi

Ilustri UMKM/ Shuterstock Andri Wahyudi

Namun demikian, masih terdapat sejumlah tantangan UMKM yang harus diselesaikan. Masih ada 77,3 persen UMKM yang belum terdigitalisasi; 83,32 persen belum berbadan hukum; 89 persen belum memiliki merek, brand, atau Hak Kekayaan Intelektual; 92,4 persen masih menggunakan modal sendiri dan belum dapat akses pembiayaan; serta 92,6 persen penghasilannya masih di bawah Rp1 juta per hari.

“Oleh karenanya, kita dorong ke depan agar produk UMKM kita bisa lebih kreatif, unik, memiliki dampak sosial dan ekonomi, serta memiliki potensi market yang tinggi. Dan jangan lupa digitalisasi sehingga produk-produk UMKM harus masuk ke dalam ekonomi digital dalam konsep Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI),” kata Sandiaga.

Target Gernas BBI

Perajin memproduksi kerajinan dari rotan di Sentra Rotan, Jakarta, Kamis (14/10/2021). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/aww.

Tahun ini, kata Sandiaga, Gernas BBI punya target 17,2 juta unit UMKM on boarding di e-commerce. Kolaborasi Kementerian/Lembaga dan Badan Usaha Milik Pemerintah pun menargetkan capaian Rp400 triliun, sehingga 30 juta UMKM bisa mauk dalam ekosistem ekonomi digital pada akhir 2023.

Menurut Sandiaga, kebangkitan sektor pariwisata akan membawa kebangkitan perekonomian. Hal ini disebabkan karena banyak bagian di sektor pariwisata yang berpeluang memunculkan multiplier effect, terutama untuk menciptakan peluang usaha dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen