Susilo Wonowidjojo, Pemilik Gudang Garam yang Asetnya Alami Kebakaran

Susilo Wonowidjojo pernah masuk Fortune Indonesia BPOY 2021.

Susilo Wonowidjojo, Pemilik Gudang Garam yang Asetnya Alami Kebakaran
Ilustrasi Susilo Wonowidjojo, Presiden Direktur PT Gudang Garam Tbk
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Salah satu produsen rokok legendaris Indonesia, PT Gudang Garam Tbk, baru saja tertimpa musibah. Kebakaran melanda sebuah gudangnya di Kabupaten Kediri, Senin (7/11). Emiten rokok berkode GGRM ini pun menjadi perbincangan beberapa hari terakhir, bahkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pun sempat merosot. Perhatian tidak pula gagal dilayangkan kepada sang pemilik, Susilo Wonowidjojo.

Susilo pernah masuk daftar dua puluh pebisnis andal Tanah Air versi Fortune Indonesia lewat Business Person of The Year (BPOY) 2021. Ia terpilih karena kiprahnya memimpin perusahaan rokok keluarga asal Kediri menuju pada kedudukannya yang sekarang.

Lahir di Kediri, 18 November 1956, Susilo merupakan anak ketiga dari Surya Wonowidjojo, pendiri Gudang Garam. Sejak Surya meninggal pada 1985, kepemimpinan perusahaan dipegang kakak Susilo, yakni Rachman Halim Wonowidjojo, hingga dia tutup usia pada 2008. Setahun usai itu, yaitu pada 2009, Susilo memimpin Gudang Garam sampai sekarang.

Perluasan bisnis

Logo Gudang Garam. (Shutterstock/Ahmad Saifulloh)

Saat memimpin Gudang Garam, Susilo banyak membuat terobosan baru, seperti pengembangan mesin-mesin khusus rokok kretek, inovasi rokok mild dengan kadar nikotin dan tar rendah, bahkan berbagai diversifikasi bisnis perusahaan rokok ini pun–kelapa sawit dan bisnis aviasi–semakin berkembang.

Selain itu, pada bisnis utamanya, Gudang Garam memperluas area produksi hingga 208 hektare yang tersebar di Kediri dan Pasuruan. Tidak mengherankan Bloomberg pernah menulis bahwa Gudang Garam menguasai seperlima pasar tembakau di Indonesia dan mempekerjakan sekitar 36.000 orang.

Bandara Dhoho

ilustrasi bandara (unsplash.com/Ivan Shimko)

Melalui anak usaha PT Surya Dhoho Investama, Gudang Garam membangun bandara pertama di Indonesia yang proses pengerjaannya tidak menggunakan APBN sama sekali. Total nilai investasinya mencapai Rp10,8 triliun, dengan perincian Rp6,6 triliun pada tahap I, lalu Rp1,2 triliun pada tahap II, dan Rp3 triliun pada tahap III.

Dengan pembangunan ini kapasitas penumpang bandara untuk tahap I mampu menampung 1,5 juta orang per tahun, tahap II sebanyak 4,5 juta orang per tahun, dan tahap III bisa 10 juta orang per tahun. Bandara tersebut dirancang mampu melayani pesawat berbadan lebar sejenis Boeing 777-300ER.

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, sempat bercerita tentang awal mula tercetusnya ide Bandara Kediri dari Susilo. “Saya ingat waktu itu Pak Susilo dulu datang ke saya dia bilang mau bangun lapangan terbang, tapi aturannya kita kita cari-carilah," seperti dikutip dari laman Kemenhub (13/9).

Luhut menyatakan Susilo meminta Luhut sebagai perwakilan pemerintah untuk menyiapkan perizinannya saja. "Pak Susilo bilang gini pokoknya semua uang dari saya, katanya. Tinggal izin saja dari pemerintah. Saya bilang enak juga ini barang nih, tapi nyatanya ada aturan yang harus kita ikuti dan kita cari aturan dan sampai saat ini sudah jalan bagus," ujarnya.

Akibat kebakaran dan penurunan saham

ilustrasi produk Gudang Garam (dok.udanggaramtbk.com)

Berkenaan dengan kebakaran yang terjadi, pihak Gudang Garam sendiri mengeklaim operasional pabrik tidak terpengaruh. "Titik kebakaran adalah tempat penyimpanan barang penunjang yang tidak berkaitan dengan kegiatan produksi (rokok),” tulis manajemen dalam keterbukaan informasi kepada Bursa efek Indonesia (BEI), Selasa (8/11).

Api berhasil dipadamkan dan tidak ada korban jiwa atau luka-luka akibat peristiwa itu. Namun, saham GGRM sempat melemah 1,76 persen pada Selasa siang.

Jauh sebelum kejadian ini, saham GGRM telah mengalami tren penurunan sejak Juli 2022. Mengutip Google Finance, harga GGRM terkoreksi 26,49 persen dalam enam bulan terakhir. Bahkan, sepanjang 2022 saham GGRM telah tergerus 27,38 persen. Salah satu sentimen yang menghantui adalah daya beli masyarakat yang belum pulih secara menyeluruh. Ditambah lagi adanya kenaikan beban cukai.

Bila diasumsikan kepemilikan saham GGRM oleh Suryaduta Investama dapat diatribusikan seluruhnya ke Susilo Wonowidjojo dan keluarga, maka nilai saham yang dimiliki pada awal 2022 mencapai Rp40,89 triliun. Namun dengan turunnya harga saham Gudang Garam dalam 10 bulan terakhir, maka akumulasi kekayaan dari kepemilikan saham tersebut tergerus Rp11,3 triliun menjadi Rp29,59 triliun.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Pialang Adalah: Pengertian, Tugas, dan Cara Kerjanya
Harga Eceran Tertinggi (HET): Pengertian dan Aturannya
United Tractors (UNTR) Bagi Dividen Rp5,7 Triliun, Ini Tanggalnya
DANA Gandeng Microsoft Integrasikan Teknologi AI Dalam Bisnis
Tips Keluar Memutus Rantai Jebakan Generasi Sandwich
Sido Muncul Bukukan Kenaikan Laba Bersih Hingga Rp390 Miliar