Utang Garuda Indonesia Tembus Rp142 Triliun, Ini Rinciannya

Sebanyak Rp104,37 triliun merupakan DPT perusahaan lessor

Utang Garuda Indonesia Tembus Rp142 Triliun, Ini Rinciannya
Garuda Indonesia. (Pixabay/Nel_Botha-NZ)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – PT Garuda Indonesia (Persero) tercatat memiliki utang sebesar Rp142 triliun. Jumlah tersebut berdasarkan data yang tercatat Tim Pengurus Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). 

Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan bahwa proses pengajuan perdamaian dalam PKPU berjalan cukup rumit. “Tak bisa dinafikkan yang besar ini, atau lessor ini complicated. Karena bicara kita bukan utang tapi kerja sama kita ke depan bagaimana. Kan pesawat mereka di sini kan,” katanya dalam keterangan yang dikutip Jumat (17/6).

Dari total utang yang harus diselesaikan Garuda tersebut, sebanyak Rp104,37 triliun merupakan total Daftar Piutang Tetap (DPT) perusahaan lessor, DPT perusahaan non lessor sebesar Rp34,09 triliun, dan DPT preferen mencapai Rp 3,95 triliun.

Hingga saat ini, terdapat 501 kreditur yang terdaftar dan terverifikasi dalam proses PKPU Garuda. Mayoritas kreditur adalah perusahaan lessor sebanyak 355 pihak, diikuti 123 pihak perusahaan non lessor, dan kreditur preferen sebanyak 23 pihak.

Setengah kreditur menyetujui proposal

Dok. Internal Kementerian BUMN

Meski menemukan kesulitan dalam proses yang dijalani, Irfan meyakini para kreditur akan menyetujui proposal perdamaian yang ditawarkan Garuda. “Interaksi kita dengan mereka dengan surat menyurat email, WA pada dasarnya sudah cukup banyak yang mau sampaikan vote yes,” tutur Irfan.

Dalam proses voting PKPU, Irfan dan perusahaan telah melakukan negosiasi panjang kepada para kreditur. Perusahaan harus memperoleh persetujuan 50+1 persen dari total kreditur terdaftar pada proses PKPU. Saat ini, menurut Irfan sudah ada 50 persen kreditur berkomitmen setuju pada proposal damai yang diajukan.

Namun demikian, Garuda juga harus mengejar target 67 persen dari total utang kreditur yang terdaftar di PKPU. Jadi, meski 50 persen kreditur sudah menyetujui proposal damai Garuda, total jumlah utangnya harus mencapai 67 persen dari total utang yang terdaftar di PKPU.

Rencana ekspansi bisnis

Shutterstock/Mas Jono

Irfan jmenambahkan, Garuda Indonesia akan segera melakukan ekspansi bisnis, saat proses PKPU selesai. "Kami ingin PKPU cepat selesai, PKPU tercapai dan kesepakatan diperoleh jadi kita bisa meraih momentum recovery industri ini,” ujarnya.

Menurutnya, saat ini industri penerbangan global sedang mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Oleh karena itu, Garuda Indonesia tak mau ketinggalan dalam menyikapi momentum pemulihan bisnis penerbangan ini.

“Dengan jumlah pesawat yang kami miliki, ditambah hasil PKPU ini kami akan meningkatkan menambah jumlah pesawat sesuai dengan kesepakatan lessor,” kata Irfan.

Optimisme terciptanya kesepakatan

Shutterstock_eXpose

Melansir Antara, Jumat (17/6), pengamat penerbangan, Alvin Lie, menilai kesempatan perpanjangan negosiasi yang diberikan pengadilan menunjukkan adanya keinginan kuat dari pihak Garuda Indonesia maupun kreditur dan lessor menuju kesepakatan.

Alvin mengatakan bahwa Garuda Indonesia juga menawarkan rencana bisnis yang cukup ralistis, logis, dan mengakomodir aspirasi para kerditur serta lessor. “Saya cukup optimistis bahwa mayoritas kreditur dan lessor akan menyetujui rencana bisnis dan pola pembayaran tunggakan utang yang diajukan Garuda Indonesia,” ucapnya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan