Pengguna PLTS Atap Capai 5.321 Pelanggan per Februari

Tren pengguna atau besaran energi terus meningkat

Pengguna PLTS Atap Capai 5.321 Pelanggan per Februari
PLTS di atap SPBU Pertamina. (Dok. Pertamina)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pengguna Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di Indonesia terus mengalami peningkatan, baik dari segi jumlah maupun kapasitas energi yang digunakan. Namun, jumlahnya masih jauh dari target yang diharapkan pemerintah.

Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna, mengatakan Indonesia memang punya potensi energi baru terbarukan (EBT) yang besar.

“Potensi EBT yang kita (Indonesia) miliki totalnya kurang lebih 3,7 Terawatt (TW), dimana khusus untuk surya, potensinya kurang lebih mencapai 3,3 TW,” ujarnya dalam diskusi tentang PLTS Atap untuk Industri, secara daring, pada Rabu (23/3).

Secara jumlah pelanggan, sektor rumah tangga masih mendominasi dengan 4.175 pelanggan, dengan besaran energi mencapai 13,9 MW. Namun, bila melihat kapasitas energi yang digunakan, 53 pelanggan di sektor industri menghabiskan energi paling besar hingga 17,7 MW atau 30 persen dari kapasitas PLTS Atap yang sudah terpasang.

PLTS atap menjadi solusi minimnya lahan

ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj

Andriah menyampaikan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh penerapan PLTS adalah lahan yang sangat terbatas. Oleh karena itu, atap-atap bangunan, seperti rumah, gedung, maupun bangunan industri, yang relatif ‘menganggur’ dapat menjadi solusi mengatasi kekurangan lahan ini.

“Dari hasil survei kami, potensinya ada di 32,5 GW,” ucapnya.

Per Februari 2022, total capaian PLTS Atap sudah mencapai 5.321 pelanggan dengan kapasitas sebesar 59,84 MWp atau baru sekitar 13,3 persen dari target tahun 2022. Tren pengguna PLTS Atap diyakini terus meningkat.

Pemanfaatan energi surya masih jauh dari target

Proyek PLTS PLN. (Dok: PLN)

Sayangnya, potensi yang sangat besar tersebut, pemanfaatan energi surya di Indonesia masih jauh dari target yang ditetapkan. “Untuk surya sendiri baru mencapai 204 Megawatt (MW),” katanya.

Target total penggunaan EBT pada tahun 2025 mencapai 23 persen, sedangkan pemanfaatan EBT di Indonesia hingga 2021 baru mencapai 11,7 persen dengan kapasitas energi 11,1 Gigawatt atau 0,3 persen dari total potensi EBT yang dimiliki.

Upaya pemerintah dorong pemanfaatan PLTS Atap

Panel surya di PLTS Hotel Santika Premiere, Palembang. (ANTARAFOTO/Nova Wahyudi)

Untuk mendorong pemanfaatan PLTS Atap, pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 26 Tahun 2021 Tentang Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap. Dalam peraturan ini dimuat beberapa perubahan dari regulasi yang sebelumnya.

Perubahan ini mencakup ekspor listrik yang menjadi 100 persen, akumulasi tagihan yang dinihilkan pada bulan ke-6, waktu permohonan menjadi lebih cepat, perdagangan karbon, aplikasi pelayanan, wilayah usaha, dan pusat pengaduan.

Energi surya kunci mengejar target nol emisi karbon

Ilustrasi sumber energi terbarukan. (Pixabay/Seagul)

Melihat potensi energi surya yang begitu besar bila dibandingkan jenis EBT lainnya, maka Andriah menegaskan bahwa pemanfaatan energi surya menjadi kunci dalam mengejar target nol emisi karbon di tahun 2060.

“Jadi, 60 persen dari pembangkit listrik di tahun 2060 nanti akan berbasis kepada energi surya,” katanya.

PLTS Atap menjadi salah satu program pemerintah untuk mencapai target 23 persen EBT di tahun 2025. Berdasarkan peta jalan yang disusun, diharapkan pada 2025, PLTS Atap sudah terpasang dengan cakupan energi mencapai 3,6 GW.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Saham Anjlok, Problem Starbucks Tak Hanya Aksi Boikot
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M