Mengenal ‘Willingness to Pay’, Acuan Dalam Menetapkan Harga Jual

Harga maksimum yang mau dibayar konsumen pada satu produk.

Mengenal ‘Willingness to Pay’, Acuan Dalam Menetapkan Harga Jual
ilustrasi pelelangan (unsplash.com/Asim Z Kodappana)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Dalam dunia bisnis, produsen biasanya selalu menginginkan keuntungan sebanyak-banyaknya, sedangkan konsumen hanya ingin membayar seminimal mungkin. Dalam menetapkan suatu harga jual, diperlukan keseimbangan dan patokan agar harga jual produk tidak terlalu mahal. Maka, Willingness to Pay (WTP) atau kesediaan membayar bisa menjadi dasar penentuan. 

Menurut Glints, dengan mengetahui angka WTP, produsen bisa meningkatkan keuntungan, sekaligus risiko kenaikan harga yang tinggi bisa ditekan. Oleh karena itu, dasar tersebut penting untuk diketahui, terutama bila kita mempunyai sebuah bisnis penjualan produk atau jasa.

Untuk memahami lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dengan ‘Willingness to Pay’, Fortune Indonesia akan mengulas istilah ini secara lebih dalam, dengan melansir dari beberapa sumber. 

Pengertian

ilustrasi membeli (unsplash.com/Christiann Koepke)

Menurut situs profitwell, ‘Willingness to Pay’ atau kesediaan membayar diartikan sebagai jumlah uang maksimum yang rela dibayarkan oleh pelanggan untuk membeli sebuah produk atau layanan.

Misalnya, secangkir kopi dijual seharga Rp30.000 dan laku terjual. Saat naik jadi Rp35.000, kopi tersebut masih laku, namun saat harganya menjadi Rp35.500, pelanggan mulai enggan untuk beli. Dengan demikian, Rp35.000 adalah nilai yang bisa menjadi patokan atau WTP pelanggang untuk membeli secangkir kopi tersebut.

WTP bervariasi tergantung pada konteks, demografi yang berbeda, pelanggan tertentu yang bersangkutan, dan dapat berfluktuasi dari waktu ke waktu. Dengan demikian, WTP pun biasanya lebih sering dinyatakan dalam kisaran daripada angka pasti.

Faktor yang memengaruhi

ilustrasi reseller (unsplash.com/Clark Street Mercantile)

Variasi WTP bagi sebuah produk cukup fleksibel, hal ini menunjukkan bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi. Berikut ini adalah beberapa faktor  yang memengaruhi WTP berdasarkan lansiran dari Glints.

  1. Kondisi ekonomi
    Faktor ini sangat berpengaruh besar dalam keputusan seseorang untuk membeli atau tidak membeli. Berkaitan dengan prioritas pengeluaran, dalam kondisi ekonomi yang normal dan sejahtera, seseorang biasanya WTP akan berada di tingkat tinggi. Sebaliknya, saat kondisi ekonomi kurang baik, WTP-nya biasanya turun.
  2. Tren yang  sedang terjadi
    Saat sebuah produk atau jasa menjadi tren hebat, penjualan pun bisa terdongkrak dan secara bersamaan meningkatkan WTP produk atau jasa tersebut. Dalam kondisi menjadi sebuah tren, bahkan orang tidak akan berpikir tentang harga lagi, meski harganya terhitung cukup mahal.
  3. Faktor internal pelanggan
    Ada banyak hal yang jadi faktor internal pelanggan, misalnya pengalaman membeli barang yang lebih murah, atau pengalaman mendapatkan kualitas buruk dari barang diskonan. Bahkan, kepercayaan tertentu, seperti warna hitam yang dianggap mendatangkan sial, bisa saja menentukan WTP sebuah produk atau jasa yang dijual.
  4. Kelangkaan produk
    WTP dapat meningkat signifikan saat sebuah barang atau jasa mengalami kelangkaan. Sesuai dengan hukum ekonomi, barang langka akan menyebabkan harga lebih mahal dari biasanya, namun orang tetap akan mencari dan membelinya.
  5. Kualitas produk
    Hal ini penting untuk diperhatikan, karena pada dasarnya harga itu akan ditentukan oleh kualitas yang didapat. Bila kita menginginkan WTP produk jualan kita naik, maka improvisasi kualitas produk harus dilakukan dan pelayanan pun semakin ditingkatkan. Dengan mencapai kualitas yang baik, maka pelanggan pun tidak akan ragu mengeluarkan uang besar untuk membeli.

Cara mendapatkan WTP

Ilustrasi Harga Pokok Penjualan. (Pixabay/Steve Buissinne)

Kesediaan pelanggan untuk membayar memang tidak dihitung dalam satu bentuk formula, karena berbagai faktor tidak tetap yang memengaruhinya. Setiap pelanggan pun mempunyai penilaian dan latar belakang masing-masing yang bisa berbeda satu dengan lainnya.

Oleh karena itu, tidak ada rumusan tertentu untuk mengukur WTP, namun menurut Profitwell, terdapat tiga cara yang bisa dilakukan untuk menentukan kisaran WTP yang  tepat dan akurat.

  1. Riset pasar
    Riset pasar mensurvei pasar yang ada untuk suatu produk, dan gambaran persaingan yang ada di sekitarnya. Hal ini dapat membantu kita untuk mengukur seberapa banyak kelonggaran yang kita miliki dalam penetapan harga.
  2. Riset pelanggan
    Lebih detail lagi, pengujuan pun perlu dilakukan di level pelanggan. Dengan mengambil sampel dari target pasar yang menjadi sasaran, maka penetapan WTP pun relatif lebih terukur.
  3. Survei langsung/tidak langsung
    Meski sedikit merepotkan, namun car aini sebenarnya akan memberikan informasi yang lebih mendalam tentang apa yang diinginkan pelanggan, seberapa loyal mereka pada produk yang kita tawarkan, hingga besaran maksimal WTP dalam satu kondisi tertentu. Dengan kata lain, survei akan memberikan gambaran pasar secara lebih komprehensif.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Microsoft Umumkan Investasi Rp27 Triliun di Indonesia
Laba PTRO Q1-2024 Amblas 94,4% Jadi US$163 Ribu, Ini Penyebabnya
Waspada IHSG Balik Arah ke Zona Merah Pascalibur
Laba Q1-2024 PTBA Menyusut 31,9 Persen Menjadi Rp790,9 Miliar
Laba Q1-2024 Antam Tergerus 85,66 Persen Menjadi Rp238,37 Miliar