3 Kunci Gen Z Menjadi Entrepreneur Sukses Ala Martin Hartono

Misi yang kuat, networking, dan mentor yang tepat.

3 Kunci Gen Z Menjadi Entrepreneur Sukses Ala Martin Hartono
CEO GDP Venture, Martin Hartono di ICON 2022/Fortune IDN/DESY Y.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Minat untuk menjadi pebisnis usia muda kian bertumbuh. Temuan dari studi EY (Ernst & Young Global Limited) dan JA Worldwide menunjukkan  bahwa 53 persen Gen-Z berharap untuk menjalankan bisnis mereka sendiri dalam 10 tahun ke depan.

CEO PT Global Digital Prima (GDP) Venture, Martin Hartono, pun tak menampik banyak Gen Z dan Gen Y memutuskan untuk mendirikan startup dengan berbagai alasan. Mulai dari ingin mendapatkan pendanaan besar, ingin terkenal dan diliput oleh berbagai media, hingga demi mempunyai jabatan sebagai CEO di kartu nama mereka. Menyelam dalam dunia entrepreneur di usia muda pun dianggap suatu hal yang prestisius. 

“Alasan tersebut tidaklah tepat dan hampir bisa dipastikan kalau mereka akan gagal bila memulai startup dengan alasan seperti itu,” katanya dalam diskusi bertajuk Next Gen Entrepreneur di gelaran ICON 2022 yang dimoderatori Editor-in-chief at Fortune Indonesia Hendra Soeprajitno, Jumat (7/10).

Sosok di balik e-commerce Blibli.com, forum Kaskus, dan inkubator bisnis Merah Putih ini menegaskan, entrepreneur harus menemukan misi besar agar usaha yang dibangun bisa bermanfaat dan bernilai bagi masyarakat. Bahkan misi wirausahawan itu harus lebih besar dari dirinya sendiri.

“Karena ujung-ujungnya kita mau CEO, mau founder, mau bagaimanapun juga, Anda akan tetap bekerja untuk orang lain. Setidaknya kita pasti selalu kerja untuk satu orang,” katanya.

Martin menekankan jika sebuah usaha dibangun bersama dan semua akan saling terlibat, sehingga secara nyatanya setiap orang pasti akan bertanggungjawab dalam satu pekerjaan untuk dilaporkan kepada orang lain.

Fenomena tren anak muda yang merintis usaha sendiri, menurut Martin, tidak berbeda dengan kondisi yang sudah pernah terjadi. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, statistik wirausahawan dari zaman ke zaman hampir sama statistiknya.

“Jadi mau kita itu mulai dari lulus sekolah langsung jadi entrepreneur, atau tidak sekolah jadi entrepreneur, atau sudah kerja lama terus jadi entrepreneur, atau sudah pensiun jadi entrepreneur, itu agak random kalau saya lihat,” kata Martin.

Berikut insight penting yang dibagikan Martin bagi para wirausahawan ataupun calon entrepreneur yang ingin mengembangkan usaha.

1. Tidak pernah terlambat untuk memulai

Usia yang semakin tua tak menjadi penghalang bagi entrepreneur memulai usahanya. Apalagi usia milenial dan Gen Z yang sedang dalam masa produktif dalam perencanaan strategi, pengembangan ide, inovasi, dan sebagainya dalam menciptakan suatu produk.

“Masalah umur suka jadi pembahasaan, padahal tidak pernah terlambat untuk memulai. Sukses itu datangnya random, saya juga melihat banyak pebisnis sukses dari kalangan pendidikan tinggi dan ada juga yang tidak punya pendidikan tinggi,” kata Martin.

Meskipun demikian, menurutnya pendidikan tinggi saat ini masih menjadi indikator seseorang mampu belajar hal kompleks. “Kebanyakan hal tak diperlukan ilmu tinggi tapi yang pendidikan tinggi menolong dan penanda Anda mampu belajar hal baru, nothing more than that,katanya, menambahkan.

Menurutnya, entrepreneur bisa mengambil pengalaman dari mana saja dan itu lebih menentukan dalam mengambil keputusan. “Masalah pengalaman, orang yang belum pengalaman jangan terlalu percaya feeling karena belum punya cukup database untuk bijak menilai itu benar atau salah semakin Anda berpengalaman maka feeling semakin benar. Lebih bisa menilai dibanding orang yang belum berpengalaman,” ujarnya.

2. Memiliki misi yang kuat

source_name

Martin mengatakan, dengan memiliki misi yang kuat, maka seorang wirausahawan juga harus memiliki produk yang bernilai agar bisa menaikkan nilai daya jual di mata masyarakat. Hal itu dinilai dapat memberikan support system sehingga mendorong usaha yang digeluti wirausahawan tersebut.  Dengan memahami nilai produknya, wirausahawan juga dapat menentukan strategi dalam meningkatkan nilai daya jual pada masyarakat.

Walau ada wirausahawan yang sudah mendapat dukungan sejak merintis usahanya, kata Martin, tapi bila produknya berkualitas, maka tidak punya nilai jual di mata konsumen. Karena itu, bila sebuah usaha dimulai dari produk yang berkualitas, maka nantinya akan ada orang yang mau mendukungnya.

“Sekalipun tadinya kita tidak memiliki support tersebut. Kalau memang punya produk  atau solusi yang memang orang bisa beli, pasti akan ketemu jalannya orang-orang yang mau support kita,” ujarnya. 

3. Pentingnya networking dan kematangan karier

Seorang entrepreneur yang sukses tidak hanya didukung pemikiran dan strategi yang hebat, melainkan juga mental yang terbilang baja. Selain berpacu dengan gejolak bisnis, entrepreneur juga harus sabar menantikan perjalanan kariernya hingga matang. Martin menyebut jika kematangan dalam karier biasanya terjadi di usia 40 tahun.

“Ada umur seseorang matang secara karier, kalau laki-laki mungkin sekitar 40 tahun ke atas, kalau wanita biasanya lebih cepat lagi mungkin sekitar 5 tahun lebih dahulu dibanding umur kematangan karier pria,” ujarnya menyampaikan hasil observasinya.

Untuk menjadi seorang entrepreneur, menurutnya ukurannya tidak berdasarkan waktu untuk membangun usaha yang ditekuninya. Keberhasilan seorang wirausahawan, justru terletak dari orang tersebut yakni perlu perlu memahami setiap rencana dan strategi yang akan dijalankan.

“Karena memang dari 100 orang, mungkin cuma satu yang bisa sukses. Kalau saya lihat, orang pun berkarier di dunia kerja biasa saja, ada umur di mana dia lebih matang. Kalau laki mungkin 40-an (tahun) ke atas. Kalau perempuan saya lihat lebih cepat 5 tahunan,” ucapnya.

Lebih jauh Martin mengatakan, untuk menjadi entrepreneur yang sukses, maka dibutuhkan juga jaringan yang luas dan kerja sama tim yang solid. Dengan adanya jaringan yang dibangun, seorang entrepreneur dinilai dapat memperluas jangkauan usahanya.

“Dengan mulai nyebur sedikit-sedikit, dan juga tentunya kita juga tidak sendiri, kita punya tim yang dapat mengembangkan jaringan masing-masing, itu kita kerja sama. Team work, sering diskusi bareng. Itu kita kerjain terus, minimum kalau saya sama tim saya minimum sebulan sekali kita ngomongin mengenai jaringan. Seperti itu,” tutur Martin.

Penting pula untuk panda-pandai menyikapi kegagalan. Khusus hal ini, peran mentor amat berpengaruh. Jika Anda punya mentor benar, mereka akan mengajari dan memberi kesempatan untuk salah.

"Tapi tiap orang bisa salah tapi kita harus punya energi untuk medobrak, lebih bijak dan belajar dari kesalahan. Bicara mentor, ayah saya dan senior saya di Djarum jadi mentor. Maka yang paling penting adalah kemampuan kita menyerap ilmu dari semua orang apakah orang itu junior kita atau lebih muda penting menyerap ilmu dari semua orang. Banyak juga hal gratis yang kita bisa serap ilmunya," ujarnya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen