5 Cara Jitu Agar Inovasi Produk Olahan Lele Lebih Diminati

Mulai dari menjaga mutu, terus berinovasi hingga kreativitas

5 Cara Jitu Agar Inovasi Produk Olahan Lele Lebih Diminati
Ilustrasi pecel lele. Shutterstock/Hanif Rifqi
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE- Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan yang akrab dan digemari masyarakat. Harganya yang lebih murah dibandingkan protein hewani lain seperti ayam atau sapi, tapi tetap padat gizi membuat ikan ini menjadi favorit masyarakat.

Sebagai gambaran, dalam 100 gram daging ikan lele, mengandung protein sebesar 18,7 gram.  Tak hanya itu ikan lele mudah dibudidayakan dan gampang didapat di semua daerah.

Di samping itu, lele menjadi salah sattu komoditas primadona dalam Gerakan memasyarakatkan makan ikan (Gemarikan) yang dicanangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sejak 2004.

Terlebih ikan menjadi salah satu solusi utama bagi permasalahan gizi masyarakat (stunting), terutama ikan lokal karena harganya terjangkau. Peluang usaha dari inovasi produk olahan lele tentu masih terbuka luas, serta banyak cara inovatif mendongkrak pendapatan.

Mencari celah untung di tengah pandemi

Abon Bandung/Dok. Kementerian kelautan dan perikanan

Ubeidillah, pria paruh baya yang tinggal di perkampungan Desa Maruyung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat beruntung bisa cuan dari lele di tengah pandemi Covid-19. Berbekal kemampuan mengolah ikan lele menjadi abon, Abah Ubed, begitu dia disapa, selalu berusaha mencari komposisi yang pas untuk produknya tersebut sejak 2009 silam.

"Tidak laku-laku, bikin 10 kg tidak laku. Kita bagikan ke majelis taklim dibilang keasinan, bikin lagi kemanisan. Saya catat sampai ratusan kali," kata Abah Ubed di Kabupaten Bandung (25/10), dikutip dari laman resmi KKP.

Peruntungan Abah Ubed berubah sejak dia mengikuti pelatihan pengolahan krakers abon ikan dari Balai Besar Pengujian Penerapan Produk Kelautan dan Perikanan (BBP3KP) pada 2019. Hasil pelatihan tersebut pun dia terapkan dengan memproduksi krakers berbahan dasar ikan lele.

"Abon curah saya melimpah banyak, pemasarannya kurang. Dikasih jalan pelatihan dan didampingi. Tadinya sempat mikir, laku tidak ya, dan kita coba saja," kenangnya,

Perlahan, krakers abon bikinan Abah Ubed pun sering tampil di sejumlah pameran dan bazar produk usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM).  Usaha Abah Ubed pun semakin berkembang, bahkan di tengah pandemi Covid-19, omset usahanya mencapai lebih dari Rp100 juta per bulan.

Menjaga kualitas produk

Agar tetap diminati masyarakat, Abah Ubed menjaga menjaga kualitas produknya. Mulai dari bahan baku, dia tidak sembarang menerima bahan baku ikan lele dari pembudidaya yang belum mengantongi sertifikat cara budidaya ikan yang baik (CBIB).

Tak hanya itu, dia juga mengadopsi konsep zero waste lantaran menghasilkan varian produk olahan lain seperti krupuk tulang ikan lele serta kripik kulit lele.

"Tadinya produksi 1.000 bungkus krakers sebulan, sekarang bisa 6.000-10.000 bisa. Pas Covid-19 penjualan malah naik. Jadi jangan kecil hati, saya (rumah) jauh dari jalan raya, tapi yang makan (krakers abon) sampai luar daerah. Ada dari Kalimantan, Bengkulu, Lampung," katanya.

Terus berinovasi

"Ikan lele biasanya dikonsumsi dalam bentuk aneka masakan seperti digoreng, dibakar atau digeprek," kata Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Artati Widiarti saat membuka Webinar Ke-13 Quality Time With BBP3KP, Rabu (25/8).

Senada dengan itu, Kepala BBP3KP, Widya Rustanto menyebut lele bisa diolah menjadi mantao atau sejenis roti, jajanan khas Tiongkok yang bertekstur lembut dengan cita rasa mirip bakpao. Menurutnya, mantao sangat cocok dikonsumsi anak-anak dan remaja sebagai makanan pembuka, pengganti sarapan maupun makanan malam.

“Mantao ini merupakan hasil inovasi dari perekayasa BBP3KP pada tahun 2015 lalu dan bisa digunakan untuk alternatif usaha di bidang pengolahan ikan,” ujar Widya.

Dia menambahkan, proses pembuatan mantao yang mudah, sederhana dan bahan bahannya dapat dikreasikan dengan ikan lele membuat produk ini dapat dikembangkan menjadi varian baru produk bergizi dan dapat menambah pendapatan masyarakat.

Kreativitas melalui food photography

Shuterstock/Viktor Kochetkov

Tak hanya menjaga mutu dan kualitas, tampilan visual produk juga diperhitungkan. Foto atau gambar yang menarik pun menjadi penting bagi branding atau iklan di toko daring. Semakin menarik suatu foto produk, maka semakin banyak pembeli dan pengunjung yang tertarik membeli produk olahan lele yang ditawarkan.

Dipadukan dengan keahlian fotografi makanan, para produsen bukan hanya mampu memproduksi hasil inovasinya, melainkan juga bisa memasarkan produknya secara daring. Merujuk pada riset Indonesian E-commerce Association (IdEA), penjualan e-commerce meningkat 25 persen selama pandemi Covid-19.

Dezty Su salah satu pelaku di bidang food  photography membeberkan tips-tips singkat seputar seni memotret makanan agar tampak indah dan menggiurkan.  Secara garis besar Dezty menyampaikan aspek-aspek yang wajib dikuasai untuk memotret makanan.

Teknik food photography membantu pemasaran

“Sebelum memulai untuk memotret makanan ada tiga aspek yang harus dikuasai yaitu pencahayaan, penataan makanan serta komposisi yang meliputi tata letak dan warna,” kata Dezty.

Pencahayaan merupakan sesuatu yang penting dalam fotografi, sehingga perlu diperhatikan tentang karakter cahaya, sumber dan arah cahaya.  “Untuk food photography, pencahayaan yang bagus menggunakan arah cahaya dari belakang, samping atau rim light (dari sudut seperempat obyek).  Dengan pengaturan cahaya yang benar akan membuat produk  terlihat berdimensi sehingga lebih menarik,” kata Dezty.

Selain pencahayaan, hal yang harus diperhatikan adalah penataan makanan. “Inti food  photography adalah menata makanannya, supaya makanannya terlihat rapi, indah dan  cantiknya makanan bisa tereksplor,” ujarnya Dezty.

Selanjutnya, hal terakhir yang harus diperhatikan adalah tentang komposisi. Ada puluhan komposisi dalam dunia fotografi, tetapi yang sering dipakai dalam food photography adalah rule of third. Membagi bidang gambar menjadi tiga bagian yang sama besar dan proporsional baik horizontal maupun vertikal. Kemudian obyek makanannya diletakkan di salah satu titik perpotongan dalam bidang gambar. Teknik komposisi lain yang bisa diterapkan adalah golden triangle, membagi foto menjadi tiga buah segitiga.

“Untuk yang baru mulai menekuni food photography perbanyak referensi dengan melihat foto-foto orang atau brand lain yang sudah bagus untuk dilihat, diamati dan ditiru pada produk kita. Kuncinya adalah sering latihan, mencoba dan jangan patah semangat,” pesan Dezty.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra Otoparts Bagi Dividen Rp828 Miliar, Simak Jadwalnya
IKN Menjadi Target Inovasi yang Seksi bagi Investor Luar Negeri
Pemerintah Sudah Tarik Utang Rp104,7 Triliun Hingga 31 Maret 2024
Museum Benteng Vredeburg Lakukan Revitalisasi Senilai Rp50 Miliar
Pemerintah Realisasikan Rp220 T Untuk 4 Anggaran Prioritas di Q1 2024
ERAL Kolaborasi dengan DJI dan Fujifilm di Kampanye Motion Creativity