Ajukan Pailit di AS, Ini 4 Alasan Revlon di Ambang Kebangkrutan

Bermula dari salon kecantikan hingga ajukan pailit.

Ajukan Pailit di AS, Ini 4 Alasan Revlon di Ambang Kebangkrutan
Etalase revlon di pusat perbelanjaan. Shutterstock/Everything You Need
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Jenama kosmetik kenamaan, Revlon.Inc (Revlon) di ambang kebangkrutan. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1932 ini mengajukan pailit kepada pengadilan di Amerika Serikat. Kabar pailit Revlon tentu saja mengejutkan bagi pencinta kosmetik, khususnya penggemar brand ini. Maklum saja, Revlon memiliki sejumlah item legendaris yang sayang jika hilang begitu saja dari pasaran. 

Selain merek Revlon, perusahaan juga produsen untuk berbagai item kecantikan lainnya seperti Elizabeth Arden, Almay dan Cutex. Ada juga sejumlah produk parfum, misalnya kolaborasi dengan Christina Aguilera dan Britney Spears.

Bagaimana nasib produknya? Produknya masih bakal tetap tersedia. Presiden dan Chief Executive Revlon, Debra Perelman mengatakan, pengajuan kebangkrutan akan memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan sejumlah produk ikonik yang jadi andalan selama ini. 

"Sambil memberikan jalur yang lebih jelas untuk pertumbuhan kami di masa depan," katanya, dikutip dari BBC, Selasa (21/6).

Revlon mengajukan dokumen pailit chapter 11, sesuai aturan di AS, yang membuat perusahaan ini bisa terus beroperasi saat sedang menyusun rencana untuk membayar krediturnya. Artinya, produk masih akan beredar di pasaran meskipun telah mengajukan pailit. Dengan mengajukan Chapter 11 Bankruptcy ini, maka “sesepuh” beauty brand dunia ini masih akan bisa beroperasi untuk membayar kepailitannya.

Bermula dari salon kecantikan

source_name

Perusahaan ini bermula dari sebuah salon kecantikan yang didirikan oleh Elizabeth Arden pada 1910. Arden sendiri merupakan sosok pertama di industri kosmetik yang melatih dan mengirim tim demonstran keliling dan berjualan.

Dengan kata lain Arden merupakan pebisnis di bidang kosmetik pertama yang menggunakan sales dalam penjualan produknya. Selain itu Elizabeth Arden adalah orang pertama yang menggunakan humas pribadi dan mempekerjakan kolumnis Hollywood Hedda Hopper untuk mewakili dirinya dan perusahaan.

Berkat itu kepopuleran produk-produknya kian merambah di tengah masyarakat. Hingga akhirnya pada 1921, Salon Elizabeth Arden beserta produknya berkembang secara internasional (London, Paris, dan Nice).

Barulah pada 1932, perusahaan Revlon ini didirikan. Perusahaan ini dibangun oleh Saudara Charles dan Joseph Revson dan Charles Lachman atas salon Elizabeth Arden. Sejak saat itu perusahaan kecantikan ini kian berkembang, hingga akhirnya pada 2022 Revlon mengajukan kebangkrutan.

Revlon sendiri memiliki kini beroperasi di 150 negara dengan berbagai variasi produk termasuk kosmetik, cat kuku hingga pewarna rambut. Di Tanah Air, Revlon Indonesia berada dalam naungan Tempo Scan Group yang memegang lisensi brand tersebut sejak tahun 1989.  Via akun Instagram, Revlon Indonesia telah menyatakan jika perusahaannya akan tetap beroperasi seperti biasa. Dikatakan jika berbagai produknya akan tetap tersedia sembari meluncurkan berbagai inovasi terbaru.

Sebenarnya faktor apa saja yang menjadi alasan Revlon di ambang kebangkrutan?

Terlalu banyak utang

source_name

Beberapa tahun belakangan kondisi keuangan Revlon sudah terlihat kurang sehat, ini menyebabkan Revlon di ambang kebangkrutan. Dilansir Fast Company, sahamnya sudah turun 80 persen sejak awal tahun ini. Beberapa waktu lalu, brand yang dikenal dengan produk lipstik dan cat kuku itu akhirnya mengajukan permohonan bangkrut. Dikatakan jika mereka hanya memiliki US$575 juta untuk membayar utang dan kebutuhan operasional.

Dalam pernyataannya, perusahaan itu bermaksud untuk mengembalikan kepercayaan para konsumen. "Dengan mengatasi kendala utang warisan yang kompleks ini, kami berharap bisa menyederhanakan struktur permodalan dan secara signifikan mengurangi utang kami, membuat kami bisa membuka kembali potensi dari brand yang sudah diakui secara global ini," kata Presiden dan CEO Revlon, Debra Perelman.

Harga bahan baku naik

Produk cat rambut Revlon. Shutterstock/TY Lim

Masalah keuangan Revlon diperparah dengan sulitnya bahan baku. Selama pandemi Corona, berbagai harga material mulai dari kertas, kaca, dan minyak-minyak penting mengalami kenaikan dan bukan Revlon saja yang jadi kewalahan.

Hal itu menyebabkan biaya produksi kosmetik naik hingga 25-30 persen dan tidak diimbangi dengan naiknya penjualan. Dikatakan jika gangguan rantai pasokan pada Revlon juga diperburuk dengan persaingan ketat antarjenama dan vendor yang menuntut pembayaran.

Dalam dokumen pailitnya, perusahaan mengatakan bahwa gangguan rantai pasokan telah mendorong persaingan ketat untuk bahan-bahan yang digunakan dalam kosmetiknya. Selain itu, pemasok juga telah meminta untuk dibayar di muka untuk pesanan karena tingginya permintaan saat ini

Kepala Restrukturisasi Revlon, Robert Caruso mengatakan, perusahaan mengalami masalah keuangan karena kenaikan biaya bahan baku untuk berbagai produknya. 

"Ini telah menyebabkan kekurangan bahan-bahan yang diperlukan di seluruh portofolio perusahaan," kata Caruso, dikutip dari BBC, Selasa (21/6).

“Misalnya, satu tabung lipstik Revlon membutuhkan 35 hingga 40 bahan baku dan suku cadang, yang masing-masing sangat penting untuk membawa produk ke pasar,” katanya, menambahkan.

Revlon membutuhkan setidaknya US$575 juta dari pemberi pinjaman yang ada untuk mendukung operasi sehari-hari. 

Kurang kompetitif

Dok. Kylie

Meski menjadi nama lama dalam industri kecantikan, Revlon belakangan mendapatkan persaingan ketat dari berbagai brand baru, baik lokal maupun internasional. Khususnya dengan popularitas brand kecantikan yang digawangi selebritas, seperti Rihanna dengan Fenty Beauty dan Kylie Jenner dengan Kylie Cosmetics.

Merek-merek itu dinilai bisa lebih menjangkau pasar melalui media sosial, seperti TikTok dan Instagram.

Mal tutup saat pandemi

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/rwa

Pandemi Covid-19 yang menghantam industri kecantikan global. Berdasarkan hasil survei McKinsey, diperkirakan pendapatan industri kecantikan global turun 20 hingga 30 persen pada tahun 2020. Tekanan pandemi ini dan menurunnya daya beli membuat penjualan menurun.

Menurunnya penjualan akibat Covid-19 juga memperparah pembelian Revlon, ditambah lagi perubahan kebiasaan belanja. Kini  pelanggan kini lebih mengandalkan situs belanja bahkan sebelum Covid-19 mewabah. Meski menawarkan pembelian daring, kebanyakan produk Revlon dijual di toko kosmetik dan department store dalam mal.

Itulah berbagai alasan Revlon di ambang kebangkrutan. Tantangan global yang berkelanjutan ditambah persaingan industri yang ketat dan hantaman pandemi membuat perusahaan yang berdiri lebih dari 90 tahun ini berada di jurang pailit.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M