Bisnis Iklan Google Melaju Kencang, Alphabet Bukukan Rekor Pendapatan

Analis prediksi pertumbuhan Google tak terbendung.

Bisnis Iklan Google Melaju Kencang, Alphabet Bukukan Rekor Pendapatan
Kantor Pusat Google di Mountain View, California, Amerika Serikat. (Shutterstock/ achinthamb)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

California, FORTUNE - Induk Google Alphabet Inc., membukukan penjualan lebih dari Rp860,23 triliun atau setara US$60 miliar pada kuartal IV/2021. 

Dilansir Reuters pada Rabu (2/2), penjualan Alphabet melonjak 32 persen menjadi US$75,3 miliar pada kuartal keempat, untuk rekor penjualan kuartalan ketiga berturut-turut. Nilai itu juga melampaui rata-rata proyeksi penjualan para analis, yaitu US$72 miliar.

Adapun pada 2021 penjualan Alphabet naik 41 persen menjadi US$258 miliar. Penjualan hanya tumbuh 13 persen pada tahun 2020. Tingkat pertumbuhan paling lambat dalam lebih dari satu dekade itu terjadi setelah pengiklan memangkas pengeluaran dalam beberapa minggu pertama pandemi.

Di tahun 2021 dan 2020, bisnis periklanan Google, termasuk YouTube, menyumbang 81 persen dari pendapatan Alphabet.

Mempertegas arah tren global

Kinerja yang dicetak Alphabet mempertegas tren global menuju ekonomi digital, di mana raksasa-raksasa teknologi mampu mengatasi guncangan pasar. Berbagai pihak dilanda kekhawatiran terhadap kenaikan inflasi, kenaikan kasus COVID-19, dan kekurangan rantai pasokan telah mengguncang Wall Street dan membuat penjualan di berbagai lini bisnis merosot.

Sebaliknya, perusahaan yang mengendalikan gerbang utama ke e-commerce, pekerjaan hybrid, dan hiburan streaming belum melihat penurunan sejak awal pandemi.

“Konsumen terjun ke pencarian Google untuk mencari pakaian dan barang-barang hobi. Sementara pengiklan ritel, keuangan, hiburan dan perjalanan menaikkan anggaran pemasaran,” ujar Philipp Schindler, Chief Business Officer Google, dalam sesi earning call.

Pertumbuhan Google diprediksi tak terbendung

Analis mengatakan Google, yang menghasilkan lebih banyak pendapatan dari iklan internet daripada perusahaan lain. Ini membuktikan bahwa pertumbuhannya tak terbendung di masa mendatang.

“Pandemi telah dengan mudah mempercepat ketergantungan dunia pada iklan digital,” kata Sophie Lund-Yates, analis ekuitas di Hargreaves Lansdown. 

"Duduk melalui jeda iklan TV tradisional atau membaca papan reklame tiba-tiba terasa sangat kuno di era streaming dan ketergantungan pada ponsel," katanya menambahkan.

Saham Alphabet melonjak 8,6 persen dalam perdagangan setelah jam kerja, menjadi US$2.990,10, menghapus kerugian mereka untuk tahun ini. Harga juga terdongkrak karena pengumuman perusahaan tentang rencana stock split dengan rasio 20 berbanding 1. Sementara itu, saham pesaing dalam iklan online termasuk pemilik Facebook Meta Platforms Inc, Twitter Inc, Trade Desk Inc dan Snap Inc semuanya juga naik.

Persaingan ketat pasar periklanan global

Perusahaan termasuk Amazon.com Inc dan ByteDance's TikTok telah mengambil sebagian kecil dari pangsa pasar periklanan global Google. Namun, analis pasar tidak mengharapkan penurunan besar dalam posisi terdepan Google. Bisnis sekunder Google, termasuk Cloud, juga telah meningkatkan penjualan secara keseluruhan.

Google Cloud, yang melayani klien seperti pembuat perangkat lunak belanja online Shopify Inc, meningkatkan pendapatan kuartalan sebesar 45 persen menjadi US$5,5 miliar, di atas perkiraan US$5,4 miliar. Kerugian operasional divisi menyempit sebesar 45 persen menjadi US$3,1 miliar pada tahun 2021.

Kepada para analis CEO Alphabet Sundar Pichai mengatakan, bahwa Cloud sedang menjajaki peluang untuk mendukung klien yang ingin menggunakan blockchain. Alphabet juga melaporkan rekor penjualan triwulanan selama musim liburan untuk smartphone Google Pixel-nya, terlepas dari apa yang disebut Pichai sebagai kendala pasokan yang "sangat menantang".

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M