Forum INACEE, Gerbang Perdagangan ke Eropa Tengah dan Timur

Hasilkan kesepakatan bisnis hingga Rp44 miliar

Forum INACEE, Gerbang Perdagangan ke Eropa Tengah dan Timur
INACEE Business Forum/Dok. Kemenlu RI
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Forum bisnis Indonesia-Central & Eastern Europe (INACEE) yang pertama kali diinisiasi oleh Kementerian Luar Negeri RI menghasilkan kesepakatan bisnis senilai US$ 3,1 juta atau sekitar Rp44 miliar. 

INACEE Business Forum diselenggarakan secara hybrid oleh Kementerian Luar Negeri. Acara diikuti lebih dari 300 peserta dari Indonesia, serta kawasan Eropa Tengah dan Eropa Timur. Dihadiri pula oleh perwakilan RI di kawasan Eropa Tengah dan Timur, serta kementerian dan lembaga terkait pada Kamis (7/10).

Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kemlu I Gede Ngurah Swajaya, mengatakan nilai kesepakatan bisnis tersebut merupakan hasil dari interaksi langsung para pelaku bisnis Indonesia dengan pebisnis dari Eropa Tengah dan Eropa Timur, kawasan yang pasarnya sedang dibidik oleh Indonesia.

“Negara-negara di Eropa Tengah dan Eropa Timur ini bukan hanya terdiri dari pasar tradisional Indonesia, tetapi juga pasar non-tradisional yang kita ingin intensifkan, termasuk dalam rangka mendorong UMKM,” ujarnya dalam konferensi pers secara virtual mengenai INACEE Business Forum, dikutip dari ANTARA pada Jumat, (8/10).

Selain kesepakatan bisnis, forum tersebut juga mencatatkan potensi transaksi perdagangan sebesar US$ 204 ribu atau sekitar Rp2,9 miliar dari kegiatan pencocokan bisnis (one-on-one business matching). Kegiatan ini diikuti para pelaku bisnis dari delapan negara, termasuk di antaranya 34 perusahaan Indonesia dan mitranya masing-masing.

Produk Indonesia diminati Eropa Tengah dan Eropa Timur

 Produk-produk unggulan yang diminati oleh para pebisnis dari Eropa Tengah dan Eropa Timur antara lain makanan, minuman, kosmetik (bulu mata palsu), furnitur, batu bara, pertanian, manufaktur, dan kerajinan tangan.

“Semua itu produk yang potensial dipasarkan di negara-negara Eropa Timur dan Eropa Tengah,” tutur Ngurah.

Forum tersebut menghasilkan dua kesepakatan bisnis ditandatangani secara virtual, yaitu antara perusahaan Bulgaria Picco Ltd dan Sasa Indonesia (PT Rodamas Inti Internasional) dengan nilai transaksi sebesar US$ 1,4 juta atau sekitar Rp 19,8 miliar untuk pembelian High Fat Desiccated Coconut.

Penandatanganan kesepakatan bisnis kedua antara perusahaan Ukraina SMART4B dan PT Eksyar Berkah Jaya untuk membentuk asosiasi bisnis dan kerja sama dagang senilai US$ 1,5 juta atau sekitar Rp 21,3 miliar untuk pembelian sejumlah produk, seperti kopi, mocaf, dan lada putih.

Kedua transaksi bisnis tersebut dihadiri dan difasilitasi oleh Duta Besar RI untuk Ukraina merangkap Armenia dan Georgia, Yuddy Chrisnandi, dan Duta Besar RI untuk Bulgaria, Iwan Bogananta, yang juga secara virtual menyaksikan penandatangan perjanjian tersebut.

Lebih dari 30 temu bisnis individual secara virtual dilakukan dan dihasilkan kesepakatan transaksi bisnis antara sejumlah perusahaan Indonesia dan mitranya dari kawasan Eropa Tengah dan Timur sebesar US$ 204.400 atau sekitar Rp. 2,9 milyar di sektor makanan, minuman, kosmetik (bulu mata), furnitur dan briket batu bara.

“Hingga selesainya forum bisnis pada pukul 20.00 WIB, 19 temu bisnis individual masih berlangsung membahas beberapa sektor seperti produk manufaktur, furnitur, pertanian, dan kerajinan tangan," kata Ngurah Swajaya, dikutip dari laman resmi Kemenlu, Jumat (8/10).

Tiga upaya prioritas untuk merevitalisasi hubungan perdagangan dan investasi

Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi menyoroti tiga upaya prioritas untuk merevitalisasi hubungan perdagangan dan investasi antara Indonesia dan negara-negara CEE.

Ia mengatakan, negara CEE harus memanfaatkan digitalisasi dalam kerjasama ekonomi. Ia mengatakan, Indonesia telah platform digital ina-access.com yang khusus dikembangkan untuk pameran perdagangan, investasi, dan pariwisata.

Platform itu menampilkan ribuan produk dari sekitar 400 perusahaan Indonesia, 60 persen di antaranya adalah UMKM, serta 100 perusahaan dari Eropa Tengah dan Eropa Timur. Dengan platform tersebut, para pelaku bisnis diharapkan dapat menemukan produk-produk yang diminati dan bisa langsung berkomunikasi serta bekerja sama dengan mitra-mitra mereka, di tengah keterbatasan akibat pandemi.

“Platform digital akan membantu bisnis kita terhubung satu sama lain. mengubah prospek menjadi prospek dan prospek menjadi kesepakatan bisnis. Saya mengundang rekan-rekan dari CEE untuk memanfaatkan platform ini dan mengungkap potensi kerja sama antara Indonesia dan negara Anda,” ucap Retno dalam Forum INACEE Kamis, (7/10).

Menurutnya, pendekatan bisnis seperti biasa tidak akan memutus pandemi. Diperlukan cara-cara inovatif untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan menggali lebih dalam potensi yang belum dimanfaatkan.

Selanjutnya, perlunya pemulihan konektivitas dan pergerakan barang secara global, jasa, dan masyarakat. “Indonesia dan negara-negara CEE harus berkolaborasi dalam mengembangkan pengaturan teknis untuk menjaga konektivitas dan membangun rantai pasokan yang lebih tangguh,” ucapnya.

Retno menambahkan, menghidupkan kembali perjalanan internasional harus menjadi bidang prioritas kerja sama. Dimulai dengan menjajaki pembentukan pengaturan koridor perjalanan untuk pelancong bisnis penting untuk diikuti oleh pengaturan serupa untuk wisatawan.

“Penting untuk upaya ini pengakuan timbal balik sertifikasi vaksin dan pedoman perjalanan untuk pergerakan orang antara Indonesia dan negara-negara CEE,” katanya, menambahkan.

Pentingnya upaya eksplorasi potensi hubungan dagang

Lebih lanjut, Menlu Retno menekankan pentingnya upaya eksplorasi potensi yang belum dimanfaatkan dalam hubungan dagang. Meskipun pandemi, kata dia, total perdagangan antara Indonesia dan 20 negara CEE mencapai USD$ 4,31 miliar antara Januari-Juli 2021 dan tumbuh 25,57 persen dari periode yang sama tahun lalu. Namun, ini hanya menyumbang sekitar 2 persen dari keseluruhan perdagangan Indonesia selama periode tersebut dan 0,01 persen dari total perdagangan CEE.

Retno menyatakan, bahwa Indonesia tertarik untuk mendukung optimalisasi ekonomi hijau guna meningkatkan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial. Ia mendorong negara-negara CEE untuk mencoba sektor alternatif untuk meningkatkan peluang ekonomi. 

“Sudah saatnya kita menjajaki daerah prospektif lainnya seperti kopi, kakao, hasil laut, kelapa sawit, dan furnitur,” ucapnya.

Selain itu juga, perlunya menggunakan Memorandum Kerjasama antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia guna mempercepat pembentukan perjanjian perdagangan antara Indonesia dan organisasi di kawasan CEE.

Dengan populasi 408 juta jiwa yang tersebar di 20 negara, kedua kawasan tersebut memiliki potensi besar yang dinilai penting untuk digarap oleh Indonesia. Terlebih, perdagangan antara Indonesia dan kawasan itu meningkat 25,13 persen menjadi US$ 4,229 miliar atau sekitar Rp60,4 triliun pada Januari-Juli 2021, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Ekspor Indonesia pada periode tersebut tercatat sebesar US$ 2,688 miliar atau sekitar Rp38,4 triliun, naik 52,37 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020. Adapun tiga negara mitra terbesar Indonesia di kawasan itu adalah Rusia, Turki, dan Ukraina.

Sebagai informasi, dua puluh negara di kawasan ini adalah Albania, Armenia, Belarus, Bosnia & Herzegovina, Bulgaria, Ceko, Georgia, Hongaria, Kroasia, Makedonia Utara, Moldova, Montenegro, Polandia, Romania, Rusia, Serbia, Slowakia, Slovenia, Turki, dan Ukraina. Negara-negara ini sekaligus berpotensi menjadi pintu masuk produk Indonesia ke Uni Eropa, Eropa Barat dan Selatan serta Asia Tengah.

Related Topics

INACEE 2021

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan