Memahami Triple Bottom Line dalam Bisnis, Sejarah, dan Substansinya

Konsep Triple Bottom Line sebagai fondasi CSR.

Memahami Triple Bottom Line dalam Bisnis, Sejarah, dan Substansinya
Bisnis berkelanjutan dengan ESG. (Pixabay/Geralt)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Istilah Triple Bottom Line (TBL) adalah sebuah konsep yang berkaitan dengan sustainability atau bisnis berkelanjutan. TBL juga menjadi parameter perusahaan dalam melakukan kegiatan produksinya.

Dalam bisnis tentu perusahaan akan berorientasi pada keuntungan. Akan tetapi, selama prosesnya tidak boleh mengabaikan dampak negatif yang lahir dari kegiatan industri. Misalnya, pencemaran lingkungan hidup, pemanasan global, deforestasi, rusaknya sumber daya alam, hingga area resapan air yang berkurang. 

Merangkum blog.olahkarsa.com,  dapat dikatakan bahwa Konsep Triple Bottom Line (TBL) merupakan fondasi dari kegiatan corporate social responsibility (CSR) bagi perusahaan. Artinya, jika melakukan tanggung jawab sosial perusahaan harus memperhatikan substansi utama dari TBL.

Untuk memahami lebih jauh, berikut ini pembahasan mengenai apa itu Triple Bottom Line, sejarah, substansi, dan hal yang berkaitan dengan TBL.

Sejarah Triple Bottom Line (TBL)

Konsep Triple Bottom Line digagas oleh John Elkington dalam bukunya Cannibal with Forks yang diterbitkan tahun 1994.  Penulis asal Inggris ini melontarkan kritik tajam mengenai pembangunan dan industrialisasi yang mengeliminasi lingkungan hidup secara eksplisit dan hanya berorientasi pada keuntungan semata. Pernyataan kontroversialnya menuai kritik kalangan pengusaha dan akademisi.

Meskipun demikian, konsep Triple Bottom Line dianggap sebagai terobosan baru yang menggugah ruang akademis maupun praktis (bisnis). Konsep ini menyumbang kajian lebih dalam mengenai development studies dan economic development, serta analisis TBL dilakukan lebih mendalam.

Konsep Triple Bottom Line yang menjadi tonggak lahirnya CSR ini pada tiga landasan fundamental, yaitu economic prosperity, environmental quality, dan social justice. Tiga hal ini menginspirasi adanya pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang diterapkan perusahaan.

Substansi utama dari Triple Bottom Line (TBL)

Substansi utama dari TBL ada tiga, yaitu profit, people, dan planet (3P). Berikut penjelasannya.

1. Profit

Pertama, yaitu profit atau keuntungan yang tetap menjadi orientasi objektif perusahaan. Dalam konsep ini, adanya Triple Bottom Line tidak mereduksi profit perusahaan tetapi menekankan pada keuntungan yang maksimal dan tetap memperhatikan berbagai aspek. Diantaranya aspek efisiensi biaya, reformasi birokrasi, hingga pembenahan dari segi manajemen internal. 

2. People

People atau masyarakat menjadi salah satu stakeholder penting dalam  perusahaan. Merujuk pada konsep TBL, maka perusahaan harus memperhatikan kesejahteraan masyarakat utamanya yang berada di sekitar lokasi produksi. 

Tindakan nyata bisa dilakukan melalui berbagai cara. Misalnya, perusahaan harus peduli kepada masyarakat dengan memberikan berbagai program akomodatif dengan tujuan meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. 

3. Planet

Planet menjadi komponen yang tak kalah penting, sebab merujukpada aspek lingkungan hidup. Berbagai dampal lingkungan yang timbul akibat proses industrialisasi perusahaan harus menjadi perhatian demi mencapai pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Sebagai langkah mewujudkannya, perusahaan harus memperhatikan aspek lingkungan hidup dan menjadi garda depan dalam mengimplementasikan SDGs. Misalnya, ikut menjaga, mitigasi, dan menanggulangi dampak-dampak negatif terhadap lingkungan. 

Sebagai contoh, perusahaan dapat terlibat dalam kegiatan deforestasi, menghitung emisi jejak karbon, mengadakan program daur ulang, menggunakan teknologi terbaru ramah lingkungan, dan sebagainya, 

Apabila Triple Bottom Line yang menjadi cikal bakal CSR ini berjalan dengan baik, maka perusahaan akan terasa manfaat bisnis berkelanjutan, baik bagi perusahaan maupun kelangsungan hidup manusia. Demikian penjelasan mengenai TBL, semoga bermanfaat untuk Anda.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M