Mengenal Istilah Borjuis: Pengertian, Sejarah, dan Contohnya

Kaum borjuis berbeda dengan kaum proletar.

Mengenal Istilah Borjuis: Pengertian, Sejarah, dan Contohnya
ilustrasi investor dan pebisnis (unsplash.com/Sebastian Herrmann)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Pernahkah Anda mendengar istilah kaum borjuis? Dalam sistem ekonomi liberal, borjuis adalah golongan masyarakat yang termasuk dalam kelas menengah ke atas.

Borjuis adalah masyarakat kelas menengah ke atas yang memiliki modal dan alat produksi

Istilah kaum bprjuis merupakan kebalikan dari istilah proletar yang dikategorikan sebagai masyarakat dengan ekonomi lebih rendah.

Seperti apa apa contoh kaum borjuis dan bagaimana asal mula klasifikasi kelas ini?

Melansir laman OCBC Nisp, berikut ini penjelasan lengkap mengenai apa itu kaum borjuis hingga sejarahnya.

Apa itu Kaum Borjuis?

Secara etimologi, istilah borjuis berasal dari bahasa Prancis “bourgeoisie” atau “bourgeois”. Kaum borjuis adalah istilah untuk bentuk kelas sosial dari golongan menengah ke atas yang memiliki modal dan alat produksi.

Borjuis mulai tumbuh di Eropa pada abad ke-11 seiring dengan perkembangan pertama eksodus pedesaan dan urbanisasi.

Dalam pemahaman filsafat Marxis, borjuis adalah orang-orang yang memiliki alat-alat produksi selama industrialisasi modern.

Selain merujuk pada kelas sosial yang memiliki alat-alat produksi, Marxis juga menggunakan istilah ini untuk menggambarkan gaya hidup konsumtif para pemilik modal dan real property.

Perbedaan Kaum Borjuis dan Proletar

Proletar dan borjuis adalah dua kelas sosial utama dalam teori Marxisme milik Karl Marx.

Menurutnya, dua kelompok sosial ini saling bergantung. Bagi borjuis, proletar adalah sumber keuntungan. Sebaliknya, bagi proletar, borjuis adalah sumber pekerjaan.

Karl Marx mengklasifikasikan perbedaan antara proletar dan borjuis terletak di kepemilikan alat produksi.

Kaum borjuis adalah orang-orang yang memiliki modal dan alat produksi. Sedangkan proletar adalah orang-orang yang hanya memiliki tenaga untuk dijual.

Karena proletar tidak memiliki alat produksi, maka mereka harus bergantung pada borjuis untuk mendapatkan uang. Hal ini menyebabkan sering terjadi eksploitasi proletar oleh borjuis sebagai dampak dari kapitalisme.

Sejarah Adanya Kaum Borjuis

Kaum borjuis muncul di sebuah kota kecil pada abad ke-11 ketika Eropa Barat dan Tengah sedang berkembang menjadi wilayah perdagangan. Namun, semakin meluas akibat adanya konsentrasi dalam bidang ekonomi dan kehadiran organisasi mandiri yang bertujuan membuat perlindungan.

Sejarah mencatat, bahwa perserikatan ini muncul ketika para pengusaha individu. Misalnya, seperti pengrajin dan pedagang berkonflik dengan tuan tanah yang menuntut sewa lebih besar daripada kesepakatan sebelumnya.

Dalam peristiwa tersebut, para borjuis atau para pemilik modal secara politik mendukung raja atau ratu terhadap kekacauan yang disebabkan oleh keserakahan tuan-tuan feodal tersebut.

Akhirnya, pada akhir abad ke-16, para kaum borjuis Inggris dan Belanda menjadi kekuatan finansial dan politik yang berhasil menggulingkan tatanan feodal.

Masuk ke abad ke-17 dan 18, kaum borjuis adalah kelas sosial yang progresif mendukung prinsip-prinsip konstitusional, melawan hukum privilege dan klaim-klaim kekuasaan.

Kemudian pada abad ke-19, mereka mengemukakan liberalisme dan memperoleh hak politik, hak agama serta kebebasan sipil untuk diri mereka sendiri maupun kelas sosial yang lebih rendah.

Menurut Karl Marx, borjuis selama abad pertengahan memiliki peran ekonomi sebagai perantara keuangan antara tuan tanah feodal dan petani yang bekerja di ladang.

Namun, pada abad ke-19 yang bertepatan dengan revolusi dan kapitalisme industri. Hal ini mengubah kaum borjuis menjadi kelas penguasa ekonomi. Mereka memiliki alat-alat produksi, yaitu modal dan tanah, dan akhirnya mengendalikan hal tersebut untuk keuntungan sendiri.

Dalam teorinya, Marx membedakan dua jenis kapitalis borjuis:

  1. Kapitalis fungsional, yaitu orang-orang yang merupakan administrator bisnis alat-alat produksi.
  2. Kapitalis rentier, yaitu orang-orang yang mata pencahariannya berasal baik dari sewa properti atau pendapatan bunga.

Contoh Kaum Borjuis dan Proletar

Karl Marx menyebut istilah borjuis merujuk pada sebuah kelas sosial dari individu yang mempunyai ciri kepemilikan modal. Inilah mengapa, mereka berada di kelas menengah ke atas yang memiliki kekuatan dalam hal pekerjaan, pendidikan, ekonomi dan kekayaan.

Contohnnya, seperti pemilik deretan pabrik besar yang sedang beroperasi memproduksi berbagai barang baik itu sandang, papan, pangan atau kebutuhan tersier lainnya.

Dalam hal ini, Karl Marx menganggap borjuis adalah kebalikan dari kaum proletar.

Proletar didefinisikan sebagai penduduk kelas kedua setelah kaum kapitalis yang mencukupi keperluan hidupnya melalui upah hasil kerjanya.

Biasanya, orang-orang di kelas proletar lekat dengan stereotip pekerjaan kasar seperti buruh tani, nelayan atau profesi lainnya yang berkutat dengan otot dan tangan. 

Dapat disimpulkan bahwa kaum borjuis adalah kelompok sosial menengah ke atas yang memiliki modal dan alat produksi. Salah satu contohnya seperti pemilik pabrik besar yang memproduksi sandang, pangan atau kebutuhan tersier lainnya.

Demikian penjelasan tentang pengertian borjuis, sejarah, dan contohnya. Semoga bermanfaat untuk Anda.

Related Topics

Borjuis

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Saham Anjlok, Problem Starbucks Tak Hanya Aksi Boikot
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M