Octopus Indonesia Terpilih Ikut Google for Startups Circular Economy

Misi mengembangkan ekonomi sirkular di Indonesia.

Octopus Indonesia Terpilih Ikut Google for Startups Circular Economy
Octopoint di MBloc/Dok. Octopus Indonesia
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Octopus berhasil lulus mengikuti program Google for Startups Accelerator: Circular Economy mengalahkan ratusan aplikasi yang mendaftar. Perusahaan rintisan asal Indonesia ini berfokus pada pengelolaan dan daur ulang sampah konsumen hingga menjadi bahan baku in yang dapat digunakan kembali oleh berbagai macam merek.

Moehammad Ichsan, CEO & Co-Founder, Octopus Indonesia menyampaikan, keikutsertaan di Google for Startups Accelerator (GFS) memberikan kesempatan untuk belajar lebih banyak dari Google, serta masuk ke jaringan ekosistem yang dapat membantu mengakselerasi Octopus yang tengah berkembang pesat.

“Salah satu topik yang membuat kami tertarik adalah yang terkait tentang acquiring new customers atau pun new consumers,” ujarnya dalam keterangan pers, Selasa (7/2).

Didirikan pada tahun 2019, Octopus merupakan platform ekonomi sirkular yang dibuat untuk membantu mengatasi masalah sampah , yang memungkinkan pengguna/konsumen mengirimkan kemasan bekas pakai untuk didaur ulang menjadi produk yang bernilai jual.

Ekonomi sirkular adalah model ekonomi yang memperpanjang masa pakai produk dan bahan baku sehingga dapat meminimalkan limbah dan bisa menghemat penggunaan sumber daya alam yang jumlahnya terbatas.

Misi mengembangkan ekonomi sirkular di Indonesia

Ilustrasi memilah sampah/Dok. Octopus Indonesia

Ichsan mengatakan, ekonomi sirkular adalah hal yang sangat baru di Indonesia, sehingga untuk mendapatkan konsumen atau pengguna aplikasi masih merupakan tantangan terbesar yang kami hadapi saat ini. 

“Dengan bergabung di program ini, kami berharap dapat mempelajari strategi untuk menarik minat pengguna dalam memanfaatkan platform kami secara berkelanjutan,” ujarnya,

Head of Startup Ecosystem, SEA, SAF and Greater China Region, Thye Yeow Bok, memandangkan di Indonesia, industri sampah yang dikelola oleh para pemulung atau pekerja informal masih menjadi kunci pengelolaan sampah di negara ini, terutama di daerah pedesaan di mana sistem pengumpulan sampah secara konvensional belum diterapkan.

Bok mengatakan, model bisnis Octopus memberikan solusi yang membuat pengumpulan sampah informal lebih mudah diakses dan efisien. 

“Hal ini memudahkan individu maupun organisasi mendukung upaya daur ulang sampah di Indonesia. Ini yang membuat kami sangat senang untuk mendukung dan membantu memperluas upaya mereka," ujarnya,

Berbagai perusahaan dan organisasi di seluruh dunia mulai mengambil langkah untuk beralih dari model ekonomi linear, yakni model “ambil, buat, buang”, menuju ekonomi sirkular.

Fokus Google pada ekonomi sirkular

Tim Octopus indonesia/Dok. Octopus Indonesia

Bok mengatakan, Google saat ini mencari berbagai cara untuk memaksimalkan penggunaan kembali sumber daya di seluruh operasi, produk, dan supply chain kami.

"Selain itu, kami juga membantu berbagai pihak yang ingin sama-sama melakukannya, dengan mendukung startup yang berupaya membangun ekonomi sirkular,” ujarnya.

Pada bulan Oktober 2022, Google mengumumkan GFS Accelerator baru yang mendukung startup serta organisasi nonprofit di Amerika Utara dan Asia Pasifik yang berusaha memecahkan tantangan terkait ekonomi sirkular, yang bertujuan meminimalkan sampah, memperpanjang masa pakai produk dan bahan baku, serta membantu meregenerasi sistem alam.

Model ekonomi sirkular didasarkan pada prinsip mengurangi, menggunakan kembali, memperbaiki, meremajakan, serta mendaur ulang bahan baku dan produk.

Estee Cheng, Managing Director, gTech Sustainability, menambahkan, “Daur ulang berperan penting dalam memajukan ekonomi sirkular. Kini ada makin banyak perusahaan yang memikirkan aspek teknis dan desain produk mereka sejak dini, dan mengintegrasikan aspek kedaurulangan ke dalam produk mereka sejak awal untuk mendukung konsep ekonomi sirkular. Artinya, ketika suatu produk mencapai akhir masa pakainya, produk tersebut dapat diubah menjadi produk baru.”

Kedua belas tim terpilih yang mengikuti program GFS Accelerator baru ini semuanya menggunakan teknologi untuk menangani berbagai area masalah yang kompleks—mulai dari limbah makanan dan mode busana, hingga daur ulang dan produk yang dapat digunakan kembali (reusable products). 

Selama tiga bulan ke depan, para peserta akan diberikan pelatihan, mentoring, dan juga insight dari Google serta mentor eksternal untuk membantu mengembangkan project yang sedang mereka kerjakan. Lalu pada hari demo di akhir program, para peserta akan diminta mempresentasikan hal apa saja yang sudah mereka kerjakan.

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Apple Minta Maaf atas Iklan iPad Pro yang Tuai Kontroversi
Pertamina Bantah Isu tentang Penghentian Penjualan Pertalite
PT Timah Rombak Jajaran Direksi, Ini Daftar Terbarunya
5 Tips Jaga Privasi Chat di WhatsApp Dengan Manfaatkan Fitur yang Ada
RUPST Bank Mas Absen Bagi Dividen dan Ganti Direktur
Paramount Petals Bangun Area Komersial Berbasis Kota Mandiri