Daftar 6 Maskapai Penerbangan Indonesia Tak Lagi Beroperasi

GIAA berisiko tambah lis maskapai yang mandek karena rugi.

Daftar 6 Maskapai Penerbangan Indonesia Tak Lagi Beroperasi
ANTARA/Muhammad Iqbal
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE –  Isu kepailitan menerpa PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA). Bukan mereda, perseroan ini kembali mendapatkan gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang diajukan oleh PT Mitra Buana Koorporindo (MBK) setelah sebelumnya lolos dari gugatan PKPU yang diajukan My Indo Airlines.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, membenarkan telah menerima surat pemberitahuan dari Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (26/10) terkait hal tersebut. “Kami akan mempelajari permohonan PKPU tersebut, bersama dengan  konsultan yang telah ditunjuk oleh Garuda untuk memberikan tanggapan lebih lanjut sesuai prosedur dan ketentuan hukum yang berlaku,” katanya dalam keterangan tertulisa pada hari yang sama.

Dengan kondisi maskapai pelat merah yang semakin parah, opsi menggantikan Garuda Indonesia dengan anak usaha Pertamina, Pelita Air, pun bergulir. Namun, Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, tidak mengomentari isu tersebut dan lebih mengutamakan opsi negosiasi untuk menyelamatkan GIAA dari lilitan utang. Jika upaya tersebut gagal, Kementerian akan menyiapkan langkah lain.

“Kalau negosiasi gagal baru kita cari opsi lain, kita akan cari langkah-langkah untuk BUMN tetap memiliki airline. Jadi kita tunggu aja untuk hasil negosiasi kita,” ujarnya, Senin (25/10).

Bila berkaca pada masa lalu, bukan hanya Garuda Indonesia mengahadapi masalah lilitan utang. Ada beberapa maskapai dalam negeri yang hadapi masalah serupa, dan tidak selamat. Berikut rangkumannya dari berbagai sumber.

1. Merpati Nusantara Airlines

Jauh sebelum kasus Garuda, maskapai pelat merah Merpati Nusantara Airlines tumbang di tengah jalan. Maskapai yang didirikan atas inisiasi Presiden Sukarno pada 1962 itu pernah berjaya sebagai penerbangan perintis ke daerah-daerah pelosok.

Belakangan, pemerintah beberapa kali melakukan upaya restrukturisasi terhadapnya. Dampaknya, banyak pegawai Merpati mengundurkan diri karena tidak beroleh gaji selama 3 bulan berturut-turut. Sayangnya, Merpati harus berhenti beroperasi pada 2014 akibat terus merugi dan tertindih utang.

2. Batavia Air

PT Metro Batavia mulai beroperasi pada 5 Januari 2002. Sejak itu, Batavia Air turut membuka layanan penerbangan rute internasional dengan menggunakan pesawat tipe Airbus.

Nasib apes Batavia Air menambah panjang deretan pengusaha yang mengadu peruntungan di bisnis penerbangan. Maskapai ini harus ditutup pada 2013 setelah memiliki utang dan gagal bayar sebesar lebih dari US$4,6 juta. 

3. Adam Air

Adam Air di masa jayanya sempat disebut sebagai maskapai penerbangan berbiaya rendah atau low cost carrier (LCC) terbaik di Indonesia. Perusahaan ini terus menambah jangkauan rute hingga armada pesawatnya sejak berdiri pada 2002.

Reputasi maskapai ini redup setelah terjadi serangkaian kecelakaan pesawatnya. Puncaknya, Adam Air dengan rute penerbangan Jakarta-Surabaya-Manado terjatuh di Selat Makassar pada 1 Januari 2007. 102 penumpang termasuk awak pesawat dinyatakan tewas dalam insiden tersebut.

Pemerintah melalui Departemen Perhubungan secara resmi mencabut izin penerbangan Adam Air pada 19 Juni 2008.

4. Bouraq Airlines dan Bali Air

Mungkin terdengar asing, nyatanya maskapai ini beroperasi sejak 1970 dengan Bandara Soekarno-Hatta sebagai penghubung. Kedua maskapai ini didirikan oleh Jerry Albert Sumendap, pengusaha yang juga menggeluti bisnis kayu. Awalnya, maskapai dioperasikan Douglas DC-3, dan sejak 1973 Turboprop Hawker Siddeley HS 748 diperkenalkan pada layanan Bouraq.

Sayangnya, kedua maskapai ditutup pada 2005 akibat masalah keuangan berkepanjangan. Lisensi penerbangannya juga telah dicabut pada 2007.

5. Mandala Air

Mandala Airlines yang kemudian bernama Tigerair Mandala pertama kali beroperasi pada 17 April 1969. Maskapai ini kemudian dibeli oleh Indigo Partners dan Cardig International pada 2006.

Akibat masalah utang, maskapai berhenti beroperasi pada 12 Januari 2011. Pada Februari 2011, para kreditur menyetujui restrukturisasi utang Mandala Air menjadi saham, sehingga bisa kembali beroperasi pada Juni 2011.

Akan tetapi, Mandala menghentikan kegiatan operasionalnya mulai 1 Juli 2014. Itu karena kondisi pasar yang turun dan biaya operasional membengkak imbas depresiasi rupiah.

6. Sempati Air

Berdiri pada Desember 1968, PT Sempati Air Transport mulai beroperasi per Maret 1969. Selama kurun waktu hingga 1990-an, maskapai ini sempat melayani rute penerbangan berjadwal ke Singapura, Kuala Lumpur, dan Manila.

Namun, Sempati Air bangkrut saat terhantam krisis moneter pada 1998. Menurut kabar yang beredar, kebangkrutan ini juga turut disebabkan oleh kesalahan pihak manajemen.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M