Pendiri Bukalapak Ungkap Pengalaman Sulit Cari Pendanaan

Achmad Zaky sebut disiplin manajemen kunci startup survive.

Pendiri Bukalapak Ungkap Pengalaman Sulit Cari Pendanaan
Achmad Zaky, Co-founder Bukalapak, Founder Init-6 dan Achmad Zaky Foundation.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Founder sekaligus pemegang saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) Ahmad Zaky membagikan pengalamannya menghadapi seretnya pendanaan dari investor seperti yang dialami banyak startup belakangan ini. 

Ia bilang kondisi tersebut pernah juga ia alami saat memimpin Bukalapak pada 2016. Saat itu, katanya, banyak perusahaan yang mengalami penurunan valuasi sehingga kesulitan saat menggalang dana. 

"Tahun 2016 pernah terjadi saya pernah mengalami saat susah sekali fundraising, dan saya melihat kanan kiri saya juga melihat valuasi dikorting dan sudah sering. Dan itu umum, kan? Aset itu naik turun," tuturnya dalam konferensi pers Achmad Zaky Foundation, Senin (28/6).

Namun menurutnya, kondisi tersebut lumrah dan takkan berlangsung lama. Seperti siklus, pendanaan dari investor pada gilirannya juga akan kembali bergairah. Saat itu kondisi perusahaan yang berhasil bertahan dan tetap inovatif serta memberikan nilai tambah dapat menjadi lebih berkembang. 

"Jadi, banyak hal yang mungkin saat ini belum mendukung industri teknologi, tapi saya yakin teknologi tetap dibutuhkan. Kita juga masih menggunakan teknologi tiap hari. Penggunaannya pun juga bertambah. Tapi, kuncinya tadi inovasi. Selama sektor ini memberikan nilai tambah atau inovasi, saya yakin ke depan akan sustainable," ujarnya.

Disiplin dan kolaborasi

Disiplin manajamen startup menurutnya merupakan kunci untuk bisa bertahan melewati krisis saat ini. Pasalnya, tak sedikit usaha rintisan yang tumbang karena para pendirinya kurang disiplin dan tak bisa menciptakan kultur perusahaan yang baik, terutama dalam mengelola keuangan.

"Kalau manajemen bagus, disiplin, profesional, mereka bisa survive di era mana pun. Dan saya melihat pengaruh founder, manajemen, nanti manajemen pengaruhnya ke kultur perusahaan. Kultur inilah yang akan berpengaruh ke sustainability itu," ujarnya.

Ia mencontohkan soal kebiasaan "bakar uang" yang dilakukan startup. Dalam hematnya, manajemen yang disiplin dan profesional harusnya dapat menjadikan hal tersebut sebagai strategi investasi. Paling tidak tiap rupiah yang dibakar tersebut dapat dikonversi menjadi customer dalam jumlah tertentu.

"Yang satu bakar duit tidak ada hasilnya, yang satu investasi customer. Manajemen yang baik tahu hasilnya apa ini. Kalau misal hasilnya retensi, mereka bisa memprediksi bahwa 1 perak menghasilkan minimal 1 perak. Insya Allah manajemen akan sustainable," katanya.

Selain disiplin, kata kunci lainnya adalah kerja keras dan kolaborasi. Ia bilang kolaborasi dengan para investor—dari luar maupun dalam negeri—dapat dengan cepat meningkatkan skalabilitas dan pertumbuhan startup

"Sekarang era kolaborasi dan investor biasanya juga di berbagai bidang. Dan mereka bisa memberikan perspektif lebih lengkap kepada founder ini sehingga bisa cepat matang. Kalau saya lihat founder hari ini dibandingkan era saya jauh lebih meningkat. Kira-kira seperti itu," ujarnya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

17 Film Termahal di Dunia, Memiliki Nilai yang Fantastis
Cara Daftar OpenSea dengan Mudah, Lakukan 6 Langkah Ini
Bahlil: Apple Belum Tindak Lanjuti Investasi di Indonesia
Medco Rampungkan Divestasi Kepemilikan di Blok Ophir Vietnam
Stanchart: Kemenangan Prabowo Tak Serta Merta Tingkatkan Investasi
Rumah Tapak Diminati, Grup Lippo (LPCK) Raup Marketing Sales Rp325 M