PLN Kurangi Beban Oversupply Rp40 Triliun, Ini Strateginya

PLN negosiasi ulang tender dan kontrak pembangkit baru.

PLN Kurangi Beban Oversupply Rp40 Triliun, Ini Strateginya
Dirut PLN, Darmawan Prasodjo. (dok. PLN)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasojo, mengakui perusahaannya mengalami kelebihan pasokan listrik (oversupply) dan harus menanggung beban pembayaran biaya kontrak penyedia listrik. 

Namun, ia mengatakan sejak tahun lalu perseroan tersebut telah berusaha untuk mengurangi beban biaya oversupply tersebut.

Caranya, menunda operasional komersial atau Commercial Operation Date (COD) beberapa proyek pembangkit baru dan melakukan negosiasi ulang kontrak dan tender untuk dibatalkan. 

Menurut Darmawan, cara tersebut berhasil mengurangi beban Take or Pay lebih dari Rp40 triliun.

"Kami melakukan negosiasi ulang pihak-pihak terkait sehingga berhasil mengurangi beban take or pay," ujarnya. 

Sebelumnya, Plt Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, memaparkan bahwa kelebihan pasokan listrik PLN mencapai 40 persen atau sekitar 6 GW. Karena itu, perusahaan pemasok setrum itu melakukan berbagai upaya untuk mengurangi tingkat oversupply, termasuk melalui renegosiasi kontrak pembangkit.

Menurutnya, kerugian PLN ketika oversupply terjadi karena perusahaan terikat kontrak Take or Pay untuk listrik yang dihasilkan dari pembangkit.

Dorong industri beli listrik PLN 

Selain memundurkan COD pembangkit dan negosiasi ulang tender, kementerian ESDM juga mendorong PLN menggaet industri yang memiliki pembangkit sendiri membeli listrik dari mereka. 

Program ini dirancang untuk mengatasi kelebihan pasokan setrum yang merugikan PLN akibat sistem take or pay dengan independent power producer (IPP).

"Yang ingin didorong adalah bagaimana kita mendorong industri, digeser, yang punya pembangkit sendiri, dan ini banyak—yang kelasnya 3 MW, yang kelasnya 10 MW—digeser untuk membeli listrik PLN," ujarnya.

Pasalnya, secara keekonomian harga jual listrik PLN bisa lebih murah dibandingkan ongkos mengoperasikan pembangkit sendiri. Ini lantaran bahan bakar pembangkit yang mereka beli, mayoritas menggunakan batu bara, jauh di atas harga yang dibeli PLN.

"Kalau industri pasti beli batu baranya di atas US$70 (per ton) kalau yang pakai 6.200. Sekarang PLN beli di angka tersebut," katanya.

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

3 Cara Mengubah Suara Menjadi Teks Untuk Kebutuhan Konten
Cara Melihat Pesan WA yang Terhapus, Tanpa Aplikasi Tambahan
Panduan Cara Ganti Kartu ATM BCA yang Hilang atau Rusak
10 Kacamata Termahal di Dunia Lengkap dengan Harganya!
Dalam sebulan, 69 Pinjol Diganjar Sanksi Oleh OJK
Usai PHK Karyawan Tesla, Elon Musk Investasi Rp8 Triliun. Buat Apa?