S&P Turunkan Rating Bumi Resources Menjadi CCC

Turunnya dividen anak usaha meningkatkan risiko refinancing.

S&P Turunkan Rating Bumi Resources Menjadi CCC
ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/wsj
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Lembaga rating S&P menurunkan peringkat PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi CCC menyusul ketidakcukupan dividen yang diterima anak perusahaannya. Hal ini berpotensi mengganggu proses refinancing perusahaan. S&P juga menyematkan outlook negatif terhadap emiten tambang batu bara ini.

Dalam pengumuman resminya, Selasa (5/10), S&P mengungkapkan Kaltim Prima Coal (KPC), sebagai kontributor terbesar perusahaan, hanya menyetor dividen US$42 juta pada semester I-2021 meskipun EBITDA KPC mencapai US$254 juta. Terlebih, Arutmin Indonesia—anak usaha lainnya—juga tidak membagikan dividen kendati kasnya mencapai US$93 juta dan EBITDA US$68 juta.

Mengingat tingkat pembayaran BUMI yang lambat saat ini, S&P meyakini perusahaan tersebut akan menghadapi kesulitan dalam membayar utang tranche-A dan tranche-B sebesar US$1,2 miliar pada saat jatuh tempo pada Desember 2022.

"Oleh karena itu, pada 5 Oktober 2021 kami menurunkan rating kredit emiten yang berbasis di Indonesia tersebut menjadi CCC dari CCC+," tulis S&P dalam laporan pemeringkatan.

Terkait hal ini, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bumi Resources, Dileep Srivastava, meminta semua pihak untuk tak berspekulasi terlalu jauh soal pembayaran utang yang sudah dilakukan BUMI mulai bulan ini dan seterusnya.

"Dunia hari ini tidak sama seperti tahun 2017. Terlalu banyak faktor geopolitik dan pandemi yang ikut bermain yang tampaknya tidak diperhitungkan," ujar Dileep.

Ia juga menyampaikan Bumi Resources telah melakukan pembayaran utang US$365 juta sejak AprIl 2018 dan menyebut angsuran berikutnya, yakni pada pada 18 Oktober 2021, kemungkinan lebih tinggi empat sampai lima kali dari angsuran yang dibayar pada Juli.

"Bumi sudah memiliki rencana yang jelas untuk mengatasi semua masalah ini secara optimal sebagaimana mestinya," tuturnya.

Mempercepat pembayaran pokok utang

Sementara itu strategi yang disiapkan perusahaan antara lain mempercepat pembayaran kembali pokok utang dan menyelesaikan tranche A pada akhir 2022.

BUMI juga menukar sisa obligasi wajib konversi atau mandatory convertible bonds (MCB) menjadi ekuitas lebih awal dari tenor resmi.

"Kami juga membiayai kembali sisa utang dengan bunga yang lebih rendah dan mencapai struktur modal yang seimbang ke tingkat yang optimal dalam 2 atau 3 tahun ke depan," jelasnya.

Sebagai produsen batu bara terbesar di tanah air dengan produksi mencapai 85 juta ton, Dileep menyebut BUMI menjadi perusahaan yang paling diuntungkan dari kenaikan harga batu bara. Hal ini membawa dampak positif bagi BUMI, seperti memungkinkan percepatan pembayaran utang, pemotongan biaya bunga, potensi meraih laba, serta diversifikasi ke sektor hilir.

"Bumi sudah memiliki rencana yang jelas untuk mengatasi semua masalah ini secara optimal sebagaimana mestinya," katanya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Saham Anjlok, Problem Starbucks Tak Hanya Aksi Boikot
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M