Bank-Bank Digital Tumbuh, Tantangan Berat Menunggu

Prospek dinilai dari pertumbuhan jumlah nasabah pengguna.

Bank-Bank Digital Tumbuh, Tantangan Berat Menunggu
Ilustrasi Digital Banking. (ShutterStock/PopTika)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Sepanjang tahun lalu hingga 2021 industri keuangan Indonesia diramaikan dengan kemunculan bank-bank digital. Kini, beberapa di antaranya telah mengumumkan laporan keuangan kuartal ketiga tahun ini. Bagaimana kinerjanya?

Setidaknya ada tiga bank digital yang sudah merilis neraca keuangannya pada Juli–September 2021, terdiri dari PT Bank Jago Tbk., PT Allo Bank Tbk., dan Bank Digital BCA atau BCA Digital. 

Bank Jago merupakan bank digital transformasi dari Bank Artos Indonesia (ARTO). Sedangkan, Allo Bank (sebelumnya Bank Harda Internasional) menjadi bank digital setelah diakuisisi Mega Corp. Sementara, PT Bank Central Asia Tbk. meluncurkan BCA Digital dengan mengakuisisi PT Bank Royal Indonesia.

Menurut keterangan resmi kepada media, Jumat (22/10), kuartal ketiga tahun ini merupakan kali pertama Bank Jago berhasil meraih laba bersih, yakni mencapai Rp14,0 miliar. Ini memutus tren rugi yang membelit perusahaan dalam enam tahun terakhir.

Namun,laporan keuangan Bank Jago masih menunjukkan rugi tahun berjalan Rp32,6 miliar, membaik ketimbang periode sama tahun sebelumnya (yoy) pada Rp105,7 miliar.

Pertumbuhan kinerja juga dialami Allo Bank. Bank yang dikenal dengan kode BBHI itu berhasil meningkatkan laba periode berjalan sebesar 77,2 persen. Sepanjang kuartal ketiga tahun ini, nilai keuntungan perusahaan Rp85,7 miliar dari Rp48,4 miliar sebelumnya.

Untuk BCA Digital, bank tersebut pada periode sama menanggung rugi Rp38,2 miliar, berbanding terbalik dari untung Rp41,8 miliar yang dibukukan sebelumnya. Kerugian itu disinyalir karena pendapatan bunga bersih menurun 9,3 persen menjadi Rp89,9 miliar. Di saat yang sama, beban operasional meningkat 170,7 persen menjadi Rp127,5 miliar.

Dari sisi aset, ketiga bank itu kompak meraih kenaikan. Aset Bank Jago tumbuh 535,7 persen menjadi Rp10,9 triliun. Allo Bank juga naik 224,0 persen menjadi Rp6,9 triliun. Sedangkan, BCA Digital meningkat 68,7 persen menjadi Rp4,9 triliun.

Masih perlu waktu, tantangan menunggu

Ilustrasi bank digital. (Shutterstock/Song_about_summer)

Head of Equity Research Samuel Sekuritas Indonesia, Suria Darma, berpendapat meski kinerja sejumlah bank digital tumbuh—terutama dari sisi aset—namun ini belum sepenuhnya menjadi pertanda positif. Sebab, pertumbuhan itu lebih banyak didorong faktor low base effect seiring transformasi dari bank konvensional.

“Jadi sebetulnya secara overall sih masih belum cukup, ya. Kita mesti lihat growth-nya ke depan akan seperti apa. Ceritanya sekarang ini kinerjanya masih belum bisa terefleksi karena masih baru dan awal-awal semua,” kata Suria kepada Fortune Indonesia, Rabu (27/10).

Menurutnya, bank-bank digital tertantang tidak saja soal mencetak profitabilitas, tapi juga menggaet banyak pengguna ke aplikasinya. Sebab, berbeda dari bank konvensional, bank-bank digital ini hanya bisa menyasar nasabah individu. Semakin banyak jumlah nasabah individu yang dapat diraih, semakin besar penghimpunan dana maupun pemberian kredit.

“Kalau mereka bisa mengumpulkan jumlah pengguna yang banyak berarti ada efeknya ke bisnis. Jadi, yang mesti kita perhatikan sebenarnya user-nya itu bakal berapa ke depannya,” ujarnya.

Tanggapan masing-masing bank

ShutterStock/Chan2545

Direktur Utama Bank Jago, Kharim Siregar, mengatakan pencapaian pada kuartal III-2021 terutama ditopang pertumbuhan kredit yang solid. Berdasarkan catatannya, penyaluran kredit hingga akhir September 2021 mencapai Rp3,73 triliun, atau naik 502,0 persen secara tahunan.

“Presentase kenaikannya terlihat tinggi karena kami berangkat dari baseline yang rendah. Tapi kami melihat kemajuan bisnis yang konsisten dari waktu ke waktu. Kami akan menjaga momentum ini dengan terus memperluas kolaborasi dan integrasi dengan ekosistem digital,” katanya.

Saat ini aplikasi bank Jago telah terintegrasi dengan sejumlah aplikasi lain seperti aplikasi reksadana daring Bibit.id dan super-app Gojek. Integrasi ini, katanya, akan mendukung konsumen dalam mengakses produk dan layanan jasa keuangan secara mudah, cepat, dan aman.

Direktur Utama BCA, Jahja Setiaatmadja, dalam konferensi pers Kamis (21/10), mengatakan perusahaan akan meningkatkan modal Bank Digital BCA dari Rp2,7 triliun menjadi Rp4,0 triliun.

“Kami harap bank Digital BCA senantiasa berinovasi untuk memenuhi beragam kebutuhan nasabah serta memperluas ekosistem yang dimiliki,” kata Jahja, seperti dikutip dari Antara. Jahja menambahkan, akuisisi rekening BCA Digital sudah cukup besar dengan dana yang terkumpul mencapai Rp800 miliar dan jumlah transaksi 100 ribu sejak diluncurkan pada Juli 2021.

Sementara, Allo Bank telah mengumumkan rights issue demi memperkuat permodalan. Berdasarkan prospektus yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), BBHI akan menerbitkan 10,04 miliar saham atau 46,24 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan nominal Rp100 per saham pada Desember 2021.

Bank yang dikendalikan taipan Chairul Tanjung ini menetapkan harga rights issue Rp478 per saham, dan menjadikan target dana aksi korporasi tersebut menjadi Rp4,80 triliun. 

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

17 Film Termahal di Dunia, Memiliki Nilai yang Fantastis
Cara Daftar OpenSea dengan Mudah, Lakukan 6 Langkah Ini
Bahlil: Apple Belum Tindak Lanjuti Investasi di Indonesia
Medco Rampungkan Divestasi Kepemilikan di Blok Ophir Vietnam
Stanchart: Kemenangan Prabowo Tak Serta Merta Tingkatkan Investasi
Rumah Tapak Diminati, Grup Lippo (LPCK) Raup Marketing Sales Rp325 M