Mengenal Indikator MRR dalam Bisnis: Arti dan Manfaat

MRR merupakan indikator untuk skema bisnis berlangganan.

Mengenal Indikator MRR dalam Bisnis: Arti dan Manfaat
Ilustrasi omzet atau pendapatan kotor. Shutterstock/Jirsak.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Anda yang tengah merintis usaha atau berencana membangun bisnis agaknya perlu mempelajari soal Monthly Recurring Revenue (MRR). Sebab, indikator tersebut akan membantu Anda dalam menilai performa bisnis.

Sesuai namanya, MRR merupakan total pendapatan (revenue) perusahaan dalam kurun waktu satu bulan. Dengan mengetahui pendapatan bulanan, perusahaan dapat melihat tren pendapatannya dari waktu ke waktu termasuk pada kurun setahun.

Indikator MRR sebenarnya merupakan metrik yang terutama digunakan oleh perusahaan dengan model bisnis berbasis langganan, yakni ketika pelanggan membayar biaya bulanan untuk mendapatkan layanan atau produk, sebagaimana dilansir dari laman Accurate.

Metrik tersebut memiliki asumsi bahwa pendapatan perusahaan berjalan secara berkelanjutan dengan nilai yang dapat diprediksi. Pada gilirannya, MRR memungkinkan perusahaan untuk melakukan perhitungan pendapatan secara lebih akurat. Hal tersebut menjadi penting karena pendapatan akan dicatat pada laporan laba rugi, demikian laman Glints.

Manfaat MRR

ilustrasi mendapat uang tambahan (unsplash.com/McCutcheon)

Bagi pebisnis, MRR menjadi indikator yang wajib dipelajari. Pasalnya, metrik itu dapat membantu perencanaan keuangan bulanan perusahaan. Terlebih, jika bisnisnya yang berbasis subscription atau langganan, demikian laman Glints.

MRR secara keseluruhan adalah metrik yang dapat digunakan untuk menghitung perkembangan bisnis perusahaan secara lebih akurat. Dengan begitu, tim di dalam perusahaan dapat mengambil keputusan bisnis yang lebih tepat.

Menurut laman Accurate, berikut sejumlah fungsi dan manfaat MRR.

  • Melacak performa bisnis. Perusahaan yang mengetahui pendapatan per bulannya akan dapat melacak performa bisnis. Pada saat sama, indikator pendapatan bulanan dapat menjadi bahan evaluasi kinerja dari tim penjualan.
  • Memprediksi penjualan. Perhitungan atas MRR memungkinkan untuk memprediksi penjualan pada masa mendatang.
  • Membantu perencanaan anggaran. Dengan menghitung MRR, perusahaan dapat lebih mudah mempersiapkan anggaran untuk penjualan pada bulan-bulan berikutnya.
  • Mempermudah pengambilan keputusan. Pengusaha yang mengetahui pendapatan bulanan perusahaannya dapat memiliki gambaran nyata mengenai performa bisnis. Dengan begitu, informasi tersebut bisa membantunya mengambil keputusan secara lebih mudah dan tepat.

Cara menghitung MRR

ilustrasi administrasi keuangan (unsplash.com/Tyler Franta)

Melakukan perhitungan MRR pada dasarnya mudah. Terdapat cara dalam mengukur indeks tersebut, yakni berdasarkan perhitungan tiap konsumen maupun berdasarkan rata-rata pendapatan tiap pengguna. Berikut penjelasan masing-masing sebagaimana dilansir dari laman Glints.

1. Berdasarkan perhitungan tiap konsumen

Metode ini cukup dilakukan dengan menghitung pendapatan berdasarkan perhitungan per konsumen atau pelanggan bulanan.

Caranya: pendapatan yang dihasilkan dari konsumen atau pelanggan dikalikan dengan total keseluruhan pelangggan.

2. Berdasarkan rata-rata pendapatan tiap pengguna

Perhitungan ini disebut dengan Average Revenue Per User (ARPU). Rumusnya adalah sebagai berikut.

ARPU = Total Pendapatan : Rata-Rata Pendapatan Tiap Pelanggan Per Bulan

Setelah nilai ARPU, kemudian tinggal mengkalikannya dengan total pengguna ataupun konsumen.

MRR = ARPU x Total Pelanggan

Cara meningkatkan MRR

ilustrasi administrasi keuangan (unsplash.com/ Towfiqu barbhuiya)

Usai mengetahui tentang perhitungan MRR, berikut sejumlah cara untuk mendorong kinerja indeks tersebut. Cara tersebu mulai dari cross-sell dan upsell, penetapan harga, dan pengembangan produk. Berikut penjelasannya sebagaimana dilansir dari laman Accurate.

1. Menerapkan cross-sell dan upsell

Metode cross-sell adalah teknik penjualan yang menawarkan produk lain yang sifatnya merupakan pelengkap dari produk utama kepada konsumen.

Sedangkan, upselling merupakan taktik penjualan dengan menawarkan produk sejenis yang nilai produknya lebih mahal ketimbang produk yang ingin dibeli konsumen.

Kedua cara tersebut dapat membbuat pelanggan mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli layanan atau produk bisnis. Di samping itu, akan lebih mudah bagi perusahaan jika mendapatkan tambahan pendapatan dari pelanggan lama ketimbang mencari pelanggan baru.

2. Membuat harga kompetitif

Perusahaan bisa memberikan harga kompetitif pada suatu layanan atau produk untuk menarik pelanggan baru.

3. Mengemhangkan produk dan layanan

Perusahaan dapat senantiasa mengembangkan produk dan layanannya demi kenyamanan pelanggan. Pada gilirannya, pelanggan lama berpotensi merekomendasikan produk atau layanan itu ke orang lain.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M