Net Profit Margin dalam Bisnis: Arti, Fungsi, dan Cara Menghitung

NPM menunjukkan kemampuan meraih laba dari tiap penjualan.

Net Profit Margin dalam Bisnis: Arti, Fungsi, dan Cara Menghitung
Ilustrasi laporan keuangan. (Pixabay/Tumisu)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Margin laba bersih (net profit margin/NPM) merupakan salah satu indikator bisnis yang mesti dipahami oleh pelaku usaha. Indikator tersebut menunjukkan kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba dari setiap penjualan.

Dikutip dari laman accurate, margin laba bersih merupakan rasio profitabilitas yang menunjukkan keuntungan dari operasi bisnis.

Dalam praktik perhitungannya, NPM merupakan persentase dari pendapatan ataupun penjualan bersih. Itu memperhitungkan semua biaya yang dihadapi bisnis, dan bukan hanya harga pokok penjualan (HPP).

Dalam istilah yang lebih sederhana, margin laba bersih adalah rasio yang membandingkan keuntungan perusahaan dengan jumlah total uang yang sanggup dihasilkan.

Sebagai misal, jika sebuah perusahaan membukukan net profit margin 20 persen, maka berarti ia mampu mereguk Rp2.000 dari setiap Rp10.000 pendapatan penjualan.

Rasio ini digunakan untuk memberikan gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan. Jika perusahaan yang menghasilkan laba lebih besar per nilai ketimbang penjualan, maka perusahaan tersebut memiliki operasional bisnis yang lebih efisien.

Selain itu, NPM ini juga digunakan utnuk menganalisis stabilitas keuangan perusahaan, demikian cemati.com.

Fungsi margin laba bersih

Pengertian Laporan Perubahan Modal. (Shutterstock/wutzkohphoto)

Sebagaimana sejumlah penjelasan di atas, berikut sejumlah fungsi margin laba bersih, seperti dilansir dari laman Cermati.

  1. Tolok ukur kesuksesan perusahaan
  2. Penetapan harga produk dan pengendalian biaya
  3. Pembandingan hasil usaha dari sektor industri yang sama
  4. Pencatatan transaksi keuangan
  5. Kreditur atau investor bisa menilai kemampuan perusahaan dalam membayar utang, perolehan keuntungan, dan efisiensi serta efektivitas manajemen perusahaan.

Margin laba bersih dapat menunjukkan seberapa baik perusahaan dalam mengubah penjualannya menjadi laba.

Sebaliknya, rasio sama memperlihatkan jumlah pendapatan yang hilang melalui biaya dan pengeluaran dalam bisnis.

Itu pada gilirannya dapat membantu pelaku usaha untuk mengetahui apakah perusahaannya mesti fokus pada penghematan pengeluaran.

Rumus menghitung net profit margin

ilustrasi cash flow (unsplash.com/micheile dot com)

Berikut rumus perhitungan margin laba bersih:

Net profit margin: laba bersih/total pendapatan x 100

Dalam penghitungannya, laba bersih dihitung dengan mengurangi semua biaya perusahaan dari total pendapatannya.

Adapun hasil perhitungan margin laba adalah persentase. Sebut misal, perusahaan dengan margin laba 10 persen berarti untuk setiap Rp1.000 pendapatan, maka perseroan itu menghasilkan Rp100.

Berikut contoh kasus perhitungan margin laba bersih, dilansir dari pelbagai sumber.

1. Berdasarkan laporan per September 2022, penjualan bersih PT ABC adalah Rp37 miliar. Sedangkan, laba bersih setelah pajak Rp21 miliar. Berapa margin laba bersih PT KJG? 

Margin laba bersih = Keuntungan bersih : Pendapatan penjualan bersih

= Rp21 miliar : Rp37 miliar

= 0,56 x 100%

= 56%

Dapat disimpulkan NPM perusahaan dimaksud adalah adalah 56 persen.

2. Menurut laporan keuangan per Juni 2022, pendapatan bersih PT XYZ mencapai Rp15 miliar. Sedangkan, laba bersih setelah pajak adalah Rp47 miliar. Berapa margin laba bersih perseroan?

Margin Laba Bersih = Keuntungan Bersih : Pendapatan Penjualan Bersih

= Rp15 miliar : Rp47 miliar

= 0,32 x 100%

= 32%

Jadi, net profit margin PT XYZ adalah sebesar 32 persen.

Tips meningkatkan NPM

ilustrasi cash flow (unsplash.com/ Sharon McCutcheon)

Perusahaan yang ingin meningkatkan rasio margin laba bersihnya bisa mempertimbangkan sejumlah cara di bawah ini, seperti dinukil dari laman cermati.com.

1. Memperluas Bisnis

Perluasan bisnis ini bisa berarti jika perusahaan baru melakukan penjualan secara offline, maka sebaiknya perusahaan tersebut mulai mempertimbangkan strategi penjualan secara online.

2. Memberikan layanan

Pelayanan merupakan kunci dalam mendongkrak penjualan. Sebab, konsumen akan menilai pelayanan dari perusahaan untuk menentukan keputusan pembelian.

3. Menambah produk dan layanaan baru

Ada banyak faktor pendapatan penjualan tidak meningkat atau justru menurun, salah satunya konsumen bosan dengan produk atau layanan yang itu-itu saja. Hal inilah yang mengharuskan perusahaan harus menciptakan produk atau layanan terbaru yang membuat konsumen ingin beli.

4. Hindari perang harga

Dalam bisnis, pasti ada kompetisi. Masing-masing perusahaan yang bersaing di sektor yang sama itu tentu akan memberikan penawaran terbaik.

Namun, ketika ada perusahaan yang tiba-tiba memberikan pemotongan harga, suatu perusahaan bisa jadi tak perlu melakukan hal yang sama. Alih-alih perang harga, perusahaan itu bisa memperkuat kualitas produk dan layanan untuk mendorong penjualan.

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

3 Cara Mengubah Suara Menjadi Teks Untuk Kebutuhan Konten
Cara Melihat Pesan WA yang Terhapus, Tanpa Aplikasi Tambahan
Panduan Cara Ganti Kartu ATM BCA yang Hilang atau Rusak
10 Kacamata Termahal di Dunia Lengkap dengan Harganya!
Dalam sebulan, 69 Pinjol Diganjar Sanksi Oleh OJK
Usai PHK Karyawan Tesla, Elon Musk Investasi Rp8 Triliun. Buat Apa?