Surplus: Pengertian, Penyebab, Jenis, Rumus, dan Dampaknya

Surplus tidak selalu bernilai positif.

Surplus: Pengertian, Penyebab, Jenis, Rumus, dan Dampaknya
ilustrasi uang (pexels.com/Karolina Grabowska)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Surplus adalah gambaran pemasukan lebih besar dibanding pengeluaran. Tentu saja hal ini sangat diimpikan bagi setiap perusahaan.

Meski terlihat menggiurkan, surplus tidak berarti selalu positif. Lantas, apa penyebab terjadinya surplus? Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai surplus, penyebab, jenis dan cara menghitungnya, serta dampaknya.

Pengertian surplus

ilustrasi uang (pexels.com/Karolina Grabowska)

Surplus adalah suatu keadaan dimana perusahaan memiliki keuntungan dan pendapatan yang besar dibanding pengeluaran.

Adapun lawan kata dari surplus adalah defisit, yaitu kerugian yang dialami karena pengeluaran lebih besar dibanding pemasukan. 

Apabila mengacu pada pendistribusian barang, surplus dapat disebut juga dengan kelebihan produk.

Hal ini berarti stok barang masih ada dalam gudang ataupun toko, sehingga perusahaan bisa mampu memenuhi permintaan pasar.

Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa surplus adalah jumlah aset yang masih tersisa setelah dikeluarkan, tergantung dari konteksnya.

Meski demikian, surplus bukan berarti selalu baik. Hal ini terjadi karena penumpukan stok mengakibatkan pengembalian modal menjadi lebih lama. Padahal, produk masih banyak yang belum dipasarkan.

Penyebab terjadinya surplus

ilustrasi surplus (pexels.com/Karolina Grabowska)

Adapun penyebab terjadinya surplus karena pengeluaran perusahaan lebih kecil dibanding dengan pemasukan. Hal ini tentunya memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Meski demikian, ketidakseimbangan permintaan dan penawaran malah akan membuat surplus menjadi negatif.

Sebagai contoh, saat pemerintah menetapkan harga minyak goreng naik. Meski perusahaan memperoleh keuntungan yang lebih besar dibanding sebelumnya, tetapi permintaannya cenderung rendah akan membuat nilai surplus menjadi negatif.

Jenis-jenis surplus dan cara menghitungnya

ilustrasi menghitung uang (pexels.com/Karolina Grabowska)

Istilah surplus seringkali digunakan oleh pemerintah untuk menggambarkan keadaan ekonomi negara. Berikut adalah jenis-jenis surplus serta cara menghitungnya:

1. Surplus konsumen

Surplus konsumen adalah kondisi di mana harga produk atau jasa lebih rendah dibanding harga yang seharusnya dibayar oleh konsumen.

Adapun penerapan dari jenis surplus konsumen adalah pada sistem lelang, di mana barang-barang yang dilelang biasanya dijual dibawah harga maksimal pembeli.

Selain itu, surplus konsumen dapat terjadi saat terjadi penurunan harga suatu komoditas, sehingga konsumen mengalami surplus.

Adapun rumus menghitung surplus konsumen, yakni:

Surplus Konsumen = (1/2) x Qe x ∆P

Keterangan:

  • Qe: kuantitas permintaan dan penerimaan adalah sama
  • ∆P: Pmax - Pe
  • Pmax: harga yang bersedia dibayar konsumen
  • Pe: harga pada ekuilibrium.

Contoh kasus

Adapun harga tertinggi untuk sebotol air mineral adalah Rp10 ribu. Akan tetapi, setelah negosiasi dilakukan, konsumen bersedia membayar adalah Rp 5 ribu dengan permintaan 10 botol. Maka, surplus yang dinikmati oleh konsumen adalah:

Surplus Konsumen = (1/2) x Qe x ∆P

Surplus konsumen = (1/2) x 10 x (Rp10 ribu - Rp5 ribu) = Rp25 ribu 

2. Surplus produsen

Surplus produsen adalah suatu kondisi dimana harga barang atau jasa dijual lebih tinggi dibanding harga terendah yang ditetapkan oleh produsen. 

Dengan demikian, produsen mengalami surplus atau keuntungan. Namun, kondisi yang disangka baik tidak menguntungkan bagi konsumen. Adapun rumus perhitungannya:

Surplus produsen = harga produk yang terjual - harga minimum dari produsen

Contoh kasus

Sebuah perusahaan menjual motor keluaran terbaru seharga Rp12 juta. Namun, laku terjual di pasaran dengan harga Rp15 juta. Maka, perusahaan tersebut mengalami surplus produsen Rp3 juta.

Dampak terjadinya surplus

ilustrasi uang (unsplash.com/Dmitry Demidko)

Berikut ini adalah beberapa dampak terjadinya surplus, antara lain:

1. Acuan untuk penyusunan kas

Apabila sebuah perusahaan mengalami surplus dalam satu periode, maka hal tersebut bisa dijadikan pertimbangan dalam penyusunan anggaran untuk periode selanjutnya.

2. Ekonomi membaik

Baik itu surplus konsumen maupun produsen, keduanya sama-sama memberikan keuntungan. Ini dapat diartikan sebagai nilai ekonomi yang membaik. 

Surplus produsen mampu menjual harga lebih tinggi dibanding harga yang ditetapkan. Sedangkan, surplus konsumen mengalami keuntungan saat harga turun dibanding harga jualnya.

Dapat disimpulkan, surplus adalah keadaan dimana sebuah perusahaan mengalami pendapatan yang lebih besar dibanding pengeluaran. Namun, surplus bisa menjadi negatif bila jumlah permintaan dan penawaran mengalami ketidakstabilan.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra Otoparts Bagi Dividen Rp828 Miliar, Simak Jadwalnya
IKN Menjadi Target Inovasi yang Seksi bagi Investor Luar Negeri
Pemerintah Sudah Tarik Utang Rp104,7 Triliun Hingga 31 Maret 2024
Museum Benteng Vredeburg Lakukan Revitalisasi Senilai Rp50 Miliar
Pemerintah Realisasikan Rp220 T Untuk 4 Anggaran Prioritas di Q1 2024
ERAL Kolaborasi dengan DJI dan Fujifilm di Kampanye Motion Creativity