JAKARTA, FORTUNE - Lebih dari 60 persen atau 83 juta dari total tenaga kerja Indonesia saat ini merupakan pekerja informal dan gig worker. Para pekerja ini kerap menghadapi tantangan seperti keterbatasan akses modal kerja dan minimnya opsi pinjaman formal, yang sering kali menghambat potensi pendapatan dan stabilitas keuangan mereka.
Fenomena ini ditangkap, Pin J startup sekaligus peserta program akselerator Startup Studio Indonesia (SSI) Batch 8. Pin J menawarkan solusi keuangan inovatif untuk menjawab tantangan tersebut melalui kredit ultra-mikro dalam aplikasi dan sistem pencairan dana tertutup (closed-loop) untuk memastikan para pengguna dapat mengakses keuangan secara efisien dan bertanggung jawab.
Apalagi, bagi pekerja informal, 30 persen dari gaji mereka biasanya digunakan sebagai modal kerja, Ini yg menjadi dasar bagi perusahaan meluncurkan layanannya.
Co-Founder Pin J, Cynthia Susinto mengatakan, Pin J percaya, setiap individu harus memiliki akses ke sumber daya keuangan yang akan memungkinkan pekerja informal lebih berkembang dalam perekonomian yang dinamis.
“Dengan meningkatkan literasi keuangan dan memperluas inklusi keuangan melalui teknologi, kami tidak hanya membantu individu untuk mengelola keuangan mereka dengan lebih baik, tetapi secara keseluruhan kami sedang membentuk masa depan ekonomi Indonesia yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” katanya dalam diskusi daring bertema “Accelerating Prosperity in Indonesia’s Gig Economy”, Kamis (16/5).
Sejak pertama berdiri pada 2022, sudah ada lebih dari 1.900 pengguna terdaftar di platform Pin J, dengan lebih dari 590 transaksi difasilitasi melalui aplikasi. Hal ini menunjukkan dampak nyata pada ekonomi gig Indonesia. “Harapannya tahun ini kami bisa close di 7.000 hingga 10.000 ribu user,” kata Cynthia.
Meski saat ini layanannya masih berfokus menyediakan solusi keuangan untuk pekerja kerah biru di sektor logistik, ke depan ia mengungkap kemungkinan memperluas layanan ke segmen lainnya, seperti kesehatan.