Jakarta, FORTUNE - Produsen mobil Cina BYD meresmikan pabrik kendaraan listrik pertamanya Kamis (4/7). Namun, bukan Indonesia yang dilpilih sebagai lokasi pembangunan pabrik, melainkan Thailand.
Hal ini menandai ekspansi perusahaan di Asia Tenggara, sembari menggarap pasar yang lebih besar seperti Amerika Serikat dan Eropa.
Pembukaan pabrik tersebut bersamaan dengan kebijakan Uni Eropa yang akan mulai mengenakan tarif lebih tinggi terhadap kendaraan listrik buatan Cina. Kebijakan ini dilandasi dengan kekhawatiran persaingan kendaraan impor Cina yang lebih murah.
Di Amerika Serikat, Presiden Joe Biden juga menaikkan tarif kendaraan listrik Cina menjadi 100 persen dari tarif saat ini sebesar 25 persen Saat ini, AS hanya mengimpor sedikit mobil Cina, tetapi seperti Komisi Eropa, AS khawatir subsidi akan merugikan perusahaan domestik dan mengurangi lapangan pekerjaan.
Mengutip dari Fortune, Kamis (4/7), pabrik baru yang berlokasi di Rayong, sebelah selatan Bangkok, Thailand dibangun hanya dalam waktu 16 bulan. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi sebesar 150 ribu kendaraan per tahun. Rencananya, beberapa model BYD, baterai serta transmisi akan diproduksi di pabrik ini.
Pabrik BYD di Thailand ini bagian dari investasi pabrikan asal Cina senilai lebih dari US$ 1,44 miliar. Investasi ini juga dibantu subsidi dan insentif pajak.
Pembukaannya pabrik ditandai dengan kemeriahan meliputi penyerahan BYD Dolphin, sebuah hatchback compact, kepada yayasan amal di bawah naungan keluarga kerajaan Thailand. Kendaraan itu adalah kendaraan ke-8 juta yang diproduksi oleh BYD.