BUSINESS

Industri Fesyen Dituntut Jawab Isu Lingkungan dan Teknologi

Inovasi fesyen ramah lingkungan harus jadi prioritas.

Industri Fesyen Dituntut Jawab Isu Lingkungan dan TeknologiModanisa Modest Fashion Week digelar di Istanbul, Turkey pada 20 April 2019. Shutterstock/Burcu Ergin
01 December 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo mengatakan industri fesyen, termasuk modest fashion, harus bisa menjawab tantangan terkait isu lingkungan dan teknologi di Indonesia.

Dia menambahkan, untuk menjawab tantangan terkait isu lingkungan dan keberlanjutan maka industri harus melakukan berbagai inovasi.

“Isu tentang keberlanjutan juga menjadi bagian tantangan besar dalam tren konsumen,” tutur Angela di Balairung Soesilo Soedarman, Kemenparekraf, dilansir dari ANTARA pada Rabu (1/12).

Inovasi ramah lingkungan jadi prioritas

Sebagai contoh, kata dia, industri fesyen dapat menggunakan bahan ramah lingkungan yang dipadukan dengan budaya lokal ke dalam desain dan mengimplementasikan inklusivitas kaum muda, perempuan, dan disabilitas dalam praktik bisnis.

Menurut data Nielsen, sebut Angela, sebesar 73 persen usia milenial bersedia membayar lebih untuk produk yang berkelanjutan. Pertumbuhan tersebut seiring dengan banyaknya kaum muda yang menyadari isu sosial, lingkungan, budaya, serta kelestarian.

Selain itu, pihaknya juga mendorong industri fesyen untuk melakukan adaptasi serta transformasi ke teknologi digital hingga ke inti bisnis.

“Mulai dari model bisnis dan organisasi hingga sumber daya manusia, kita harus mampu beradaptasi untuk digitalisasi hingga ke intinya. Tidak hanya perihal menjual barang secara daring, tapi juga menganalisis big data untuk memprediksi tren dan membuat produksi lebih efisien,” katanya.

Dia menambahkan, industri fesyen juga membutuhkan untuk melengkapi kapabilitas baru pada sumber daya manusianya untuk memaksimalkan penggunaan teknologi.

“Pandemi COVID-19 telah mengubah cara kita hidup dan melakukan bisnis, kondisi ini juga telah mengakselerasi transformasi digital di seluruh dunia,” tuturnya.

Kemenparekraf pun akan melanjutkan upaya transformasi digital serta mendorong isu lingkungan dan keberlanjutan di industri fesyen, termasuk modest fashion.

“Dengan berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan serta bersama setiap orang yang hadir di acara ini, saya percaya kita bisa mempercepat perubahan yang kita butuhkan dan memperkuat ekosistem industri modest fashion,” katanya.

Sektor penting dalam pemulihan ekonomi

Angela mengatakan industri fesyen merupakan sektor penting dalam strategi pemulihan ekonomi kreatif di Indonesia. Ia juga menggarisbawahi dua hal yang dapat dijadikan peluang bagi pemulihan ekonomi kreatif, khususnya sektor busana muslim.

Pertama, Indonesia memiliki jumlah penduduk muslim terbesar yang dapat dijadikan sebagai basis besar untuk konsumen modest fashion. Kedua, industri fesyen merupakan kontributor GDP terbesar kedua di sektor ekonomi kreatif.

“Oleh karena itu, kita harus melihat tantangan besar ini bukan sebagai suatu permasalahan akan tetapi merupakan kesempatan,” katanya.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan industri fesyen merupakan salah satu tulang punggung ekonomi kreatif yang berkontribusi hampir 21 persen seluruh sektor di Indonesia.

Indonesia juga menjadi pasar terbesar modest fashion paralel dengan jumlah populasi muslim terbesar di dunia. Menurut laporan Global Islamic Economy 2021, Indonesia menempati posisi kelima sebagai negara konsumen busana muslim terbesar di dunia.

Di samping itu, kata Sandiaga, muslim di seluruh dunia menghabiskan 277 miliar dolar AS atau sekitar Rp3,9 kuadriliun pada masa sebelum pandemi. Angka ini diproyeksikan tumbuh hingga US$311 miliar atau sekitar Rp4,4 kuadriliun pada tahun 2024.

Related Topics