Jakarta, FORTUNE - American Chamber of Commerce in Indonesia (AmCham) menilai Indonesia perlu mempercepat reformasi kebijakan yang lebih berani demi menciptakan iklim investasi yang makin terbuka, dapat diprediksi, dan kompetitif. Langkah tersebut dinilai penting untuk mencapai ambisi menjadi salah satu dari lima perekonomian terbesar dunia pada 2045.
Managing Director AmCham Indonesia, Donna Priadi, menekankan reformasi struktural secara menyeluruh harus menjadi prioritas pemerintah.
“Untuk tetap berada di jalur tersebut, negara harus membuka pintu lebih lebar bagi investasi asing. Indonesia juga perlu menyelaraskan ekspektasi investor terhadap transparansi kebijakan, kepastian regulasi, reformasi hukum, serta kesetaraan perlakuan antara sektor swasta dan BUMN,” ujar Donna dalam sambutannya pada 13th US-Indonesia Investment Summit di Jakarta, Senin (17/11).
Perusahaan-perusahaan Amerika Serikat (AS), menurutnya, tetap menjadi mitra strategis yang berkomitmen mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Banyak perusahaan asal AS telah beroperasi di Indonesia selama puluhan tahun, melewati berbagai dinamika politik, tapi tetap berinvestasi dan berkembang.
“Kami berkomitmen bekerja sama dengan Indonesia untuk menjadikan momen transisi ini sebagai fondasi bagi kemakmuran bersama,” katanya.
Indonesia kini berada dalam posisi strategis menjadi negara yang lebih kompetitif dan berorientasi pada pertumbuhan, terutama dengan prospek perjanjian perdagangan berbasis reformasi dengan AS. Momentum ini juga diperkuat oleh agenda reformasi yang berjalan seiring upaya Indonesia mendaftar sebagai anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Pada kesempatan sama, Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Besar AS untuk Indonesia, Peter Haymond, menyatakan nilai perdagangan barang antara Indonesia dan AS menembus US$40 miliar untuk pertama kalinya pada 2024. Capaian ini disebut sebagai tonggak besar dalam hubungan ekonomi kedua negara.
Haymond menyatakan perusahaan AS telah lama berkontribusi dalam pembangunan ekonomi Indonesia, mulai dari infrastruktur, penyediaan barang dan layanan berkualitas, hingga dorongan inovasi digital.
“Potensi ekonomi AS dan Indonesia, sebagai negara terbesar ketiga dan keempat di dunia, hanya akan terus berkembang,” ujarnya.
Menurut Haymond, AS menyambut positif target ekonomi ambisius pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Ia menyatakan kerja sama perdagangan dan investasi AS dapat membantu Indonesia mewujudkan sejumlah tujuan tersebut. Namun, Indonesia tetap perlu melakukan reformasi kebijakan demi memaksimalkan potensi kerja sama ke depan.
Beberapa reformasi yang disoroti mencakup penyederhanaan aturan impor dan perizinan, penguatan perlindungan hak kekayaan intelektual, serta optimalisasi arus data lintas batas.
“Apabila reformasi tersebut diterapkan, ini dapat menarik lebih banyak investasi AS serta meningkatkan daya saing Indonesia ketika perusahaan AS mempertimbangkan Asia Tenggara sebagai tujuan investasi,” kata Haymond.
