Jakarta, FORTUNE – Kimberly-Clark menggandeng UNICEF dalam inisiatif memperluas akses kesehatan bagi lebih dari 4 juta perempuan, anak perempuan dan bayi di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, perusahaan telah mengalokasikan Rp74 miliar untuk inisiatif pemberdayaan kemanusiaan dalam dua hingga tiga tahun ke depan.
Inisiatif ini berangkat dari realitas yang dihadapi anak perempuan dan ibu muda di pelosok daerah Indonesia. Satu dari empat anak perempuan mengalami menstruasi pertama tanpa pengetahuan sebelumnya, sebuah tantangan yang semakin berat karena minimnya fasilitas sanitasi yang responsif terhadap kebutuhan gender.
Bahkan, dalam National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) Report menyatakan, remaja perempuan juga lebih sering mengalami depresi dan cemas dibandingkan remaja laki-laki, dengan 35 persen menunjukkan tanda-tanda masalah kesehatan mental. Kehamilan dini dan kematian bayi juga masih menjadi perhatian serius. Data BKKBN pada tahun 2024, sebanyak 18 dari setiap 1.000 anak perempuan berusia 15 hingga 19 tahun tercatat telah melahirkan.
“Kepedulian menjadi nilai inti dari Kimberly-Clark. Kemitraan strategis ini memungkinkan kami memperluas nilai tersebut lebih jauh dengan memastikan perempuan, anak perempuan dan bayi di seluruh dunia mendapatkan dukungan penting yang layak mereka terima, khususnya kali ini di Indonesia, khususnya di wilayah Tangerang, Bandung, Sidoarjo, Banyuwangi, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Timur,” kata Dmytro Badyvskyi selaku Vice President & Managing Director Kimberly-Clark Softex Indonesia melalui keterangan resmi di Jakarta, (11/11).
Ia menjelaskan, pendanaan program ini akan fokus pada komunitas yang paling membutuhkan di Indonesia. Beberapa kegiatan utama mencakup edukasi kesehatan menstruasi dan penghapusan stigma bagi remaja perempuan, memperluas akses sanitasi yang aman. Selain itu, perusahaan juga menyediakan layanan lengkap bagi ibu hamil dan bayi baru lahir, memberikan dukungan kesehatan mental bagi para ibu, serta memperkuat sistem kesehatan untuk meningkatkan layanan bagi kelompok paling rentan.
