Jakarta, FORTUNE – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan kondisi keuangan PT Angkasa Pura I (Persero) mengalami tekanan signifikan sebagai dampak pandemi COVID-19. Pada saat sama, BUMN operator bandara tersebut mengalami lonjakan utang akibat pembangunan maupun pengembangan sejumlah bandara.
Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (2/12), mengatakan utang perseroan mencapai Rp35 triliun. Itu belum termasuk kerugian bulanan Rp200 miliar.
“Utang ini juga diperkirakan bisa mencapai Rp38 triliun,” kata pria yang biasa disapa Tiko tersebut.
Pada enam bulan pertama 2021, total liabilitas perseroan Rp30,41 triliun. Dari jumlah tersebut, 73,4 persen atau setara Rp22,33 triliun merupakan utang bank berjangka pendek dan panjang. Perusahaan juga memiliki utang obligasi dan sukuk ijarah Rp2,99 triliun, atau menyumbang 9,9 persen pada total kewajiban.
Di tengah tekanan utang, kinerja Angkasa Pura juga turun. Pada semester pertama 2021, kerugiannya Rp1,93 triliun, lebih dalam dari rugi Rp1,09 triliun pada periode sama tahun sebelumnya. Tahun lalu, Angkasa Pura I rugi Rp2,32 triliun, berbalik dari laba Rp1,45 triliun pada 2019.
Faik Fahmi, sang direktur utama perseroan, mengatakan via keterangan resmi (5/12) bahwa situasi sektor pariwisata yang terdampak pandemi turut berimbas pada performa perusahaan. Pada 2020, trafik penumpang mencapai 32,7 juta orang, turun dari 81,5 juta pada 2019. Tahun ini, prediksi capaian penumpang adalah 25 juta orang.