Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
matahari tutup gerai lagi.png
Ilustrasi Matahari Dept Store (Instagram.com/malskapekanbaru)

Intinya sih...

  • Matahari Department Store akan menutup delapan gerai secara permanen dalam waktu dekat sebagai bagian dari strategi efisiensi operasional.

  • Sejak 2024, perusahaan telah menutup 13 gerai berkinerja buruk yang berkontribusi terhadap peningkatan EBITDA sebesar Rp13 miliar.

  • Meskipun menghadapi tekanan, kinerja keuangan Matahari tetap menunjukkan tren positif.

Jakarta, FORTUNE - PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) kembali dikabarkan akan menutup sejumlah gerainya di tengah transformasi bisnis yang tengah dijalankan. Kali ini, sebanyak delapan gerai dikabarkan akan ditutup secara permanen dalam waktu dekat. Langkah ini merupakan bagian dari strategi optimalisasi portofolio dan efisiensi operasional guna menjaga keberlanjutan bisnis.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Solihin, membenarkan kabar penutupan gerai Matahari. Menurutnya, keputusan penutupan gerai tidak dapat dihindari karena berbagai tekanan eksternal yang dihadapi oleh sektor ritel.

Lesunya daya beli masyarakat, kondisi ekonomi nasional yang belum membaik, serta tingginya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) menjadi faktor utama yang memengaruhi kinerja bisnis ritel, termasuk Matahari.

"Mereka terpaksa tutup ya karena kondisinya demikian. Daya beli masyarakat masih lesu, ekonomi Indonesia juga mengkhawatirkan, ditambah banyak yang kena PHK," ujar Solihin dalam keterangannya yang dikutip pada Jumat (9/5).

Penutupan gerai bukan yang pertama kali

Langkah efisiensi ini sejatinya bukan hal baru bagi Matahari. Sejak 2024, perusahaan telah menutup 13 gerai yang berkinerja buruk.

Upaya tersebut berkontribusi terhadap peningkatan EBITDA sebesar Rp13 miliar, yang mana ini menandakan bahwa penyesuaian jaringan dapat memperkuat kesehatan keuangan perusahaan. Namun, tekanan terhadap sektor ritel masih berlanjut.

Pada kuartal pertama 2025, angka Same-Store Sales Growth (SSSG) Matahari tercatat menurun ke -4,3%, terutama selama periode Lebaran. Angka ini menjadi indikasi bahwa konsumsi masyarakat belum sepenuhnya pulih.

Monish Mansukhani selaku CEO Matahari menegaskan penutupan gerai merupakan langkah rasional dan strategis. Tujuannya untuk memperkuat fondasi bisnis perusahaan di tengah tantangan pasar yang kompleks.

“Kinerja kuartal pertama kami mencerminkan kondisi pasar saat ini, terutama dampak dari lesunya belanja konsumen selama musim Lebaran. Meski begitu, kami tetap fokus memperkuat model operasi, menghadirkan produk yang relevan, dan menjaga saluran penjualan agar tetap diminati pelanggan,” ujar Monish dalam pernyataan resminya.

Meski menghadapi tantangan, kinerja keuangan Matahari tetap menunjukkan tren positif. Pada kuartal pertama 2025, perusahaan mencatat penjualan bruto sebesar Rp4,65 triliun, naik 24,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Margin kotor meningkat menjadi 35,4%, dan laba bersih melonjak 97,3% menjadi Rp643 miliar. Kenaikan tersebut didorong oleh efisiensi biaya dan pengendalian pembiayaan.

Strategi Matahari agar bisa terus relevan

Matahari juga terus memperkuat lini merek eksklusifnya untuk menarik konsumen muda. Merek SUKO kini hadir di 79 gerai dan mencatat pertumbuhan penjualan hingga 73% selama Lebaran. Selain itu, merek baru ZES yang diluncurkan pada kuartal IV 2024 menyasar segmen konsumen fesyen yang lebih sadar tren.

Dari sisi digital, Matahari memperluas ragam produk melalui kemitraan dengan merek konsinyasi, yang kini berkontribusi 41% terhadap total bisnis konsinyasi. Strategi omnichannel juga diperkuat melalui kolaborasi dengan marketplace dan layanan pengiriman langsung dari gerai.

Menghadapi sisa tahun 2025, Matahari berkomitmen melanjutkan ekspansi merek eksklusif, menjajaki kategori baru seperti perlengkapan rumah tangga, serta melakukan renovasi terhadap gerai-gerai kategori A. Optimalisasi biaya sewa dan tenaga kerja juga akan tetap menjadi prioritas.

Transformasi yang dilakukan menandai adaptasi Matahari terhadap perubahan pola konsumsi dan dinamika ekonomi. Di tengah tekanan yang ada, strategi efisiensi ini diharapkan dapat menjaga relevansi dan daya saing perusahaan dalam industri ritel fesyen nasional.

Editorial Team