Matahari Tutup 13 Toko Sepanjang 2024, Laba Bersih Naik

- PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) menutup 13 gerai berkinerja buruk sepanjang 2024 di tengah tantangan ekonomi dan pelemahan daya beli.
- Perseroan akan merenovasi hingga 13 gerai baru dengan kategori A bernilai strategis, membuka gerai baru, dan fokus pada profitabilitas dengan meninjau kembali biaya operasional.
- Kinerja keuangan Matahari menunjukkan penurunan total penjualan namun laba bersih meningkat 22,5% menjadi Rp 828 miliar hingga akhir 2024.
Jakarta, FORTUNE - Emiten ritel, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) menutup 13 gerai berkinerja buruk sepanjang 2024. Penutupan itu terjadi di tengah maraknya tantangan ekonomi dan pelemahan daya beli.
Dengan penutupan 13 gerai, hingga akhir 2024 perseroan mengoperasikan 142 gerai di 79 kota.
Meski menutup sejumlah gerai, manajemen mengaku optimistis dengan pertumbuhan bisnis tahun ini. Perseroan akan merenovasi hingga 13 gerai baru dengan kategori A bernilai strategis, di samping membuka gerai baru, dan gerai format khusus untuk merek Suko dan Zes. Di saat yang sama, LPPF akan berfokus pada profitabilitas dengan meninjau kembali biaya sewa dan tenaga kerja, biaya produk bahkan merambah segmen baru.
“Pada 2025, Matahari tetap berkomitmen menjalankan inisiatif strategis yang adaptif untuk menghadapi kondisi ekonomi yang tidak menentu. Perseroan berencana untuk memperluas koleksi merek eksklusifnya dan mengeksplorasi kategori baru seperti perlengkapan rumah tangga,” kata CEO Matahari Department Store, Monish Mansukhani, dalam keterangan dikutip Senin (10/3).
Kinerja Keuangan
Matahari membukukan total penjualan sebesar Rp 12,3 triliun, turun 2,0 persen dibandingkan 2023, dengan same store sales growth (SSSG) menurun 1,7 persen. Hal ini mencerminkan tantangan yang terus berlanjut dalam belanja konsumen, terutama selama musim Lebaran dan pada kuartal keempat.
Meskipun demikian, margin kotor membaik menjadi 34,6 persen, naik dari 34,2 persen di 2023, didorong oleh kehadiran produk-produk baru.
Adapun, kenaikan yang tersebut yang juga diikuti efisiensi biaya operasional dan keuangan, mampu mengimbangi perlambatan penjualan dan menghasilkan EBITDA sebesar Rp 1,4 triliun, turun tipis 0,9 peresen dari tahun lalu. Meski begitu, laba bersih LPPF mampu meningkat sebesar 22,5 persen menjadi Rp 828 miliar hingga akhir 2024.
"Meskipun belanja konsumen kelas menengah melambat, pencapaian kami di 2024 menunjukkan dedikasi kami terhadap profitabilitas. Sambil menyempurnakan strategi untuk 2025, kami terus memprioritaskan penguatan fundamental ekonomi perusahaan dan menyempurnakan produk kami guna memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan,” kata Monish.