Jakarta, FORTUNE - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menjelaskan status Indonesia dalam forum kerja sama BRICS, sebuah kelompok ekonomi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan.
Dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, dia menegaskan bahwa Indonesia saat ini masih berstatus observer atau pengamat.
“Indonesia...belum melakukan proses aksesi sebagai anggota (BRICS),” kata Budi, Rabu (20/11).
Saat ini anggota BRICS telah bertambah dengan masuknya Iran, Mesir, Ethiopia, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).
Kelompok ini pertama kali dibentuk pada 2009 dengan tujuan mendorong kerja sama dalam bidang ekonomi, politik, dan pembangunan, sekaligus menawarkan alternatif terhadap dominasi ekonomi negara-negara maju.
BRICS memainkan peran penting dalam perekonomian global, mengingat negara-negara anggotanya mencakup sekitar 42 persen populasi dunia, 23 persen produk domestik bruto (PDB) global, dan 18 persen perdagangan internasional.
Menurut Budi, meskipun belum menjadi anggota, Indonesia telah memiliki hubungan dagang erat dengan beberapa negara anggota BRICS melalui perjanjian bilateral dan regional.
Bisa ditengok bahwa dengan India, Indonesia terikat melalui ASEAN-India Free Trade Agreement (FTA); kemudian dengan Cina, melalui kerja sama dagang yang difasilitasi ASEAN-China Free Trade Agreement (FTA).
Saat ini, Indonesia dan Rusia sedang dalam tahap negosiasi demi menyelesaikan perjanjian kerja sama ekonomi komprehensif dengan negara-negara Eurasia seperti Rusia, Belarusia, Armenia, Kazakhstan, dan Kyrgyzstan melalui perjanjian Eurasia-CEPA.
“Mudah-mudahan dalam waktu dua bulan bisa kita selesaikan,” ujar Budi.