Jakarta, FORTUNE - Pasar Asia Tenggara kini menjadi tujuan utama produsen mobil listrik (EV) asal Cina, seiring meningkatnya hambatan perdagangan di negara-negara Barat.
Produsen EV Cina, baik yang besar maupun kecil, memiliki tujuan yang sama: go global. Salah satu produsen terkemuka, BYD, mengungkapkan rencananya agar pasar luar negeri menyumbang hampir setengah dari total penjualannya di masa mendatang, naik dari sekitar 16 persen saat ini. Demikian dilansir Fortune.com pada Selasa (3/9).
Ekspansi ke luar Cina, yang masih menjadi pasar mobil terbesar di dunia, menjadi langkah penting untuk pertumbuhan produsen EV Cina yang telah mengalami persaingan harga domestik yang ketat selama bertahun-tahun.
Penjualan global diharapkan dapat membantu mengembalikan margin keuntungan mereka. Sebagai contoh, mobil terlaris BYD di Eropa, Atto 3, dijual dengan harga sekitar 40.000 Euro, jauh lebih tinggi dibandingkan harga jualnya di Cina, meskipun sudah memperhitungkan biaya pengiriman dan lokal.
Namun, pasar Barat semakin sulit ditembus oleh produsen EV Cina. Kanada baru-baru ini mengikuti langkah Amerika Serikat dan Eropa dengan memberlakukan tarif tinggi terhadap mobil listrik asal Cina, yang dianggap tidak bermain sesuai aturan dengan menerima subsidi besar dari pemerintah. Produsen Cina menolak tuduhan ini dan mengklaim bahwa teknologi yang lebih baik dan efisiensi manajemen adalah kunci kesuksesan mereka.
Dengan adanya tarif ini, Asia Tenggara diperkirakan akan menjadi pasar paling penting bagi produsen EV Cina dalam waktu dekat, mengingat kedekatan geografis, iklim geopolitik yang lebih bersahabat, dan minimnya produsen otomotif domestik yang dominan. Pemerintah di Asia Tenggara cenderung tidak akan memberlakukan tarif tinggi untuk melindungi merek asing seperti yang dilakukan negara-negara Barat.
Investasi Cina dalam produksi lokal juga membantu memperlancar jalan masuk ke pasar regional ini. Merek-merek EV Cina seperti BYD dan Great Wall Motor sudah mulai membangun fasilitas di Thailand, yang dikenal sebagai pusat industri otomotif Jepang.
Selain itu, pandangan positif negara-negara Asia Tenggara terhadap Cina membuat lingkungan ini menjadi lebih ramah bagi produsen EV Cina untuk membangun merek dan kehadiran mereka.