Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
ilustrasi kucing dalam pet cargo (freepik.com/freepik)
ilustrasi kucing dalam pet cargo (freepik.com/freepik)

Jakarta, FORTUNE - Seiring meningkatnya jumlah pecinta hewan peliharaan di Indonesia, peluang bisnis di sektor pengiriman hewan hidup kian terbuka lebar. Dari hewan eksotis seperti gecko hingga ikan hias dan anjing peliharaan, layanan ekspedisi kini tak hanya mengangkut barang, tetapi juga “paket bernyawa” yang menuntut perhatian dan perlakuan ekstra.

Fenomena ini sempat menjadi sorotan publik pada Oktober silam. Sebuah video TikTok yang viral menunjukkan seorang kurir terkejut saat menemukan seekor ular besar dalam paket yang harus ia antar. Video itu ditonton lebih dari 1,5 juta kali, mengundang beragam komentar—dari kritik terhadap pengirim hingga kekhawatiran soal keselamatan kurir.

Salah satu pelaku usaha yang serius menggarap pasar ini adalah Fakhri Auzan, Direktur Repjak. Usahanya berfokus pada jual beli dan pengiriman reptil dan amfibi, seperti gecko, kura-kura air, dan kodok hias. “Hewan yang kita kirim bukan benda mati. Mereka membutuhkan perlakuan yang pantas dan layak,” ujar Fakhri kepada Fortune Indonesia.

Menurutnya, pengiriman hewan tidak bisa disamakan dengan pengiriman barang biasa. Setiap bulan, Repjak mengirimkan 250–400 paket hewan, dengan gecko menyumbang sekitar 70 persen. Harga gecko bisa bervariasi dari ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah. Pelanggannya tersebar di seluruh Indonesia, bahkan hingga ke Jepang, Hongkong, Thailand, Filipina, Malaysia, Brunei, dan Korea Selatan. “Biasanya gecko dikemas pakai kotak thinwall kecil dengan lubang ventilasi, kemudian dilapisi lagi dalam kardus yang lebih besar,” katanya.

Perusahaan logistik berlomba membidik pasar

Melihat pertumbuhan minat masyarakat terhadap hewan eksotis, TIKI meluncurkan layanan TIKI TIREX (TIKI Kirim Reptil Express) pada Juli 2024. “Dilatarbelakangi oleh semakin tingginya hobi memelihara hewan reptil. Ini terlihat dari semakin banyaknya pameran dan kontes hewan eksotis di berbagai daerah,” ujar Ahmad Ferwito, Direktur National & Network TIKI.

Namun, saat ini layanan tersebut masih terbatas untuk wilayah Pulau Jawa dan sebagian Sumatera dengan moda darat. Pengirim wajib melampirkan surat keterangan sehat dari dokter hewan, serta menandatangani surat pernyataan bahwa reptil yang dikirim dalam kondisi sehat dan bukan satwa dilindungi.

TIKI sebelumnya telah mengembangkan layanan pengiriman ikan hias sejak masa pandemi Covid-19. Mereka bahkan mengantongi izin fasilitas karantina ikan dari Badan Karantina Ikan, BKIPM, pada Mei 2022. Fasilitas ini berdiri di Bandara Soekarno-Hatta dan menjadi yang pertama dari perusahaan ekspedisi.

“Kami memisahkan paket ikan hias dari barang lain, menyediakan repacking, pengecekan pH dan suhu air, serta pengiriman via darat dan udara,” kata Ahmad. Untuk perlindungan tambahan, TIKI juga menawarkan asuransi pengiriman hewan, dengan premi 0,2 persen dari nilai barang dan jaminan hingga Rp5 juta.

Sementara itu, JNE juga serius menggarap sektor ini melalui layanan Special Cargo untuk pengiriman ikan, anjing, kucing, dan burung. Layanan ini mengikuti standar International Air Transport Association Live Animals Regulations (IATA LAR).

“Jenis layanan ini dirancang agar memenuhi standar IATA. Hewan harus ditempatkan di kompartemen dengan ventilasi baik dan terlindung dari cuaca ekstrem,” kata Eri Palgunadi, Senior VP Marketing JNE. Pihaknya juga menetapkan prosedur ketat seperti penyediaan kandang bersih, makanan dan minuman cukup, serta dokumen kesehatan dan izin dari balai karantina. Eri mengungkap, saat ini layanan pengiriman hewan masih masuk dalam kategori value added service, namun akan dikembangkan sebagai layanan inti (core service) ke depan.

Dukungan infrastruktur dan regulasi

Meski peluang besar, pengiriman hewan hidup tetap menghadapi tantangan. Salah satunya adalah perubahan regulasi. Ahmad menyebutkan bahwa dulu TIKI memiliki aturan batas minimum berat 10 kg untuk pengiriman via udara, tapi sejak April 2022 aturan itu telah dicabut. Biaya karantina juga disederhanakan jadi Rp45.000 flat, ditambah surcharge 50 persen dari total biaya kirim.

Menurut laporan Pet Travel Services Market 2023 dari Research and Markets, nilai pasar layanan pengiriman hewan global mencapai US$1,96 miliar dan diperkirakan naik menjadi US$3,73 miliar. Di Indonesia, data dari Euromonitor International menunjukkan populasi hewan peliharaan meningkat hampir dua kali lipat dari 2,83 juta (2018) menjadi 5,5 juta (2022). Sekitar 67 persen rumah tangga kini memiliki setidaknya satu hewan peliharaan.

Data ini turut mendorong industri pendukung seperti pengiriman hewan, pakan, suplemen, hingga peralatan habitat. TIKI menyebut 40 persen bisnisnya berasal dari segmen retail, termasuk pengiriman hewan. Sisanya dari korporasi.

Untuk memperluas pasar, JNE menjalin kemitraan dengan peternak, dokter hewan, dan komunitas pecinta hewan, serta menjadi mitra logistik di ajang Indonesia International Pet Expo 2023–2024. Mereka juga rutin memberi promo khusus untuk pengiriman hewan dan perlengkapannya.

TIKI tak ketinggalan tampil di berbagai pameran lokal, seperti Semarang Pet Expo, serta menyelenggarakan edukasi pengiriman hewan aman ke komunitas-komunitas. Rencana ke depan, TIKI akan mulai menjajal pengiriman anjing dan kucing.

“Ke depannya, TIKI berpotensi dikembangkan untuk mengirim hewan seperti anjing, kucing, dan hewan lainnya,” ujar Ahmad.

Sejatinya, pengiriman hewan hidup bukan sekadar soal logistik, tapi juga menyangkut keselamatan, kenyamanan, dan kepatuhan hukum. Dengan infrastruktur dan regulasi yang semakin mendukung, sektor ini menjadi peluang bisnis menjanjikan bagi pelaku ekspedisi seperti TIKI dan JNE, sekaligus jawaban atas kebutuhan komunitas pecinta hewan di seluruh Indonesia.

Editorial Team