Jakarta, FORTUNE - PT Petrosea Tbk (PTRO) menunjukkan akselerasi operasional yang kuat dengan merealisasikan kegiatan pengupasan lapisan penutup (overburden removal) sebesar 7,2 juta bank cubic meter (bcm) hingga Desember 2025.
Pencapaian ini merupakan bagian dari pelaksanaan kontrak jasa pertambangan strategis dengan PT Pasir Bara Prima (PBP), anak usaha dari PT Singaraja Putra Tbk (SINI) yang berlokasi di Kapuas.
Kontrak jumbo tersebut memiliki nilai estimasi Rp17,4 triliun dan direncanakan berlaku sepanjang usia tambang (life of mine).
Dalam lingkup kesepakatan ini, Petrosea memproyeksikan total volume overburden mencapai 234,9 juta bcm dengan target produksi batu bara 26 juta ton.
Sejalan dengan progres di lapangan, Petrosea melalui anak usahanya, PT Lintas Kelola Bersama (LKB), tengah merampungkan pembangunan jalan tambang (hauling road).
Infrastruktur pendukung sepanjang 29,6 kilometer ini terbagi menjadi enam segmen jalan yang akan menjadi urat nadi pengangkutan hasil tambang. Petrosea memegang kendali penuh atas konstruksi jalan tersebut, sementara LKB akan bertindak sebagai pengelola operasional.
Presiden Direktur Petrosea, Michael, menekankan pengembangan infrastruktur ini dilakukan dengan standar tata kelola yang ketat.
"Ke depan, kami akan memastikan setiap langkah pengembangan, termasuk pengelolaan hauling road, dijalankan secara prudent dan sesuai dengan regulasi yang berlaku," ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (29/12).
Langkah operasional PTRO ini merupakan bagian tak terpisahkan dari strategi besar PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) atau Grup Petrindo. Sebagai bagian dari afiliasi Prajogo Pangestu, perseroan diarahkan untuk memperkuat sinergi intra-grup, termasuk menyokong proyek-proyek milik SINI yang saat ini tengah dalam proses akuisisi oleh Petrindo.
Usai akuisisi SINI, grup tersebut secara konsolidasi akan menguasai cadangan batu bara yang sangat masif. Total cadangan dari berbagai konsesi yang dimiliki diperkirakan mencapai 378 juta ton batu bara, yang mencakup jenis termal dan metalurgi.
Michael menyatakan kekuatan cadangan tersebut akan mengukuhkan posisi Petrindo sebagai salah satu perusahaan tambang batu bara terbesar di Indonesia.
Hingga 29 Desember 2025, melalui PT Kreasi Jasa Persada, Grup Petrindo telah memiliki 19,99 persen saham SINI secara tidak langsung, yang menandakan tahap awal pengambilalihan kendali perusahaan.
Realisasi operasional yang solid dan rencana integrasi grup ini langsung direspons positif oleh investor di lantai bursa.
Pada perdagangan Senin (29/12), saham PTRO ditutup menguat 3,83 persen ke harga Rp10.850. Tren kenaikan juga diikuti oleh saham induknya, CUAN, yang naik 6,31 persen ke posisi Rp2.360.
Sementara itu, saham SINI mencatatkan lonjakan signifikan sebesar 10 persen, mencerminkan optimisme pasar terhadap prospek jangka panjang dari sinergi hulu-hilir di bawah naungan Grup Petrindo.
