Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Shutterstock/TGeorge

Jakarta, FORTUNE – Fikri C. Permana, ekonom senior Samuel Sekuritas, mengatakan perlambatan ekonomi Cina diperkirakan akan mengurangi kemungkinan permintaan produk ekspor dari Indonesia, seperti metal–besi dan baja. Dampak yang kemungkinan paling dirasakan adalah penurunan harga komoditas yang juga akan berdampak secara global.

“Namun, di saat yang sama, harapannya, kondisi Cina tersebut akan mendorong penggunaan Yuan atau Rupiah, dalam perdagangan kedua negara,” kata Fikri kepada Fortune Indonesia, pada Selasa (7/12).

Fikri menanggapi rekomendasi para penasihat ekonomi Cina tentang target pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah untuk 2022 bagi perekonomian negara tersebut. Hal ini disampaikan setelah para ahli ekonomi Cina memprediksi adanya perlambatan ekonomi di negari Tirai Bambu pada 2022, terutama yang disebabkan dari sektor properti.

Rekomendasi penurunan target ekonomi Cina 2022

Think-tank terkemuka Cina dari Chinese Academy of Social Sciences (CASS) memperingatkan bahwa penurunan sektor properti di negara tersebut masih akan terjadi tahun depan. Kondisi ini diperkirakan akan membebani pengeluaran pemerintah Cina.

Menurut CASS, seperti diberitakan Al Jazeera (6/12), perekonomian Cina diperkirakan tumbuh sekitar 5,3 persen pada 2022. Angka ini pun menjadi acuan perkiraan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata untuk 2020-2022 menjadi 5,2 persen. Kondisi ini terjadi di tengah meningkatnya hambatan dari penurunan properti, melemahnya ekspor, dan pembatasan ketat COVID-19 yang menghambat konsumsi masyarakat.

Penasihat pemerintah Cina pun merekomendasikan agar pihak berwenang menetapkan target pertumbuhan ekonomi 2022 lebih rendah dari target yang ditetapkan untuk 2021, yakni di atas 6 persen.

Imbauan para penasihat ekonomi pada pemerintah Cina

Editorial Team

Tonton lebih seru di