Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
476D9AA0-58A1-4CF6-9448-78C5859F6C40_1_105_c.jpeg
Vice President Divisi Energy Industries ABB untuk Asia Tenggara, Abhinav Harikumar saat temu media di Jakarta, Rabu (24/9)/Dok Fortune IDN

Intinya sih...

  • 86 persen perusahaan Indonesia mengalokasikan lebih dari 10 persen belanja modal untuk proyek transisi energi

  • Penggunaan energi terbarukan di Indonesia diprediksi naik lebih dari 20 persen

  • 40 persen perusahaan di Indonesia telah mengadopsi lebih dari separuh kebutuhan energinya dari sumber terbarukan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE –Sekitar 86 persen perusahaan di Indonesia mengalokasikan lebih dari 10 persen belanja modalnya untuk proyek transisi energi. Bahkan, level ini jauh di atas rata-rata regional yang mencapai 73 persen. 

Hal itu tertuang dalam riset Asia Pacific Energy Transition Readiness Index 2025 dari ABB.

Survei ini dilakukan terhadap lebih dari 4.000 pemimpin bisnis lintas 10 industri di 12 negara di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, yang mengimplementasikan strategi otomatisasi, elektrifikasi, digitalisasi, dan keberlanjutan.

Vice President divisi Energy Industries ABB untuk Asia Tenggara, Abhinav Harikumar, menjelaskan data ini mencerminkan keyakinan yang telah mengakar bahwa investasi transisi tidak hanya prospektif, tetapi juga memberikan dampak nyata dalam memperbesar skala energi terbarukan sekaligus mendorong percepatan transisi.

“Indonesia terus menunjukkan langkah maju dalam perjalanan transisi energinya,” ujar Abhinav di Jakarta, Rabu (24/9).

Penggunaan energi terbarukan di Indonesia diprediksi naik

ABB

Selain itu, sekitar 40 persen perusahaan di Indonesia juga menyatakan telah mengadopsi lebih dari separuh kebutuhan energinya dari sumber terbarukan atau jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata regional yang hanya 25 persen. 

Bahkan, ke depannya, 87 persen pelaku industri juga meyakini penggunaan energi terbarukan akan melonjak lebih dari 20 persen dalam lima tahun mendatang, melampaui rata-rata regional yang mencapai 77 persen.

Arah positif ini turut diperkuat oleh reformasi regulasi, termasuk Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan Terbarukan (RUU EBT 2025), yang memberikan pijakan regulatif jelas untuk memperluas kapasitas energi hijau di Indonesia.

Bahkan, kecerdasan buatan AI dan otomatisasi dipandang transformatif oleh 47 persen pemimpin, dibandingkan 32 persen pada tingkat regional. 

“Kebijakan iklim yang kuat, investasi yang berdampak, serta optimisme terhadap teknologi inovatif seperti AI dan solusi otomatisasi menjadi faktor penggeraknya,” kata Abhinav.

Untuk mengambil potensi tersebut, ABB tengah mengembangkan otomatisasi proses bisnis ABB untuk kepentingan suplai tenaga listrik, dan mendigitalisasi operasionalisasi industri.

Ia menyebut, perusahaan Indonesia memandang teknologi digital dan otomatisasi sebagai elemen penting demi menjadikan energi terbarukan untuk diterapkan secara luas.

Editorial Team