Jakarta, FORTUNE - PT Astra International Tbk (ASII) mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), pada Rabu (19/11). Rapat tersebut menyepakati perubahan susunan anggota komisaris dan direksi perseroan.
RUPSLB menerima pengunduran diri John Raymond Witt dan Hsu Hai Yeh, dari kursi komisaris perseroan serta Chiew Sin Cheok sebagai direktur perseroan.
Di sisi lain, pemegang saham menyepakati pengangkatan Lincoln Lin Feng Pan dan Lee Liang Whye sebagai komisaris perseroan; dan Hsu Hai Yeh sebagai direktur perseroan terhitung sejak ditutupnya rapat untuk masa jabatan sebagaimana yang ditentukan oleh Anggaran Dasar Perseroan.
Dengan perubahan ini, maka susunan anggota dewan komisaris dan direksi perseroan menjadi sebagai berikut terhitung sejak ditutupnya rapat.:
Dewan Komisaris Perseroan:
Presiden Komisaris : Prijono Sugiarto
Komisaris Independen : Sri Indrastuti Hadiputranto
Komisaris Independen : Apinont Suchewaboripont
Komisaris Independen : Muliaman Darmansyah Hadad
Komisaris : Anthony John Liddell Nightingale
Komisaris : Benjamin William Keswick
Komisaris : Stephen Patrick Gore
Komisaris : Benjamin Herrenden Birks
Komisaris : Lincoln Lin Feng Pan
Komisaris : Lee Liang Whye
Direksi Perseroan:
Presiden Direktur : Djony Bunarto Tjondro
Wakil Presiden Direktur : Rudy
Direktur : Gidion Hasan
Direktur : Henry Tanoto
Direktur : Santosa
Direktur : Gita Tiffani Boer
Direktur : FXL Kesuma
Direktur : Hamdani Dzulkarnaen Salim
Direktur : Thomas Junaidi Alim. W
Direktur : Hsu Hai Yeh
“Kami mengucapkan terima kasih kepada John Raymond Witt dan Chiew Sin Cheok, yang kini telah memasuki masa pensiun atas kontribusi, dedikasi, dan jasanya yang telah diberikan, serta terima kasih kepada seluruh stakeholders atas dukungan penuh yang telah diberikan kepada Astra,” kata Presiden Direktur Astra, Djony Bunarto Tjondro dala keterangan tertulis, Rabu (19/11).
Sepanjang Januari-September 2025, Grup Astra mencatat penjualan 243 triliun, turun tipis 1 persen dari periode yang sama tahun lalu sebelumnya sebesar Rp246 triliun.
Penurunan pendapatan tersebut juga diikuti laba perseroan. Laba bersih Grup Astra, tidak termasuk penyesuaian nilai wajar atas investasi di GoTo dan Hermina, tercatat Rp24,7 triliun, 6 persen lebih rendah dibandingkan periode yang sama 2024. Jika memperhitungkan penyesuaian nilai wajar tersebut, maka laba bersih Grup menurun 5,3 persen menjadi Rp24,5 triliun.
Djony Bunarto mengatakan, penurunan kontribusi dari bisnis jasa penambangan dan pertambangan batu bara menjadi salah satu penyebab di balik penurunan laba perseroan. Meski begitu, penurunan ini sebagian diimbangi oleh kinerja yang lebih baik dari bisnis pertambangan emas, jasa keuangan, agribisnis dan infrastruktur, sementara kinerja otomotif secara umum stabil.
“Laba Grup selama sembilan bulan pertama tahun 2025 mengalami penurunan terutama disebabkan harga batu bara yang lebih rendah. Kontribusi yang solid dari bisnis-bisnis lainnya turut mendukung resiliensi kinerja Grup, dan kami perkirakan kinerja tahun 2025 masih akan sejalan dengan tren kinerja Grup saat ini” kata Djony dalam keterangan resmi, Senin (3/11).
