Jakarta, FORTUNE — Platform layanan kesehatan digital Halodoc memperluas portofolio bisnisnya melalui peluncuran Halofit, klinik digital yang berfokus pada penanganan obesitas. Inisiatif ini muncul di tengah meningkatnya prevalensi obesitas di Indonesia, yang kini menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat paling mendesak.
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI), angka obesitas nasional naik dari 21,8 persen pada 2018 menjadi 23,4 persen pada 2023. Diperkirakan lebih dari 68 juta orang dewasa di Indonesia akan hidup dengan obesitas pada 2025. Sementara itu, hasil pemeriksaan Cek Kesehatan Gratis (CKG) Kementerian Kesehatan pada Juni 2025 menunjukkan lebih dari separuh perempuan dan seperempat laki-laki mengalami obesitas sentral—kondisi yang meningkatkan risiko penyakit metabolik seperti diabetes dan hipertensi.
VP Consultation & Diagnostics Halodoc, Ignasius Hasim, mengatakan tingginya angka tersebut memperlihatkan urgensi layanan berbasis sains yang tidak hanya berorientasi pada penurunan berat badan, tetapi juga perubahan perilaku hidup sehat jangka panjang.
“Mengatasi obesitas bukan sekadar menurunkan angka di timbangan, tetapi membantu masyarakat membangun kesadaran dan kebiasaan hidup sehat yang berkelanjutan,” ujar Ignasius, dalam konferensi pers peluncuran Halofit di Jakarta, Rabu (15/10).
Ia menambahkan, sebelum Halofit diluncurkan, sekitar 75 persen pasien nutrisionis Halodoc telah mencari dukungan untuk manajemen berat badan, tetapi kebanyakan masih terbatas pada pola makan dan edukasi gaya hidup.
Dengan Halofit, Halodoc mengembangkan pendekatan multidisiplin yang memadukan edukasi, pemantauan dokter, ahli gizi, teknologi digital, dan terapi medis berbasis bukti ilmiah. Sejak versi awalnya dirilis di aplikasi Halodoc pada Maret 2025, jumlah konsultasi terkait manajemen berat badan meningkat hingga empat kali lipat pada September 2025.
Menurut dr. Waluyo Dwi Cahyono, SpPD-KEMD, FINASIM, anggota Board of Wellness Halofit, obesitas merupakan kondisi medis kronis yang perlu penanganan klinis terpadu. “Jika tidak diatasi, risiko penyakit kronis lainnya dapat meningkat, seperti diabetes, jantung, hipertensi, dan stroke. Pendekatan terbaik dilakukan secara terpadu yang menggabungkan perubahan gaya hidup, dukungan perilaku, terapi medis, dan pemantauan dokter,” ujarnya.
Program Halofit mencakup konsultasi dengan dokter, meal plan personal dari ahli gizi, terapi medis seperti injeksi GLP-1 untuk membantu mengontrol nafsu makan, hingga pendampingan selama 30 hari oleh dokter dan ahli gizi.
Peluncuran Halofit juga menjadi bagian dari strategi Halodoc memperluas lini bisnisnya di segmen layanan kesehatan spesifik, setelah sebelumnya menghadirkan Haloskin untuk perawatan kulit dan HaloIntima untuk kesehatan seksual. Model klinik digital bertema ini memungkinkan perusahaan memperluas pasar dengan pendekatan yang lebih terarah terhadap isu kesehatan yang tengah berkembang di masyarakat.
Untuk memastikan kualitas layanan, Halofit dikembangkan bersama Novo Nordisk Indonesia, perusahaan farmasi asal Denmark yang berpengalaman dalam terapi penyakit kronis seperti obesitas dan diabetes.
“Kerja sama ini menggabungkan ekosistem digital Halodoc dengan pengalaman Novo Nordisk dalam penanganan penyakit kronis untuk memperluas akses edukasi dan pendampingan klinis,” kata dr. Riyanny Meisha Tarliman, Clinical, Medical, and Regulatory Director Novo Nordisk Indonesia.
Ia menjelaskan bahwa terapi GLP-1 yang digunakan di Halofit telah disetujui sebagai opsi medis bagi pasien obesitas dengan BMI ≥27 kg/m² disertai komorbid atau ≥30 kg/m² tanpa komorbid. Terapi ini terbukti menurunkan berat badan, mengurangi risiko kardiovaskular, serta meningkatkan kualitas hidup pasien dengan pengawasan dokter. Peluncuran Halofit turut mempertegas arah bisnis Halodoc yang kian fokus pada layanan kesehatan preventif dan manajemen penyakit kronis, sejalan dengan upaya pemerintah menekan beban biaya kesehatan akibat komplikasi obesitas di masa depan.