Bukan Jadi Ancaman, Halodoc Nilai AI Sebagai Peluang

- AI dianggap sebagai peluang untuk memperkuat operasional industri kesehatan, bukan ancaman.
- Halodoc mengembangkan berbagai solusi berbasis AI, seperti AI Doctor Assistant (AIDA) untuk membantu dokter dalam pemeriksaan pasien.
- Pemanfaatan AI oleh Halodoc memiliki cakupan luas, membantu masyarakat, mendukung tenaga kesehatan, dan meningkatkan efisiensi tim back office.
Jakarta, FORTUNE – Meningkatnya adopsi kecerdasan buatan (AI) dinilai bukan sebagai ancaman bagi industri kesehatan, melainkan peluang untuk memperkuat operasional.
Menurut Chief Marketing Officer Halodoc, Fibriyani Elastria, AI tidak menggantikan peran tenaga kesehatan, tetapi justru menjadi dukungan tambahan.
“Mereka tidak hanya mengandalkan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki, tetapi juga mendapat dukungan tambahan dari kemampuan AI, selama digunakan dengan tepat,” ujarnya dalam press conference di Jakarta, Kamis (2/10).
Fibriyani menekankan pentingnya profesi medis untuk menyambut perkembangan teknologi. Saat ini Halodoc tengah mengembangkan berbagai solusi berbasis AI, salah satunya AI Doctor Assistant (AIDA). Dengan AIDA, dokter mendapatkan bantuan saat melakukan pemeriksaan terhadap pasien. Namun, keputusan final tetap berada di tangan dokter.
“Kami percaya AI bukan untuk menggantikan manusia, melainkan untuk augmenting dan amplifying kemampuan tenaga kesehatan,” jelasnya.
Selain membantu interaksi langsung antara dokter dan pasien, Halodoc juga mengintegrasikan AI dalam lini bisnis lainnya, termasuk kerja sama dengan penyedia asuransi kesehatan.
“Biasanya, proses administrasi klaim bisa memakan waktu hingga satu jam. Dengan AI, proses ini dapat dipangkas secara signifikan, lebih efisien, dan cepat,” imbuh Fibriyani.
Halodoc menilai pemanfaatan AI memiliki cakupan luas, mulai dari membantu masyarakat, mendukung tenaga kesehatan, hingga meningkatkan efisiensi tim back office.
“Itu yang sedang kami coba lakukan. Potensinya sangat besar,” tutup Fibriyani.
Sebagai informasi tambahan, hasil survei YouGov yang juga diluncurkan pada hari ini menunjukkan bahwa 68 persen ibu khawatir akan risiko misinformasi atau hoaks kesehatan. Dalam praktik sehari-hari, para ibu menggabungkan berbagai referensi, dengan internet 59 persen dan tenaga medis 50 persen menjadi sumber utama.
Di sisi lain, pemanfaatan teknologi modern masih terbatas. Sebanyak 25 persen menggunakan aplikasi kesehatan, sementara 18 persen mengandalkan Al untuk konsultasi. Bahkan konten dari influencer kesehatan di media sosial berada pada urutan terendah sebanyak 16 persen menunjukkan rendahnya tingkat kepercayaan terhadap sumber ini dibandingkan dengan referensi lainnya.
Platform layanan kesehatan digital Halodoc mencatat sebanyak 20 juta monthly active users per Agustus 2025. Namun, perusahaan menekankan bahwa yang menjadi fokus bukan hanya jumlah pengguna aktif, melainkan juga tingkat transaksi yang terjadi di dalam ekosistem.
Chief Marketing Officer Halodoc, Fibriyani Elastria, menjelaskan bahwa sekitar 30 persen pengguna aktif melakukan transaksi.
“Kalau dari sisi transaksi, angkanya bahkan lebih tinggi. Year-to-date tahun ini, pertumbuhan transaksi mencapai sekitar 40 persen,” ujarnya.
Menurutnya, peningkatan tersebut juga didorong oleh kesadaran masyarakat yang semakin tinggi terhadap kesehatan.
“Orang-orang sekarang lebih health conscious, sehingga kebutuhan layanan kesehatan digital ikut meningkat. Itu yang menjadi faktor utama pertumbuhan Halodoc,” tambahnya.

















